SAMARINDA–Stadion Utama Palaran, Samarinda, sudah berdiri megah sejak 2008. Tapi sayang, fungsinya kurang maksimal. Belum lagi soal perawatan yang minim. Bahkan, sempat menjadi sorotan karena rumput tumbuh di kursi tribune.
Yang teranyar, ketika Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh Federation International Football Association (FIFA) pada 2021, stadion itu tampaknya kurang dilirik. Banyak hal yang diduga jadi penyebab. Selain banyak stadion yang lebih representatif di Indonesia. Bisa jadi karena daya beli tiket hingga jumlah penduduk menjadi salah satu penilaian.
Tahun lalu, Kaltim Post (induk Bontangpost.id) pernah mengulas tentang kondisi venue bekas Pekan Olahraga Nasional (PON) 2008 itu. Pada 23 Mei 2018, media ini mendatangi stadion tersebut. Ketika memasuki kompleks stadion, koran ini sudah disambut dengan jalan yang rusak. Bahkan, tergenang air berwarna kecokelatan. Akses menuju stadion yang tersusun dari paving block tertutup rumput liar. Sehingga riskan untuk dilewati pengendara motor atau mobil.
Kondisi itu juga dapat disaksikan ketika memasuki tribun stadion. Jika diperhatikan, kursi tribun dengan kapasitas 67 ribu penonton itu berwarna dasar biru, hijau, dan kuning. Namun, kini tampak memudar. Bahkan, kursi juga ditumbuhi rumput liar. Tidak itu saja, kursi tampak berlumut dan rusak.
Di sudut bangunan stadion, banyak tanaman liar yang hidup dan tumbuh. Tentu merusak kemegahan, apalagi warna dinding juga tak elok dipandang. Sebab, telah berubah warna menjadi kehijau-hijauan karena lumut yang menempel.
Kemarin (18/11/2019), media ini kembali menyambangi stadion yang dibangun dengan dana APBD Kaltim hampir Rp 1 triliun itu. Ada dua akses jalan menuju Kompleks Stadion Utama Palaran. Yaitu, melewati Jalan Dwikora di Kelurahan Simpang Pasir yang memerlukan waktu sekitar 20–25 menit dengan jarak tempuh 7 kilometer. Sementara itu, jika melewati depan Jalan HM Rifaddin untuk sampai di stadion memerlukan waktu 10 menit dengan jarak 1,7 kilometer.
Sambutan “selamat datang” di gerbang Kompleks Stadion Palaran tidak menampakkan seisi kompleks. Tapi sambutan jalan rusak mulai menimbulkan sebuah pertanyaan tentang anggaran perbaikan yang diberikan untuk stadion. Sekitar enam lubang besar telah menyambut dengan genangan airnya. Belum lagi ditambah lubang-lubang yang berukuran 5–10 sentimeter menghiasi jalan masuk menuju stadion.
Rumput liar juga tumbuh di sekitar stadion tanpa dipangkas. Setelah masuk melewati gerbang utama, paving block ada yang terangkat dan bergelombang. Dari pantauan media ini, debu dan rumput tebal saling bersaing untuk menutup sejumlah lapangan penunjang stadion utama.
Masuk dalam stadion utama kondisinya tak jauh berbeda dengan setahun lalu. Bau pesing sedikit menyengat saat masuk melewati pintu satu. Sampah berserakan serta rumput di sekitar stadion yang lebat mempertegas bahwa kompleks tersebut tak terurus dengan baik. Namun yang membedakan tak lagi rumput tumbuh di tribune penonton.
Adapun gedung stadion berusia 11 tahun itu minim penerangan. Setiap dindingnya “berhiaskan” jaring laba-laba, lantai pun diselimuti debu tebal. Dari lantai dua hingga lantai empat pemandangan serupa terlihat.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainuddin Amali merespons kondisi Stadion Palaran tersebut. Dia mengatakan, pemerintah pusat telah berbicara dengan Gubernur Kaltim terkait aset olahraga yang dibangun di Kaltim. “Enggak bisa cepat. Tapi kami telah berkoordinasi tentang hal itu,” ucapnya kepada Kaltim Post di Samarinda, Sabtu (16/11).
Dia berjanji memantau sekaligus memberikan dukungan terhadap pemerintah daerah untuk membenahi Stadion Utama Palaran. Bahkan, Zainuddin akan membantu sebisa mungkin menjaga aset tersebut. “Kalau bisa dianggarkan di APBN, kenapa tidak. Yang penting tidak melanggar aturan. Kemenpora tentu berusaha ikut membantu,” ujarnya.
Politikus Golkar itu berharap, Pemprov Kaltim lebih serius melakukan pemeliharaan aset bekas peninggalan PON 2008. Kemudian, lebih banyak menggelar event bertaraf nasional maupun internasional. Jadi, stadion lebih sering digunakan.
Sementara itu, Kepala UPTD Pengelola Kompleks Stadion Utama dan Madya (PKSUM), Sayid Husein Sadly mengatakan, sudah semaksimal mungkin menjaga dan memelihara bangunan kompleks stadion tersebut.
Pihaknya hanya mendapatkan Rp 1,3 miliar per tahun untuk memelihara Stadion Madya Sempaja dan Stadion Utama Palaran. Namun dengan lahan seluas 88 hektare dan 10 gelanggang olahraga termasuk stadion utamanya, dia mengaku anggaran yang ada tidak cukup untuk mencakup pemeliharaan semuanya. “Kami berharap, ada tambahan,” pintanya.
Menurut dia, ongkos pembersihan Stadion Utama Palaran harus menyiapkan dana Rp 1 miliar setiap tahunnya. Apalagi, selama ini pemeliharaan dilakukan oleh pihak ketiga untuk bagian cleaning service. (*/eza/rom/k8/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post