Masjid Agung Sangatta yang terletak di kawasan Perkantoran Bukit Pelangi, terkenal karena kemegahan dan menara Asmaul Husna-nya. Bukan hanya itu, Masjid ini rupanya memiliki replika Ka’bah yang ukurannya sama persis dengan yang asli.
Herdi Jaffar, SANGATTA
Suara azan zuhur berkumandang dari empat menara setinggi 66 meter, Kamis (8/6) kemarin. Di depan Masjid ada satu menara yang lebih dekat ke langit, tingginya mencapai 99 meter. Namanya menara Asmaul Husna. Menara ini menjadi salah satu spot andalan bagi pengunjung masjid tersebut. Pasalnya, pengunjung bisa naik ke atas menara menggunakan lift.
Dari atas menara, pengunjung bisa melihat sebagian kota Sangatta.
Masjid yang didominasi warna hijau dan dibangun dengan arsitektur Timur Tengah modern ini memang tampak megah. Di dalam masjid tulisan kaligrafi menghiasi dinding dan langit-langit. Masjid yang digunakan sejak 2011 lalu ini juga memiliki halaman yang cukup luas. Setiap warga yang pertama kali berkunjung, biasanya mengambil swafoto di halaman dengan latar kubah atau menara masjid.
Halaman masjid itu sejatinya terbagi dua. Namun di sisi sebelah kanan terdapat kawasan Manasik Haji. Di situ, terdapat bangunan berwarna hitam berbentuk kubus. Bangunan itulah replika Ka’bah. Replika itu berukuran panjang-lebar-tinggi 13,16 meter x 11,53 meter x 12,03 meter.
Sekretaris Takmir Masjid Agung Muhammad Fathul Bari mengungkapkan, Replika itu dibangun saat Isran Noor masih menjadi Bupati Kutim. Kala itu, Isran ingin membangun kawasan manasik haji di halaman masjid. Dia pun meminta contoh gambar kepada Kementerian Agama (Kemenag) Kutim. Kemudian tim Kemenag memberikan gambar Ka’bah sesuai permintaan. Gambar yang disodorkan ternyata membuat Isran kesal.
“Pak Isran itu kesal. Karena yang kami berikan itu gambar Ka’bah yang seperti biasanya, kan dalam pemikiran kami untuk contoh,” tutur Fathul yang juga bertugas di Kemenag Kutim.
Ternyata, gambar yang diminta Bupati itu adalah gambar detail mengenai Ka’bah. Bahkan hingga ukuran yang sama persis dengan aslinya di Makkah. Pasalnya, Isran ingin membangun replika yang berukuran sama persis dengan aslinya.
“Kami juga senang waktu itu gambar yang kami beri ditolak, karena mau dibikin seperti aslinya. Kalau ukurannya seperti asli kan bagus, jadi jamaah tidak kaget saat melihat yang asli di tanah suci. Sudah ada gambaran,” terangnya.
Biasanya kawasan manasik haji itu digunakan oleh Kemenag Kutim, pengelola travel dan haji, hingga siswa sekolah PAUD.
“Kalau manasik gratis, tidak dipungut biaya,” ujarnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post