SANGATTA – Untuk mengatasi masalah krisis pangan di Kutai Timur (Kutim), pengembangan padi lokal harus menjadi skala prioritas. Jika diseriusi, hasil panennya akan mampu memenuhi kebutuhan pangan lokal. Sehingga ke depan, Kutim tidak perlu beras hasil dari daerah luar.
“Hasil padi (gabah) lokal harus lebih diprioritaskan. Sehingga tidak perlu lagi mendatangkan padi dari luar daerah,” terang Bupati Kutim Ismunandar.
Dia menyatakan, Pemkab Kutim terus berupaya dengan melakukan berbagai terobosan untuk mengatasi persoalan krisis pangan. Salah satunya dengan melakukan penelitian melalui Badan Pengkajian Pertanian berupa pengembangan bibit padi super. Dengan menggunakan bibit tersebut petani dapat panen tiga kali dalam setahun.
“Kalau bisa tiga kali panen coba bayangkan, berapa ton padi yang dihasilkan. Tentunya dengan temuan tersebut dapat dikembangkan lebih jauh oleh SKPD terkait. Sehingga krisis pangan, terutama terhadap pasokan padi lokal dapat teratasi,” paparnya.
Selain itu, Ismu menegaskan kepada masing-masing Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), agar tidak mengalihkan fungsi lahan petak sawah ke perkebunan. Sehingga sektor pertanian dapat berkembang baik di masa datang.
“Jangan karena tergiur tanaman lain, lahan sawah yang produktif malah diubah. Tentu sangat disayangkan,” ucap Ismu.
Sementara, kepada para stake holder, baik dari kalangan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara atau perkebunan sawit, dia mengajak, untuk bersama-sama dapat menerima distribusi beras dari para gapoktan di Kutim. Sehingga petani lokal terus berkembang dan maju. (aj)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: