SAMARINDA – Maraknya pencabulan di Bumi Etam menimbulkan kegeraman masyarakat. DPRD Kaltim ikut mengomentari kejahatan serius ini. Khususnya kasus yang belakangan terjadi di Kutai Kartanegara (Kukar). Dalam hal ini, Komisi IV DPRD Kaltim meminta aparat berwajib memberikan hukuman maksimal bagi para pelaku, bahkan kalau bisa hukuman mati.
“Harusnya pelaku pencabulan dihukum mati saja, biar pelaku jera,” kata anggota DPRD Kaltim, Rita Artaty Barito.
Politisi perempuan dari Partai Golkar ini menyebut, perlu ada tindakan tegas agar bisa memberikan efek jera terhadap para pelaku pencabulan. Khususnya pencabulan yang dilakukan terhadap anak di bawah umur. Rita mengaku prihatin atas tragedi yang dialami dua bocah warga Muara Kaman, Kukar.
Menurut dia, pencabulan merupakan tindakan kejahatan luar biasa yang tidak bisa ditoleransi. Dia pun geram kepada pelaku yang telah tega merusak masa depan para korban. Untuk itu, Rita mengajak para orang tua lebih waspada menjaga anak-anaknya. Apalagi, di era teknologi saat ini yang memungkinkan anak-anak mengakses berbagai konten berbau pornografi.
“Kami minta orang tua harus waspada dan lebih mengawasi anak-anaknya. Kami juga minta aparat keamanan lebih meningkatkan kinerjanya,” pintanya.
Kegeraman yang sama ditunjukkan anggota Komisi IV lainnya, Siti Qomariah. Menurut politisi PAN itu, masalah ini bukan perkara pemerintah saja yang mesti bertanggung jawab. Melainkan juga seluruh elemen masyarakat. Termasuk dalam hal ini media yang mendorong pengaruh negatif sehingga pencabulan terjadi di masyarakat.
Kata Qomariah, kasus pencabulan yang terjadi di Kaltim ibarat fenomena Gunung Es. “Saya melihat kasus pencabulan di Kaltim yang terungkap ini hanya sebagian kecil saja. Masih lebih banyak lagi yang tidak diketahui dan tidak melapor ke pihak berwajib,” sebutnya.
Menurut dia, keberadaan teknologi di satu sisi ikut meningkatkan potensi kejahatan seksual. Pasalnya, akses pada konten-konten berbau pornografi kini begitu mudah dilakukan. Sehingga menurutnya, pencabulan ini merupakan tanggung jawab bersama dengan keluarga sebagai benteng utamanya.
“Benteng utama adalah keluarga. Dengan menjalankan ajaran agama yang benar akan menciptakan etika dan moral. Pemerintah jangan lepas tangan, harus bisa mendorong dengan menyediakan tempat berbagai aktivitas kegiatan yang produktif, positif,” beber Qomariah yang berharap kasus ini tak berulang.
Kejahatan seksual belakang masih terus terjadi di Kaltim. Dalam sepekan terakhir, terjadi dua kasus pencabulan anak di bawah umur di Kecamatan Muara Kaman, Kukar. Para pelakunya diduga masih memiliki hubungan dekat dan kekerabatan dengan korban. (*/luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: