Bontangpost.id
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Kamis, 19 Mei 2022
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE
Bontangpost.id
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Bontangpost.id
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Home Feature

Petualangan Diego dan Marlies Bersepeda Belanda–Jakarta

Reporter: M Zulfikar Akbar
Jumat, 8 Maret 2019, 11:30 WITA
dalam Feature
4 menit dibaca
Petualangan Diego dan Marlies Bersepeda Belanda–Jakarta

PENUH KENANGAN: Diego Yanuar dan Marlies Fennema saat tiba di Tajikistan. Mereka menempuh perjalanan dari Belanda ke Jakarta selama 322 hari. (Diego Yanuar for Jawa Pos)

Scan MeShare on FacebookShare on Twitter

Bosan dengan rutinitas hidup? Mungkin bisa meniru cara pasangan kekasih beda negara ini. Mereka menghabiskan waktu hampir setahun untuk bersepeda lintas benua. Perjalanan memang berat. Tapi, impas dengan pengalaman berharga yang mereka rasakan.

DEBORA DANISA SITANGGANG, Jakarta

MINGGU, 2 April 2018. Diego Yanuar, 31, dan Marlies Fennema, 25, memulai petualangan. Start dari Nijmegen, kota asal Marlies di Belanda. Titik finisnya di Jakarta, rumah Diego. Bukan naik pesawat atau kapal. Melainkan lewat jalur darat. Menggunakan sepeda.

Belum genap setahun perjalanan, Diego dan Marlies sudah menuntaskan misi. Mereka tiba di Jakarta pada 24 Februari lalu. Total perjalanan 332 hari. Selama itu pula mereka habiskan waktu dengan mengayuh sepeda. Mirip Ninja Hattori mendaki gunung, melewati lembah.

Petualangan unik itu sejatinya berawal dari ide iseng. Beberapa kali mereka saling mengunjungi satu sama lain. Terkadang Diego ke Belanda atau Marlies yang datang ke Indonesia. Naik pesawat. Lantas, suatu hari Marlies nyeletuk.

”Gimana kalau kita naik sepeda aja supaya bisa lihat semua yang ada di bawah?” Diego mengulangi kata-kata Marlies.

Karena itulah, perjalanan mereka dinamakan Everything in Between. Semua yang ada di antara jarak yang memisahkan Belanda dan Indonesia.

Kenapa sepeda? Menurut mereka, kecepatan sepeda paling pas. Tidak terlalu cepat seperti motor atau mobil, tapi juga tidak terlalu lambat seperti berjalan kaki. Naik sepeda juga membuat mereka lebih bisa beraktivitas, daripada hanya diam dan memutar gas motor atau menyetir mobil. Sekalian olahraga. Menurut Marlies, bersepeda sudah jadi bagian hidup orang Belanda.

”Bahkan, jumlah sepeda di sana lebih banyak daripada manusianya,” tutur Marlies.

Mereka juga mencari hal lain yang bisa dilakukan selama perjalanan. Beramal atau berdonasi akhirnya menjadi pilihan. Caranya bukan dengan menggalang donasi selama di jalan. Melainkan, lewat website fundraising. Cerita selama perjalanan diunggah. Siapa pun yang tertarik dengan cerita mereka bisa memberikan donasi. Jurnal perjalanan itu mereka unggah dalam akun Instagram: everythinginbetween.journal. Sampai kemarin, sudah ada 237 foto yang diunggah. Foto aslinya tentu lebih banyak.

”Udah gak ngitung lagi, ribuan,” ungkap Diego.

Awalnya, pasangan yang sudah bersama selama enam tahun itu bingung mau berdonasi untuk apa. Pilihannya adalah manusia, hewan, atau lingkungan. Akhirnya mereka memilih ketiganya.

”Kami ingin kehidupan yang harmonis di antara ketiganya itu,” terang Diego.

Mereka lantas memilih tiga yayasan. Yakni, Lestari Sayang Anak untuk sesama manusia, Jakarta Animal Aid Network untuk fauna, dan Kebun Kumara untuk lingkungan.

Sesampai di Indonesia, mereka mampir ke tiga yayasan itu. Marlies mengungkapkan, sebagian anak bertanya, buat apa mereka bersepeda sejauh itu.

”Ada anak bahkan tanya, kalian kok gak naik pesawat aja?” tuturnya, lantas terkekeh.

Diego menjawab, kalau hanya naik pesawat, tidak akan merasakan berbagai pengalaman seru.

Waktu ditanya pengalaman yang paling berkesan, Diego dan Marlies sama-sama bingung. Sebab, mereka mengalami banyak sekali pengalaman. Intinya, keduanya menikmati perjalanan itu karena bisa menyambangi tempat-tempat yang anti-mainstream. Di tempat-tempat tersebut mereka juga mendapat pengalaman unik.

