bontangpost.id – PT Pertamina bakal tetap berfokus menjalankan pembangunan megaproyek kilang termasuk Grass Root Refinery (GRR) Kilang Bontang yang kini masih dalam tahapan pencarian strategic partner.
CEO Refinery & Petrochemical Subholding (PT Kilang Pertamina Internasional), Ignatius Tallulembang mengungkapkan, untuk pencarian partner yang baru pihaknya masih akan mengadopsi skema investasi yang sama. Pertamina masih menantikan mitra yang tertarik termasuk soal rencana pemindahan lokasi.
“Kami masih nantikan partner yang tertarik dengan skema yang ada di mana Pertamina tidak berinvestasi, nantinya setelah 20 tahun baru pengelolaan sepenuhnya ke Pertamina,” ujar Ignatius dalam diskusi virtual, Sabtu (27/6/2020) dilansir dari kontan.
Ignatius menambahkan, Pertamina saat ini memilih fokus pada rencana peningkatan kapasitas dan pengolahan kilang-kilang eksisting.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo sempat menyinggung soal pembangunan kilang pasalnya selama masa kepemimpinannya dan dalam kurun 34 tahun terakhir belum ada pembangunan kilang baru.
Menanggapi hal tersebut, Ignatius menjelaskan pembangunan kilang memiliki timeline pengerjaan yang panjang sehingga membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
“Pak Presiden sempat memberi tantangan, kok di masa kepemimpinannya tidak ada kilang, karena memang butuh waktu lama. Ada tahapan engineering, lelang dan itu butuh waktu lama,” jelas Ignatius.
Ignatius menambahkan, pembangunan kilang untuk tahapan eksekusi seperti pembebasan lahan saja tak jarang memakan waktu 4 hingga 5 tahun. Di sisi lain, Pertamina menargetkan pembangunan kilang biasanya memakan waktu 5 tahun hingga 10 tahun. Bahkan jika mengadopsi cara konvensional maka akan butuh waktu lebih lama yakni 8 tahun hingga 10 tahun.
Ignatius mengamini ada sejumlah kendala dalam proses pembangunan kilang termasuk soal lahan dan pendanaan. Kendati demikian, upaya pengembangan kilang masih tetap dilakukan.
Sementara itu, Direktur Pembinaan Program Migas Soerjaningsih mengatakan, pembangunan kilang minyak baru ini memang amanat Peraturan Presiden Nomer 146 Tahun 2015. Tujuannya untuk mewujudkan ketahanan energi, menjamin ketersedian bahan bakan, dan mengurangi impor.
Untuk mendukung program ini, kata Soerjaningsih, Pemerintah memberikan penugasan kepada Pertamina dalam pengembangan dan pengoperasian kilang minyak: RDMP Balongan, RDMP Balikpapan, GRR Bontang, GRR Tuban, dan RDMP Cilacap. Pemerintah mendorong Pertamina untuk mencari strategic partner maupun melalui instumen KPBU dan menyiapkan insentif fiskal maupun nonfiskal.
“Pemerintah dorong skema KPBU, nantinya Pertamina sebagai pelaksana project melakukan lelang,” katanya dikutip dari katadata.
Sebelumnya, Pertamina berencana bekerjasama dengan perusahaan migas asal Oman, Overseas Oil and Gas (OOG) untuk pembangunan kilang berkapasitas 300.000 barel per hari (bph). Sayangnya, hingga penghujung tahun lalu kedua belah pihak tak mencapai kata sepakat. Kerjasama pun urung terjadi.
Di sisi lain, Pertamina juga tengah mengkaji rencana pemindahan lokasi kilang. Sebelumnya, ada dua lokasi yang menjadi kandidat lokasi baru pembangunan kilang yakni Kuala Tanjung dan Arun. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post