Cara Cai Changpan alias Antoni alias Cai Ji Fan (53) kabur dari Lapas Kelas 1 Tangerang boleh dibilang sama dengan Andy Dufresne di film The Shawshank Redemption. Namun, kaburnya Cai Changpan dengan cara menggali lubang itu diduga diketahui rekan satu selnya. Sedang kaburnya Andy dari Shawshank Prison tidak terdeteksi teman dekatnya, Ellis Boyd ‘Red’ Redding.
KAPOLRES Metro Tangerang Kota Kombes Sugeng Hariyanto mengungkapkan, pihaknya menemukan beberapa barang bukti berupa linggis, pahat, obeng dan lainnya yang digunakan terpidana mati kasus narkoba asal Tiongkok tersebut. Pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap empat orang pegawai dan satu orang sipil.
”Kami juga akan meminta keterangan beberapa orang karena dari informasi yang kami dapat, napi yang kabur ini sudah berjalan 6 bulan, kami coba lakukan cross check,” ujarnya saat dikonfirmasi Senin (21/9).
Dalam enam hingga delapan bulan lalu, lanjut Sugeng, juga terdapat pembangunan dapur dalam lapas berkapasitas 600 penghuni itu. Terkait hal itu, pihaknya masih mendalami apakah ada keterlibatan para pekerja bangunan dalam memberikan barang bukti yang ditemukan.
”Apakah alat-alat yang digunakan oleh napi diperoleh dari tukang itu? Kami masih meminta data siapa saja yang bekerja untuk membangun dapur,” terangnya.
Dari hasil pendalaman, panjang lubang yang digali oleh Cai Changpan mencapai sekitar 30 meter. Dengan diameter yang hanya muat satu orang. Teman sekamar Cai Changpan pun pernah diajak untuk ikut melarikan diri.
”Di dalam ruangan (sel Cai Changpan) ini ada dua orang, memang yang satu orang ini pernah diajak melakukan kegiatan melarikan diri tapi yang bersangkutan tidak mau dan dia yang menginformasikan bahwa itu sudah dilakukan selama 6 bulan,” jelas Sugeng.
Untuk menjejaki pelarian Cai Changpan alias Antoni alias Cai Ji Fan (53), hanya potongan rekaman video close-circuit television (CCTV) menara pantau Lapas Kelas 1 Tangerang sisi kiri tengah yang menjadi petunjuk. Itu pun hanya memperlihatkan Cai Changpan keluar dari gorong-gorong, lalu berjalan beberapa meter ke arah selatan, kemudian berbelok dan menghilang.
Hingga saat ini pihak terkait, baik itu kepolisian maupun otoritas pemasyarakatan belum mengungkap adanya petunjuk lain terkait jejak pelarian. “(Petunjuk) lainnya kan nggak ada. Setelah itu (keluar gorong-gorong) hilang (dari pantauan CCTV, Red). Nggak tahu lagi kemana?,” ujar Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang Kota AKBP Tahan Marpaung kepada Jawa Pos, kemarin (22/9).
Berbekal potongan rekaman CCTV itu, Jawa Pos kemarin menyusuri jejak pelarian terpidana mati kasus penyelundupan narkoba seberat 110 kilogram itu. Penelusuran diawali dari gorong-gorong ‘pintu keluar’ Cai Changpan di depan rumah kontrakan milik Tugino. Kemudian berjalan ke arah selatan menuju belokan yang menjadi titik terakhir Cai Changpan terekam CCTV.
Saat ditelusuri, rupanya jalur tersebut menuju ke arah rawa yang ditumbuhi semak belukar dan beberapa pohon pepaya. Di lahan kosong yang berbatasan dengan tembok pagar belakang rumah warga itu terdapat jalur air buangan dari dalam lapas ke rawa. Nyaris tidak ada jalan yang bisa dilalui orang. Sekalipun hanya setapak.
Jika Cai Changpan menggunakan jalur tersebut, itu artinya dia harus menerobos semak belukar dan jalur air dengan tanah berlumpur khas rawa. Kedalaman saluran air yang sekilas nampak belum tersentuh pembangunan drainase itu sekitar 20-40 sentimeter. Jalur tersebut menuju ke barat, tepatnya arah Jalan Moh. Yamin.
Jalan air tersebut sama sekali tidak melewati tengah-tengah pemukiman warga. Sebab, jalur selebar kurang lebih satu meter itu berada di area lahan kehakiman alias milik negara. Air buangan itu bermuara di rawa pinggiran Jalan Moh. Yamin. Semak belukar tumbuh subur di rawa itu. Di dekat rawa terdapat beberapa empang yang dikelola warga setempat.
