SANGATTA – Sampai Oktober 2018, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kutim mencatat, ada ratusan ribu warga Kutim peserta BPJS Kesehatan mandiri, yang menunggak pembayaran iuran bulanan.
Kepala Cabang BPJS Kutim, Nurlia Afyanti mengatakan, dari 418.625 penduduk Kutim, baru sekira 261.800 atau 69 persen yang tergabung dalam peserta BPJS Kesehatan. Sementara itu sekira 64,21 persen peserta BPJS kesehatan mandiri menunggak pembayaran. “Untuk berapa nilai pasti tunggakan setiap bulannya kami tidak dapat menjelaskan, karena yang tahu itu pusat, kami memastikan jumlahnya mencapai miliaran rupiah,” kata wanita berhijab ini.
Berdasarkan data tunggakan yang dimiliki, peserta yang tercatat paling banyak menunggak pembayaran iuran, yakni mereka yang berada di kelas satu dan tiga, dengan persentase sebanyak 64 persen.
“Kutim masih stabil, penerimaan iuran dan pembayaran secara nasional memang defisit. Namun untuk pembayaran iuran sektor mandiri di Kutim penyetorannya masih rendah,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, setiap bulannya BPJS membayar sekira Rp 2 miliar bagi satu rumah sakit, sementara iuran setiap bulannya tidak sebanding.
“Di Kutim ada lima RS yang bekerja sama dengan kami. Masing-masing Rp. 2-3 miliar. Bisa mencapai Rp. 10 miliar yang kami bayar setiap tahunnya,” paparnya.
Menurutnya dibandingkan dengan iuran yang masuk, jauh lebih besar pembayaran keluar setiap bulannya. Namun Lia merasa optimistis hingga tahun-tahun berikutnya BPJS tetap melayani warga Kutim.
“Semoga kesadaran masyarakat untuk saling menopang, semakin tinggi,” harapnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post