Capaian tim Film Pendek SMA 1 sangat memukau. Pada ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tahun ini berhasil menjadi terbaik di regional Kaltim. Hasil ini mengantarkan Yusuf Hanif Kalumata cs melaju ke fase nasional.
ADIEL KUNDHARA, Bontang
Konsep tema dan alur cerita terurai dalam sebuah catatan. Kemudian dituangkan dalam proses narasi penampilan oleh pemeran. Gerak tubuh juga tidak luput dari pantauan. Demi sebuah pesan yang disajikan. Pelajar SMA 1 Bontang dinobatkan menjadi wakil Kaltim untuk turun di ajang FLS2N nomor film pendek.
Ketua tim Yusuf Hanif Kulumata mengatakan awalnya tertarik di dunia perfilman saat mengikuti pelajaran seni di kelas. Utamanya materi film pendek. Ditambah dorongan ibu untuk berprestasi di sekolah menjadi semangat menekuni bidang itu menggebu-gebu.
“Ini yang menjadi semangat saya untuk mengikuti FLS2N tahun ini,” kata Yusuf.
Bagi tim ini merupakan pertama kali turun di ajang tersebut. Mengenai pembuatan film pendek ini membutuhkan waktu sekira dua pekan. Tepatnya dimulai sejak 18 Juli. Tahap awal disebut developing. Proses ini selama 4 hari.
Pada tahap developing ini di dua hari pertama lebih fokus ke pendalaman materi tentang film. Mulai dari unsur-unsur film, bagaimana cara membuat film, apa saja yang dibutuhkan dalam membuat film, dan lain sebagainya. Berikutnya Di dua hari terakhir itu mulai membangun cerita. Terdapat empat tahapan dalam fase ini meliputi basic story, sinopsis, treatment, dan skenario.
Pasca tahap developing kemudian masuk pra produksi. Ini menyangkut persiapan untuk produksi. Fase ini dikerjakan selama tiga hari. Terhitung 22-25 Juli. Proses produksi pun justru lebih singkat yakni satu hari.
Terakhir ialah tahap post produksi. Tim melakukan pengeditan film dan persiapan pengunggahan dokumen. Ini memakan waktu empat hari mulai 26-29 Juli. Pada tahap pengunggahan ia menuturkan sedikit memakan waktu. Dikarenakan website pengumpulan yang sering bermasalah. “Kami mengejar deadline yang ada,” tuturnya.
Film pendek yang dibuat menceritakan tentang seseorang yang terkena “kepohonan”. Dikarenakan menolak dan tidak menyentuh sama sekali makanan yang disuguhkan penghuni rumah. Hal itu yang membuat pemeran terkena beberapa kesialan. Mulai dari motor pemeran utama mogok, dikejar preman, hingga terkena cipratan genangan air.
“Ide ini kami dapatkan dari beberapa warga masyarakat Kaltim yang suka terkena kepuhunan. Ini mencakup tentang kearifan lokal masyarakat Kaltim,” tutur dia.
Terdapat tiga pemeran yang beridentitas pelajar, empat orang warga lokal bertampang preman, dan satu ibu pemilik rumah. Dalam skenario film pendek ini.
Sementara anggota tim lain Belva menginginkan capaian maksimal di tahapan nasional nanti. Disinggung saingan terberat, ia mengaku seluruh daerah pasti menampilkan karya terbaiknya. Hasil seleksi di tingkat provinsi masing-masing.
“Semua yang maju nasional pasti bagus-bagus,” terangnya.
Ketika menjadi terbaik di regional, hasil karya yang dikirimkan itulah langsung disodorkan ke panitia pusat. Artinya tidak ada proses editing ulang. Dalam pembuatan tim ini dibantu oleh lima orang teman sekolah, guru pembimbing, serta beberapa alumni SMA 1 lulusan kuliah bidang perfilman.
Dengan capaian ini, ia mengaku membuat orangtua bangga. Terlebih lagi bisa berkontribusi bagi Kota Bontang dan sekolah tempat memperoleh ilmu. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post