SAMARINDA – Peran politik pemuda saat ini dinilai masih rendah. Kondisi demikian terlihat dari partisipasi kaum muda dalam kancah pemilihan umum (pemilu). Pada umumnya, pertarungan perebutan kursi di tingkat legislatif maupun eksekutif, masih didominasi generasi tua.
Anggota DPRD Kaltim, Syafruddin mengungkapkan, masih banyak pemuda yang beranggapan bahwa politik tidak sesuai dengan semangat pemuda yang cenderung idealis dan tidak senang dengan intrik. Terlebih muncul anggapan bahwa politik itu “kotor”.
“Saya berpandangan, inilah yang mendasari lemahnya peran pemuda dalam politik. Padahal jika mau terbuka, dengan berpolitik, pemuda dapat berperan aktif mengelola negara,” ujarnya dalam diskusi yang bertajuk “Peran Pemuda Untuk Kaltim” di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Rabu (16/5) kemarin.
Kata dia, seorang pemuda yang masuk dalam sistem dapat menyampaikan ide-idenya untuk pembangunan bangsa dan negara. Pasalnya, pemuda memiliki gagasan yang dapat dijadikan sumber perubahan di pemerintahan.
Terlebih, ketika pemuda menjadi salah satu penggerak roda pemerintahan, dapat berperan aktif membantu masyarakat miskin, memperjuangkan buruh, pendidikan, ekonomi, hingga pengembangan sosial budaya.
“Kalau terus menerus berada di luar sistem, itu tidak akan menjamin dapat berperan membangun bangsa ini. Banyak orang yang berjuang di luar sistem, tetapi ide-ide yang disampaikannya, jarang digunakan pemerintah. Mengapa? Karena tidak diimbangi dengan perjuangan politik,” sebutnya.
Tidak mengapa terdapat aktivis, lanjut dia, berjuang di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Non-Government Organisation (NGO), dan organisasi sosial kemasyarakatan. Hal itu sebagai penyeimbang untuk menciptakan check and balance di pemerintahan.
“Tetapi jangan sampai larut dalam organisasi di luar sistem. Ciptakan generasi baru. Kemudian pemuda yang sudah berpengalaman, segera masuk di partai politik. Gunakan kemampuan untuk mengubah sistem perpolitikan negeri ini,” imbuhnya.
Karena itu, dia mengajak pemuda di Kaltim agar mematangkan prinsip dan gagasan untuk berperan dalam pemilu 2019. Karena melalui corong pemilu tersebut, pemuda dapat merebut kekuasaan.
“Pemilu 2019 nanti harus menjadi momentum bagi pemuda untuk berperan aktif dalam perpolitikan nasional daerah. Silakan jadi calon legislatif (celeg) di tingkatan kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Ini kesempatan emas bagi pemuda,” ajaknya.
Kata dia, keikutsertaan dalam politik tentu saja bukan tanpa syarat. Masuk dalam perjuangan politik harus dibekali dengan kematangan gagasan, integritas, kejujuran, dan keikhlasan berjuang untuk masyarakat.
“Kompetensi dan integritas itu bisa dibentuk saat aktif menjadi mahasiswa. Kuliah dan organisasi harus seimbang. Belajar di kampus hanya akan membuat mahasiswa menjadi pintar. Tetapi dengan belajar dan berorganisasi, mahasiswa akan menjadi orang yang cerdas dan sadar dengan tugasnya memperjuangkan kepentingan rakyat,” tutupnya. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: