SANGATTA – Kegiatan yang mengundang seluruh lapisan masyarakat Kutim untuk membayar pajak serentak, merupakan kali pertama dilakukan. Sehingga banyak persepsi yang ditimbulkan.
Seperti Hendra, warga Sangatta Utara yang turut hadir untuk bertransaksi membayarkan Pajak Bumi Bangunan (PBB), milik perusahaan tempatnya bekerja. Ia menuturkan rasa senangnya dapat terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Terlebih agenda ini merupakan rangkaian pemecahan rekor MURI.
“Saya dapat nomor urut antrean ratusan dari ribuan, tapi senang. Apalagi melihat warga datang yang ramai,” ungkapnya saat ditemui usai membayar pajak di gedung serba guna, Rabu (10/10).
Lebih lanjut, ia pun merasa ini merupakan hal yang unik, mengingat baru pertama kali di Indonesia, Kutim menjadi tim pelaksana. Dengan sistem yang canggih dapat merekap anggaran ratusan miliar. “Saya bangga jadi warga Kutim. Melihat banyaknya masyarakat yang taat bayar pajak, ini sangat keren,” ujarnya.
Menurut lelaki berusia 39 tahun itu, proses transaksi terbilang cepat. Pasalnya ia datang hanya untuk menyerahkan anggaran saja. Baginya ini merupakan langkah efisien.
“Saya datang sebentar, terus menyetor uang, dapat bukti transaksi boleh pulang. Apalagi banyak outlet bank, jadi tidak begitu lama menunggu,” paparnya.
Di tempat yang sama, salah satu warga yang masih mengantre mengaku tertarik dengan doorprize yang disediakan, selain itu ia juga merasa senang atas penghapusan denda dalam pembayaran. Sehingga dirinya rela menempuh jarak sekira 15 kilometer.
“Rumah saya jauh, hanya saja bilangnya ada penghapusan denda dan ada undian doorprize, siapa tahu saya beruntung,” kata wanita bernama Mariana ini.
Berbeda, seorang warga yang enggan disebut namanya juga berpartisipasi membayar pajak. Ia mengeluhkan antrean yang mengular dan terpantau memenuhi gedung. Sehingga menurutnya hal seperti ini dianggap tidak efektif.
“Di sini banyak sekali orang, biasanya saya kalau bayar pajak cepat, ini malah lama. Hal seperti ini membuang waktu kerjaan lain,” tandasnya.
Pria dengan nomor urut ribuan tersebut merasa enggan berdesakan untuk mengurus hal seperti ini. Sehingga ia mengaku ingin pulang dan melakukan pekerjaannya.
“Sebenarnya mau pulang juga jauh. Paling anggota saya nanti yang bergantian datang ke sini lagi,” keluhnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post