Ketika di Turki, misalnya. Awalnya mereka datang ke tempat yang disarankan para pelancong. Kapadokia, kota batu dengan balon udaranya yang terkenal. Memang bagus menurut mereka.

”Tapi, kami merasa bukan ini yang kami cari,” ujar Diego.

Justru saat tiba di padang rumput antah-berantah, keduanya mengaku sangat puas. Padang rumput itu masih di wilayah Turki, tidak jauh dari Kapadokia. Keduanya memutuskan berkemah di sana. Apalagi, ada latar pemandangan Pegunungan Erciyes yang kelewat cantiknya. Saat mereka sedang beristirahat di tenda, tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh seperti derap kaki yang sangat banyak. Rupanya, ada sekumpulan kerbau yang melintas. Jumlahnya tak tanggung-tanggung, sekitar 400 ekor. Sontak Marlies lari ke bukit karena takut diapa-apakan kawanan kerbau itu.

”I’m so scared! I don’t wanna die!” Marlies mengulangi kata-katanya saat itu.

Ternyata padang itu memang sering dipakai penduduk setempat untuk menggembala kerbau. Akhirnya sang gembala mampir ke tenda mereka dan banyak mengobrol.

Selain di Turki, Diego dan Marlies menghabiskan waktu cukup lama di Iran. Negara favorit mereka. Selama di Iran, mereka tinggal di rumah warga. Rumah itu terbuat dari tanah liat. Tidak banyak yang bisa bahasa Inggris. Untung, Diego bisa sedikit-sedikit membaca huruf Arab-Persia dan berkomunikasi dengan mereka.

”Pengalaman itu gak mungkin didapatkan kalau hanya ke tempat yang touristy,” imbuh Diego.

Ada pengalaman menyenangkan, ada juga yang bikin tegang dan kerepotan. Karena masuk ke beberapa negara, sudah pasti Diego dan Marlies pernah mengalami kendala di perbatasan. Pertama, ketika hendak menyeberang ke perbatasan Serbia-Rumania. Bendera Belanda yang terpasang di sepeda membuat mereka dicegat polisi perbatasan.

Belanda terkenal sebagai negara yang melegalkan ganja. Karena itulah, Diego dan Marlies dicurigai polisi setempat. Tentu saja mereka bilang tidak. Suasana kemudian mencair dan mereka mengobrol sebentar di perbatasan itu. Guyon biasa, sampai salah seorang polisi kembali bertanya apakah mereka benar-benar tidak membawa ganja.

”Karena dipikir sudah cair, ya Marlies sempat bercanda, bilang bawa ganja 10 kilogram,” tutur Diego.

Gara-gara guyonan itu, mereka akhirnya tertahan di perbatasan selama satu jam. Polisi meminta mereka membongkar barang-barang bawaan. Polisi ingin memastikan tidak ada ganja. Total bawaan mereka kurang lebih 50 kilogram. Isinya persediaan makanan, baju, sampai alat-alat elektronik.

”Kasihan Diego karena harus unpack semua, termasuk baju-baju kotornya,” kenang Marlies.

Insiden unpacking itu juga terjadi di Tiongkok. Mereka masuk lewat Xinjiang, dataran Tiongkok bagian barat. Diego dan Marlies harus membongkar kembali bawaannya satu per satu untuk diperiksa polisi. Yang paling dicurigai adalah gadget, laptop, dan kamera.

”Polisi lihat isinya karena curiga. Tapi, begitu dibuka, isinya cuma video-video tikus,” lanjut Marlies.

Lega sudah pasti terasa setelah menyelesaikan life goal mereka yang satu ini. Ada hal-hal yang akan dikangenin selama perjalanan. Misalnya, kesempatan menikmati pemandangan eksotis dan bertemu banyak orang dari berbagai latar belakang. Namun, Marlies mengaku belum punya keinginan untuk mengeksplorasi tempat baru lagi. Apalagi, dengan sepeda dan jarak ribuan kilometer.

Mereka berencana kembali ke Belanda dan menata lagi kehidupan seperti sebelum bersepeda. Maklum, untuk menempuh perjalanan jauh itu, mereka harus mengumpulkan biaya selama sekitar tiga tahun.

”Kita kerja keras, kadang kerja tujuh hari dalam seminggu,” ungkapnya.

Setelah uang terkumpul, Diego mengajukan resign dari pekerjaan lamanya di Belanda. Marlies yang dulunya guru juga berhenti mengajar sementara dan meng-handle bisnis mikronya dari jauh selama bersepeda.

Namun, mereka masih punya bucket list tempat yang ingin dikunjungi. Tentu saja tidak dengan sepeda lagi.

”Saya ingin sekali ke negara-negara Skandinavia, tapi sekarang fokus cari kerja dulu saja,” tutur Marlies.