Setelah menapaktilasi jalan air itu, Jawa Pos menelusuri jalur lain. Salah satunya jalan paving yang berada di sisi kiri lapas menuju ke arah selatan. Dari titik lenyapnya Cai Changpan, jalan itu lurus memanjang menuju ke pemukiman warga. Hanya, kemungkinan Cai Changpan melalui jalur itu sangat kecil. Sebab pergerakannya pasti akan terekam CCTV di menara pantau lapas sisi kiri.
Jika belok ke arah barat, jalur itu sejatinya berujung di Jalan Moh. Yamin. Namun, di ujung jalan ada portal yang dijaga 24 jam oleh petugas keamanan yang dipekerjakan pengurus RW 4, Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang. Selama masa pandemi Covid-19, penjagaan di portal sangat ketat. ”Kalau bukan warga sini yang lewat situ (portal, Red), pasti ketahuan,” kata Tukiyo, warga setempat.
Begitu pula jika menuju ke arah timur atau tepatnya di jalan belakang lapas. Pemukiman warga lebih padat. Pun, semua pintu keluar menuju jalan raya ditutup portal. Portal itu selalu dalam kondisi tergembok. Dan hanya warga setempat yang memiliki akses membuka kunci gembok itu. Meski begitu, pejalan kaki bisa menerobos dengan cara melompat atau melewati pinggiran portal.
Tukiyo mengatakan di malam ketika Cai Changpan kabur sebenarnya ada kumpulan warga yang melakukan kegiatan ronda. Termasuk dirinya. Namun, dalam patroli yang dilakukan itu pihaknya sama sekali tidak menjumpai Cai Changpan berjalan menyusuri jalanan kompleks. ”Kalau lewat jalan sini (kompleks perumahan Red) kemungkinan bertemu warga,” paparnya.
Tukiyo menceritakan di waktu pelarian napi itu, sekitar pukul 02.00 dini hari pihaknya sempat mencurigai sebuah mobil yang parkir di depan toko cutting, dekat lampu merah Jalan Veteran Raya. Dia menyebut pengemudi mobil berwarna gelap itu menunjukkan gelagat aneh. ”Awalnya kaca mobil itu dibuka, tapi pas kami (rombongan warga yang ronda) datang, kaca mobil langsung ditutup,” ujarnya.
Jarak toko cutting dengan lapas tidak sampai 100 meter. Namun, bila dihubungkan dengan titik terakhir pelarian Cai Changpan, hanya ada satu jalur yang kemungkinan besar dilewati. Yakni, Jalan Veteran III atau kompleks perumahan dinas lapas. Jalan kompleks itu bisa tembus ke empang yang berada di dekat rawa.
Jawa Pos menelusuri kemungkinan Cai Changpan melewati jalur itu dengan melihat rekaman CCTV milik salah satu warga yang menghuni perumahan itu. Sayangnya, rekaman yang menghadap ke jalan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda Cai Changpan melintas sesuai dengan waktu kabur yang disebut pihak lapas. Yakni di antara pukul 02.00 hingga pukul 05.00 Senin (14/9) dini hari pekan lalu.
Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang Kota AKBP Tahan Marpaung mengaku kesulitan mencari jejak napi berkewarganegaraan Tiongkok itu. Pasalnya, hanya satu rekaman CCTV yang diberikan oleh pihak lapas. Menurut dia, CCTV milik Dinas Perhubungan Kota Tangerang tidak ada di dekat lokasi maupun di jalan raya sekitar.
Pun, dia membenarkan dugaan kuat bahwa Cai Changpan kabur melewati rawa dan menyusuri tali air. Meski begitu, pihaknya kesulitan mendapatkan keterangan saksi yang melihat secara pasti napi tersebut kabur. Mengingat, Cai Changpan kabur pukul 2.22 WIB dini hari. ”Kami kesulitan mencari (kesaksian) warga karena itu jam-jam malam jam 03.00 WIB pagi. Kalau dia (warga ronda, Red) memang tahu nanti kami panggil, kami mintai keterangan,” ucapnya.
Kemampuan Cai Changpan kabur dari penjara memang sudah pernah dilakukan. Sebelum vonis hukuman mati di Pengadilan Negeri (PN) Kota Tangerang Juli 2017 lalu, Cai Changpan sempat melarikan diri dari Rutan Bareskrim Polri di Cawang, Jakarta Selatan. Tepatnya pada 24 Januari 2017. Dia melubangi tembok kamar mandi.
Namun, pelarian itu tidak berlangsung lama. Sebab, tiga hari setelah diketahui kabur, Cai Changpan berhasil ditangkap di persembunyiannya di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Setelah menjalani vonis, terpidana yang merupakan bandar narkoba kelas kakap itu kemudian mendekam di Lapas Kelas I Tangerang. Dia diketahui kabur pada Senin (14/9) dini hari. (tyo/dom/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post