Dishut Perangi Pelaku Pencemaran Sungai
BANJARMASIN – Beberapa bulan terakhir Dinas Kehutanan (Dishut) Kalsel dibuat repot oleh adanya aktivitas tambang emas tradisional di hulu Sungai Kalaan, Kabupaten Tanah Laut. Sebab, aktivitas tersebut membuat sungai tercemar.
Pencemaran sendiri bukan hanya terjadi di Sungai Kalaan. Namun meluas hingga ke Desa Belangian, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Di mana kedua lokasi ini sama-sama masuk di kawasan Tahura Sultan Adam.
Tak ingin pencemaran semakin menjadi-jadi, bulan Januari tadi Dishut Kalsel meninjau langsung ke lokasi tambang untuk menindak para penambang. Sayangnya saat itu, mereka tak berhasil menemukan masyarakat yang sedang menambang. “Mereka tak ada di lokasi, hanya ada puluhan pondok terpal. Tampaknya mereka tahu kehadiran kami,” kata Kepala Dishut Kalsel Hanif Faisol Nurofiq.
Ia menuturkan, untuk sampai ke lokasi mereka harus berjalan kaki sejauh empat kilometer dari Desa Bajuin, Tanah Laut. “Tambang di sana baru ada beberapa bulan, mereka pindahan dari Karang Intan. Karena di Karang Intan diobrak-abrik aparat, mereka lalu pindah ke sana,” ujarnya.
Lebih lanjut Hanif mengungkapkan, agar aktivitas tambang tak ada lagi. Dalam waktu dekat mereka akan kembali ke lokasi bersama aparat kepolisian dan tentara, untuk melakukan pengusiran dengan cara membakar seluruh pondok yang ada di sana. “Kami masih menunggu kesiapan aparat, karena tidak mungkin kami ke sana sendiri. Jumlah penambang banyak, ada ratusan orang,” ungkapnya.
Pengusiran dilakukan, karena aktivitas tambang emas tersebut membuat mutu air di Sungai Kalaan hingga Belangian menurun. Penurunan kualitas terjadi, karena masyarakat menambang menggunakan mercury. “Selain mercury-nya yang larut, aktivitas tambang juga membuat air sungai keruh,” pungkasnya. (ris/yn/ram)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post