BONTANG – Sebanyak 113 adegan diperagakan oleh tersangka Fardi Sahli alias Ardi (27) dan saksi Rina Chandra alias Nita (20). Keduanya merupakan orang tua dari Navita Ariyanti (3). Navita tewas ditangan Ardi, yang berstatus ayah tiri.
Pembunuhan dilakukan dengan cara menganiaya korban yang masih balita. Hingga korban menghembuskan nafas terakhirnya di perjalanan dari Melak menuju Samarinda.
Sempat terdapat beberapa perbedaan keterangan antara tersangka dan. Sehingga, proses rekonstruksi berlangsung hingga 6 jam.
Adegan rekonstruksi pun dimulai. Pada Minggu 30 April sekira pukul 22.00 Wita, truk yang dikendarai tersangka Ardi singgah di warung Sengkang, Kota Bangun, dalam perjalanan menuju Bontang. Saat itu, tersangka, saksi yakni ibu korban dan korban berhenti untuk makan di warung tersebut.
Nita makan sendiri sementara tersangka makan bakso sambil menyuapi Navita yang duduk ditengah mereka. Karena korban tidak mau makan, tersangka pun menyentil bibir korban dua kali dan mencubit paha korban. Sedangkan ibunya, asik makan sendiri. “Tersangka kesal dan memaksa korban makan sampai akhirnya muntah,” jelas Kapolres Bontang AKBP Andy Ervyn melalui Kasat Reskrim Polres Bontang Iptu Rihard Nixson, Selasa (23/5) kemarin di sela rekonstruksi.
Setelah dibersihkan bekas muntahannya oleh Nita, korban pun dibawa tersangka ke dalam truk. Disana, leher belakang korban dipukul lima kali oleh tersangka. Nita masih makan bakso dan membayarnya lalu naik ke dalam truk. Saat naik, Nita melihat korban merintih kesakitan dan dia bertanya, korban pun menjawab sakit. Nita bertanya pada suaminya dan tersangka menjawab bahwa dia memukulnya.
Sekira 10 menit dari warung bakso tersebut, tersangka menghentikan kembali truknya dan singgah di warung yang sudah tutup. Masih didalam truk, Navita dipangku oleh tersangka di atas perutnya dan keduanya tidur. Tiba-tiba saja, Navita buang air besar (BAB). Nita bertanya pada Navita tapi tidak dijawab, lantas tersangka melihat pampers Navita untuk meastikan bahwa Navita BAB. Saat itu juga tersangka langsung marah ke Navita. “Kalau berak ngomong!!!,” tegas tersangka.
Karena kesal, tersangka langsung memukul kepala korban tiga kali. Sedangkan Nita hanya bisa menangis dan meminta ampun. Tersangka juga memukul muka korban dua kali. Lalu korban dijambak dan dilempar ke bawah kaki Nita hingga mengenai speaker mobil sampai pecah. Tak berhenti disitu, tersangka terus melampiaskan kemarahannya dengan memukul korban yang masih terjatuh di lantai mobil mengenai bagian belakang kepala korban tiga kali. Biadabnya, dengan posisi korban telentang di bawah, tersangka masih memukul korban empat kali.
Saat itu, kondisi korban tanpa menangis namun hanya merintih, sementara Nita hanya bisa menangis dan meminta ampun kepada tersangka.
Memasuki pukul 02.00 Wita kala itu, tersangka melanjutkan perjalanan menuju Bontang lewat Tenggarong. Posisi korban masih di kabin truk dengan kondisi masih hidup tetapi sudah lemas. Tersangka lalu mengambil korban dan membaringkannya di tengah, antara tersangka dan ibu korban.
Amarah masih menguasai diri Ardi hingga dia menggigit pipi kiri korban dengan sangat kuat hingga membekas. Kemudian tersangka menjambak rambut korban sampai korban terduduk. “Kali ini, tersangka kembali melempar korban ke bawah kabin mobil hingga mengenai DVD player dan membuat flashdisknya patah, ibu korban masih diam terduduk dan hanya bisa menangis,” kata Rihard.
Korban masih berada di bawah jok, tersangka lantas menginjak perut korban menggunakan kaki kirinya dua kali. Saat tersangka sedang menjalankan truknya, Nita mengambil korban dari bawah kabin dan mendudukkannya dengan menggunakan bantal. Ketika itu, tersangka mau mengambil korban namun Nita menariknya.
Nita berhenti menangis, dan duduk terdiam hingga panggilan tersangka tak dihiraukan. Kekesalan tersangka semakin memuncak, hingga menghentikan mobilnya dan turun. Sedangkan Nita duduk di truk sambil memeluk Navita. Disitu tersangka membuka pintu sebelah Nita sambil membawa batu yang ukurannya cukup besar untuk mengancam Nita untuk bangun. “Bangun! Nanti kulempar batu,” pinta tersangka.
Nita bangun dan hanya diam. “Kamu kenapa begitu,” tanya tersangka. Nita hanya menjawab bahwa dirinya pusing. Tersangka kesal karena saat dipanggil, Nita tidak menyahutnya.
Tersangka kemudian mengambil korban dari pelukan Nita. Kemudian tersangka menggoyang-goyangkan tubuh Navita dan menyuruhnya berdiri, namun kondisi Navita sudah lemas sehingga tak mampu berdiri. Tersangka pun lantas memukul bahu kanan korban dan menaikkan kembali ke dalam truk yang langsung diterima Nita. Truk pun kembali berjalan dan berhenti setelah 10 meter perjalanan. “Ini pelajaran buat kamu Vita,” ujar tersangka sambil mengangkat korban.
