SAMARINDA – Sejumlah dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AW Syahranie Samarinda menegaskan penggunaan nuklir untuk pengobatan penyakit kanker tak berbahaya bagi kelangsungan hidup. Hal itu diungkapkan menyusul beredarnya beragam pandangan buruk atas penggunaan nuklir.
Radiasi nuklir diklaim tidak hanya digunakan dalam bidang kesehatan. Tapi juga sudah lama diterapkan dalam bidang industri dan tenaga listrik. Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Nila Djuwita F Moeloek menyatakan, kini ilmu kedokteran sudah berkembang pesat. Penggunaan nuklir hanya salah satu cara untuk melakukan identifikasi dan terapi penyakit kanker.
“Kita harus memikirkan dan mengikuti kemajuan teknologi. Kebutuhan dasar sehari-hari seperti kesehatan harus diperbaiki. Jadi nggak tidak boleh melupakan kemajuan teknologi kesehatan,” ujarnya saat meresmikan Instalasi Kedokteran Nuklir RSUD AW Sjahranie Samarinda, Senin (26/3).
Karena itu Nila menegaskan, masyarakat tak perlu terpaku pada metode pengobatan lama. Sebab perkembangan teknologi kesehatan sudah sangat maju. Kemajuan tersebut, harus diiringi dengan penerimaan atas penggunaan teknologi nuklir untuk kesehatan.
Pasalnya tujuan pengobatan adalah menyembuhkan atau memulihkan pasien dari penyakit yang dideritanya. Penggunaan nuklir untuk pengobatan dan terapi hanyalah salah satu cara untuk memudahkan pengobatan penyakit tersebut.
“Semua orang ingin sembuh. Untuk mewujudkan Keinginan sembuh ini, berbagai cara harus dilakukan. Kita memerlukan alat-alat dan sarana di sini. Selain diagnosis yang tepat, seorang dokter juga harus bertanya hingga mendapatkan informasi lengkap soal penyakit yang diderita pasien,” sebut Nila.
Teknologi nuklir, lanjut dia, telah memudahkan pengobatan penyakit kanker. Dulu tidak bisa dilihat dengan baik penyakit yang diderita pasien. Pemeriksaan dengan rontgen hanya mampu melihat tulangnya saja. Sementara saat ini, bisa dilihat tumor itu apakah di belakang jantung atau tulang.
Setelah dilakukan diagnosis, langkah selanjutnya adalah pengobatan dan pengangkatan kanker. Umumnya sebelum penggunaan nuklir, kanker diangkat melalui operasi. Kini dengan kehadiran nuklir, pengidap kanker bisa diobati dengan kemoterapi dan radioterapi.
“Radioterapi ini juga punya tingkatan. Tergantung penyakit kanker yang diderita pasien. Pada intinya penggunaannya tidak berbahaya hanya untuk memudahkan pengobatan,” ujarnya.
Penjelasan sang menteri dibenarkan Direktur Utama RSUD AW Sjahranie, Rachim Dinata Marsidi. Menurutnya masyarakat tidak perlu khawatir karena nuklir hanya digunakan untuk keperluan terapi. “Jadi nuklir tidak berbahaya,” ungkap Rachim. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: