SAMARINDA – Kelangkaan daging ayam di sejumlah pasar dalam sepekan terakhir diakui Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Samarinda sebagai akibat pengurangan stok bibit ayam dari distributor.
Hal ini diungkapkan Ketua Pinsar Samarinda, Dhana Rosaeri, usai tinjauan ke beberapa pasar tradisional bersama Pemkot Samarinda, Senin (30/7) kemarin. Kendati demikian, ia meyakinkan bahwa stok daging ayam akan segera normal.
“Kami akui bahwa kemarin-kemarin stok daging ayam berkurang karena regulasi dari pusat. Di sisi lain, kebutuhan ayam di Samarinda meningkat karena adanya peningkatan harga jual batu bara. Inilah salah satu faktornya. Namun, memasuki minggu ini, stok daging ayam akan segera normal,” kata dia meyakinkan.
Selain dikarenakan pasokan yang berkurang, Dhana menjelaskan, banyaknya anakan ayam yang mati karena adanya virus juga menjadi salah satu faktor pendukung. Virus yang kini menyerang bibit ayam itu adalah Inclusion Body Hepatitis (IBH).
Untuk diketahui, kebutuhan ayam di Samarinda dan sekitarnya dalam sehari bisa mencapai 65 sampai 70 ribu ekor. Sedangkan ayam yang disuplai ke pasar setiap harinya hanya berkisar 50 hingga 60 ribu ekor.
Sementara bila ada sekira delapan sampai 10 persen ayam mati diakibatkan virus, maka jumlah ketersediaan ayam tersebut akan berkurang lagi. Hal itu diakui pengurus Pinsar Samarinda, mempengaruhi pendistribusian ke daerah-daerah.
“Sedangkan stok daging ayam yang ada tidak hanya dipasok ke Samarinda, namun juga ke Bontang dan Kutai Kartanegara. Sehingga ada selisih sekira 10 ribu ekor per harinya,” tutur dia.
Lebih lanjut, Dhana berkata, di tengah kelangkaan daging ayam ini, seharusnya Pemkot Samarinda dapat mengambil kebijakan dengan merubah aturan pembelian daging ayam dari per ekor menjadi per kilonya. Pasalnya, jika hanya dijual per ekor pembeli tidak akan mengetahui berat sesungguhnya daging ayam tersebut.
“Hal ini dilakukan untuk mengurangi tingkat kecurangan yang biasanya dilakukan banyak penjual ayam. Karena pembeli tidak mengetaui secara pasti berapa berat ayam itu. Yang menjadi patokan hanya jika dagingnya agak kecil, maka harganya murah. Jika agak besar maka harganya mahal,” usulnya. (*/dev)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: