Budaya Pawai Ogoh-Ogoh di Kutai Timur
Budaya arak ogoh-ogoh tak sekadar ritual keagamaan bagi Umat Hindu menyambut Hari Raya Nyepi. Prosesi ini juga menyimpan potensi budaya pariwisata.
Herdi Jaffar, SANGATTA
Pawai Ogoh-ogoh menarik perhatian warga yang melewati jalan protokol Sangatta, Senin (26/7) kemarin. Patung raksasa menyerupai monster itu digotong para lelaki perkasa. Alunan musik gamelan khas Bali mengalun seakan memberi irama para penggotong untuk menggoyangkan raksasa berwajah menyeramkan itu. Sekumpulan bocah yang menari dengan penuh keceriaan mengiringi di belakangnya. Uniknya, mereka mengenakan pakaian adat Jawa, Bali, dan Kutai.
Pemandangan ini tentu menjadi tontonan menarik bagi warga sekitar. Bahkan mereka rela berpanas-panasan di bibir jalan untuk menyaksikan pawai ogoh-ogoh.
Sebelum diarak, Pawai Ogoh-ogoh dibuka secara resmi Bupati Kutim Ismunandar, di Pura Dharma Prima Jagatnatha. Di sana digelar upacara agar kegiatan tersebut dilancarkan.
“Ini yang kedua kalinya kami membuat ogoh-ogoh untuk menyambut Nyepi. Ini kami lakukan untuk mempertahankan budaya, karena di Bali ini menjadi budaya. Pawai ini sekaligus dijadikan sebagai objek pariwisata,” kata I Gusti Bagus Oka, Ketua Parasida Hindu Dharma Indonesia Kutim.
Rencananya, ogoh-ogoh hanya akan di arak di kawasan Pura. Namun, kata dia, banyak masyarakat meminta agar diarak keliling kota.
“Kita patus bersykur, karena dilema isu SARA saat ini tidak terjadi di Kutim. Walaupun heterogen, tapi masih menghargai satu sama lain. Dengan budaya ini kita eratkan kebersamaan,” ujarnya.
Dalam ajaran Hindu, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan alam semesta dan waktu. Makanya, ogoh-ogoh berwujud raksasa dengan wajah dan tubuh menyeramkan dan memiliki sikap negatif.
“Makanya ada prosesi pemusnahan Ogoh-ogoh, ini dimaksudkan untuk menghilangkan sifat-sifat buruk. Butha kala juga diartikan waktu yang berputar, makanya selama waktu itu kita harus selalu instropeksi diri dan membuang hal-hal yang negatif,” terangnya.
Sementara itu Ismunandar mengaku bangga melihat perayaan yang dilaksanakan Umat Hindu di Kutim. Apalagi di Hari Raya Nyepi tahun ini bertemakan ‘Ikut Membangun Kutim dengan Kebhinekaan.
“Kutim tidak bisa dibangun hanya oleh pemerintah, tapi seluruh stakholder. Itu sebabnya kami ucapkan terima kasih dan selamat Hari Raya Nyepi,” kata Ismu. (hd)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post