Korban pun dilempar ke Nita, namun terjatuh dan mengenai listrik di kabin truk. Tersangka menginjak lagi dada korban dua kali, Nita hanya bisa menangis. Nita mengangkat korban dan mendudukkannya di jok, namun langsung diambil oleh tersangka sambil menjambak rambut Navita.
Belum merasa puas, tersangka memukul lagi korban mengenai tangan dan dada kirinya tiga kali. Keduanya naik lagi dalam truk dan melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan, tersangka mengambil Navita dengan tangan kirinya dan menempelkan korban di luar pintu truk dengan kondisi truk berjalan sekira 5 meter.
Tak berhenti disitu penganiayaan yang dialami bocah 3 tahun. Setelah dimasukkan lagi dalam truk, tersangka kemudian menghentikan truknya. Tersangka turun dengan membawa korban. Di bawah truk, korban dijambak tanpa dipegang badannya oleh tersangka dan dibawa ke belakang truk. “Pada adegan ini, tersangka mengaku memegang badan korban, namun saksi mengatakan tersangka mengangkat korban dengan cara dijambak,” ujar Rihard.
Dibelakang truk, tersangka menggendong korban dengan tangan kiri, sementara tangan kanan tersangka digunakan untuk memanjat bak truk. Korban sempat didudukkan di atas pintu bak, tersangka pun naik dan kemudian melempar korban ke dalam bak truk dari atas pintu bak truk. Posisi korban telungkup di dalam bak truk, tersangka malah meninggalkan korban. “Dia (tersangka, Red.) kembali menjalankan truknya sekira 10 kilometer, Nita hanya bisa menangis dan meminta ampun,” ungkapnya.
Truk kembali dihentikan, tersangka pun turun dan memeriksa kondisi korban dengan posisi tengkurap. Korban diturunkan dari bak truk, tetapi justru tindakan lebih sadis dilakukan tersangka pada korban. Saat inilah, tersangka kembali melempar tubuh mungil korban ke dalam bak truk, dari belakang truk. Tanpa penyesalan, tersangka naik lagi ke dalam bak dan melihat korban dengan posisi tengkurap. Namun, dari mulut dan hidung korban sudah mengeluarkan banyak darah dengan kondisi nafas mengorok. “Dia malah memanggil Nita dan menyuruh mengambil anaknya,” ujarnya.
Korban pun diserahkan ke Nita dengan kondisi masih ngorok. Nita lalu membaringkan korban diatas aspal dipinggir jalan, namun kondisi Navita sudha kejang-kejang. Berupaya untuk menolong anaknya, Nita lantas memberikan nafas buatan kepada korban. Sedangkan korban malah mengambil air dan menyiramkannya ke muka korban yang masih kejang-kejang. Tersangka juga seolah-olah memberikan nafas buatan kepada korban tiga kali. Karena tidak ada perubahan, tersangka memeriksa denyut nadi korban. “Saat itu nadinya masih ada, tetapi sudah lemah,” kata Rihard.
Mereka pun kembali naik ke dalam truk dan melanjutkan perjalanan. Di perjalanan, Nita membersihkan muka korban memakai handuk. Baju korban yang berlumuran darah pun dibukanya dan setelah bersih diselimuti selendang seperti membedong bayi. “Barulah sekira 5 kilometer, Nita mengatakan bahwa korban sudah meninggal, tersangka tidak percaya dan menghentikan truknya. Tersangka memeriksa denyut nadi korban dan benar Navita telah tewas,” beber Kasat Reskrim.
Korban diserahkan kembali ke Nita, Nita pun menyelimuti korban menggunakan sarung. Entah benar atau tidak, saat mengetahui korban telah tiada, tersangka lantas menangis sambil teriak-teriak. Dia menjalankan truknya dengan kecepatan 100 km/jam sambil berkata “Kita susul Vita,” kata tersangka. Namun Nita mengatakan tak perlu bertingkah bodoh. “Aku sudah kehilangan anakku, aku nggak mau kehilangan kamu lagi,” ungkap Nita.
Di wilayah Sempaja, tersangka pun membeli air mineral sebanyak delapan botol besar. Air tersebut digunakan keduanya untuk memandikan korban di dalam truk. Popok korban pun diganti dengan yang baru. Sesampainya di Samarinda, mereka berusaha mencari toko bangunan yang sudah buka untuk membeli cangkul. Selanjutnya mereka mencari kain putih ukuran 3 x 3 meter dan gunting di tukang jahit yakni Penjahit Wajo. Barulah sebelum Portal Marangkayu tersangka menghentikan truknya untuk mencari lokasi pemakaman. Tersangka kembali ke truk dan bertanya pada Nita. “Dikubur disini saja kah?,” tanya Ardi.
Nita menjawab, “Aman aja kah?,” ujar Nita. Ardi lalu mengatakan bahwa tempat tersebut hutan dan bukan kebun lalu mengajak Nita turun. Tersangka membawa korban sementara Nita membawa cangkul dan kain putih. Sekira 20 meter dari jalan raya mereka memakamkan Navita. Setelah tersangka menggali lubang, Nita membungkus korban dengan kain putih. Mereka pun menguburkan jasad Navita dan memberinya tanda 4 buah ranting pohon.
Tanpa penyesalan dan rasa kecewa keduanya kembali ke Bontang. Sampai di Bontang, tersangka mampir di bengkel dan mengatakan bahwa anaknya tewas tertabrak motor dan sudah dimakamkan di Prangat. Keduanya kembali ke rumah, hingga akhirnya Ketua RT mendatangi mereka disusul dengan Bhabinkamtibmas Kelurahan Tanjung Laut Indah. Saat itulah terkuak bahwa Navita tewas dibunuh karena dianiaya oleh ayah tirinya Fardi Sahli alias Ardi.(mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post