bontangpost.id – Gawai 5,5 inci Firdani berdetik. Berasal dari notifikasi ojek daring yang terinstal di ponselnya. Ada pesanan masuk, minta diantar ke simpang 3 Bontang-Sangatta. Dari titik pesanan di Loktuan, hingga lokasi pengantaran berjarak 4,5 kilomer. Dengan tarif Rp 14 ribu.
Sekira pukul 19.20 Wita, ia berangkat, dan bergegas menuju titik penjemputan pelanggan pada Jumat (8/7/2021). Namun rupanya, pria 25 tahunm itu tak bisa mengantar pelanggan berdasarkan rute di aplikasi. Sebab tepat di Jalan Arif Rahman Hakim atau Bukit Kusnodo, pagar penyekat membentang di badan jalan. Sejak Rabu (7/7/2021), jalan itu ditutup sebagai bagian dari PPKM Mikro diperketat. Yang belakangan ditingkatkan statusnya jadi PPKM Darurat, Sabtu (10/7/2021).
“Mau mutar lewat tugu (Tugu Selamat Datang), atau lewat jalan pipa, Mbak?” kata Firdani kala menawarkan rute lain kepada pelanggannya kala itu. “Jalan pipa aja, kayaknya lebih cepat,” sahut pelanggannya.
Firdani menjalani profesi ojek online (ojol) sejak 2018. Bukan pekerjaan utamanya, hanya sampingan. Usai pulang kerja sore hari.
Dia bilang, penyekatan jalan yang dilakukan pemerintah jelas berimbas pada para ojol. Selama PPKM, mereka kerap tidak bisa melalui jalur sebagaimana rute yang tertulis di aplikasi. Harus mencari jalan lain yang tidak dijaga petugas. “Muternya jauh. Tapi bagaimana lagi, jalannya ditutup,” kata dia, pasrah.
Menurutnya, hal ini berimbas langsung pada pengeluaran bahan bakar. Bila sebelum PPKM sekira Rp 25 ribu untuk bahan bakar dipakai untuk dua hari. Sekarang hanya sehari.
Dikatakan, ojol memang bisa melintas di Jalan Bhayangkara. Namun untuk di simpang Bontang Baru dan Jalan Ahmad Yani atau Simpang Gunung Sari tidak bisa.
![](https://bontangpost.id/wp-content/uploads/2021/07/WhatsApp-Image-2021-07-14-at-12.20.17.jpeg)
Di sisi lain, orderan selama PPKM ini memang meningkat. Dalam semalam dia bisa menerima 6-8 orderan. Sementara sebelum PPKM 4-5 orderan.
Senada, Sudarsono pengemudi ojek online juga mengaku selama PPKM Mikro Darurat, orderan meningkat, meski tidak signifikan. Dalam sehari, dia menerima orderan maksimal 10. Namun, selama PPKM Mikro Darurat, ia bisa menerima 12 sampai 15 orderan.
Berbeda dengan pengakuan Firdani. Sudarsono menyebut, selama penyekatan jalan, dia masih diperkenankan melintas oleh aparat gabungan yang berjaga.
“Cuma tetap ditanya petugas, mau kemana,” katanya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post