Sedangkan Diego ingin mengeksplorasi daratan Amerika Selatan. Keduanya kembali ke Belanda April nanti. Tentu dengan membawa kenangan selama perjalanan bersepeda itu. Berharap bisa menginspirasi lebih banyak lagi orang. (*/c10/oni/jpg)

Share this:

  • Twitter
  • Facebook


Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Saksikan video menarik berikut ini:

Tags: bersepedalintas benua
Print Friendly, PDF & Email
PindaiBagikan22Tweet14Kirim

Dapatkan informasi terbaru langsung di perangkat anda. Langganan sekarang!

Berhenti Berlangganan

Komentar Anda

Related Posts

Cerita Inspiratif Denni Mappa, Cerdik Baca Peluang, Kembangkan Bisnis Kesehatan

Cerita Inspiratif Denni Mappa, Cerdik Baca Peluang, Kembangkan Bisnis Kesehatan

Selasa, 15 Februari 2022, 15:00 WITA
Ultah Pramoedya dan Keteguhan Soesilo Toer Merawat Semangatnya lewat Pataba

Ultah Pramoedya dan Keteguhan Soesilo Toer Merawat Semangatnya lewat Pataba

Sabtu, 12 Februari 2022, 11:43 WITA
Aksi Nekat Triyono Lompat dari Kapal Pemancing, Terapung Tiga Hari di Laut Jawa

Aksi Nekat Triyono Lompat dari Kapal Pemancing, Terapung Tiga Hari di Laut Jawa

Minggu, 8 Agustus 2021, 12:00 WITA
Mengenal Lapak Baca Bontang, Menyebar Semangat Literasi dengan Cara Sederhana

Mengenal Lapak Baca Bontang, Menyebar Semangat Literasi dengan Cara Sederhana

Minggu, 27 Juni 2021, 19:35 WITA
Kisah Pemancing yang Hilang di Mata Istri

Kisah Pemancing yang Hilang di Mata Istri

Rabu, 13 Januari 2021, 13:00 WITA
Kisah Para Pelaku Pesta Miras Berujung Maut

Kisah Para Pelaku Pesta Miras Berujung Maut

Rabu, 6 Januari 2021, 17:00 WITA
Postingan Selanjutnya
Hujan Uang di Tol

Hujan Uang di Tol

  • Terpopuler
  • Komentar
  • Terbaru
“Surat Sakti” dari Basri, Beri Rekomendasi untuk Perusahaan Kutai Timur

“Surat Sakti” dari Basri, Beri Rekomendasi untuk Perusahaan Kutai Timur

Minggu, 15 Mei 2022, 18:21 WITA
Jaringan Sabu Dibongkar, Empat Wanita di Bontang Diringkus

Jaringan Sabu Dibongkar, Empat Wanita di Bontang Diringkus

Jumat, 13 Mei 2022, 13:49 WITA
Tak Hanya di Indonesia, Kota-kota Besar Dunia ini juga Pernah Blackout

Trafo Gardu Induk Rusak, Listrik di Bontang Padam

Jumat, 13 Mei 2022, 18:33 WITA
Kilang Minyak Terbakar, 1 Pekerja Meninggal, 5 Orang Luka-luka

Kilang Minyak Terbakar, 1 Pekerja Meninggal, 5 Orang Luka-luka

Senin, 16 Mei 2022, 10:00 WITA
Korban Meninggal Kecelakaan Bus Pariwisata Bertambah Jadi 15 Orang

Korban Meninggal Kecelakaan Bus Pariwisata Bertambah Jadi 15 Orang

Senin, 16 Mei 2022, 17:11 WITA
Petaka Maut di Balik Krisis Iklim di Kaltim

Petaka Maut di Balik Krisis Iklim di Kaltim

Kamis, 19 Mei 2022, 16:00 WITA
Bawa Sabu 22 Kilogram, Kurir Dijanji Upah Rp 300 Juta

Bawa Sabu 22 Kilogram, Kurir Dijanji Upah Rp 300 Juta

Kamis, 19 Mei 2022, 15:00 WITA
Pasca Lebaran, Pencari Kerja di Bontang Meningkat

Pasca Lebaran, Pencari Kerja di Bontang Meningkat

Kamis, 19 Mei 2022, 14:14 WITA
Prokes Dilonggarkan, Traveling Tak Perlu PCR-Antigen Lagi

Prokes Dilonggarkan, Traveling Tak Perlu PCR-Antigen Lagi

Kamis, 19 Mei 2022, 13:30 WITA
Dongkrak Prestasi Olahraga Catur Lewat Turnamen Wali Kota Cup Ke-4

Terkait “Surat Sakti”, AH: Seharusnya Wali Kota yang Mencabut, Bukan Perusahaan

Kamis, 19 Mei 2022, 12:32 WITA
  • Indeks Berita
  • Redaksi
  • Mitra
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Kontak
Iklan dan Marketing: (0548)20545

© 2019 Bontangpost.id. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE

© 2019 Bontangpost.id. All Rights Reserved.