bontangpost.id – Kasus wabah difteri di Kota Taman berpotensi bertambah. Setelah lima kasus hasil pengujian dinyatakan positif pada akhir tahun lalu, kini satu pasien dipastikan secara klinis difteri.
Kasi Surveilans, Imunisasi, Wabah, dan Bencana Dinas Kesehatan (Diskes) Adi Permana mengatakan pasien tersebut merupakan rujukan sebelumnya dari Puskesmas Bontang Selatan II.
“Pekan lalu ada tambahan kasus klinis satu pasien. Jadi ada enam totalnya,” kata Adi.
Pasien ini berusia lima tahun. Senin lalu ia mengeluhkan batuk, pilek, dan nyeri menelan. Kemudian langsung dirujuk ke RSUD Taman Husada. Sekarang mendapat penanganan di ruang isolasi yang sebelumnya dipakai pasien Covid-19. Virus ini menyebar melalui udara.
“Khasnya ialah ada membran tebal di dalam tenggorokan dan nyeri menelan. Ini menyerang pernapasan atas. Nyeri lantaran tersumbat karena ada membran yang keras,” ucapnya.
Sementara satu pasien ini sudah dilakukan pengujian, Kamis lalu. Namun sampel masih dikirim. Membutuhkan waktu sepekan hingga dua pekan untuk kesembuhan. Empat pasien sebelumnya merupakan hasil tracing. Adapun dua pasien, termasuk yang baru ialah tidak ada kontak erat.
“Ini yang kami masih meraba-raba. Karena kalau kontak erat mudah untuk memutus rantainya,” tutur dia.
Diskes pun sudah mengirimkan data ini ke Kemenkes. Terkait dengan ditemukannya kasus difteri. Saat disinggung apakah keluar keputusan kejadian luar biasa (KLB), ia menyerahkan sepenuhnya kepada kepala daerah.
“Kami sudah buat instruksi wali kota kepada masyarakat dan sekolah untuk melakukan vaksinasi terbatas,” sebutnya.
Vaksinasi yang dikerjakan ialah untuk melengkapi ketinggalan penyaluran vaksin. Mengingat tahun sebelumnya vaksinasi di posyandu terkendala pandemi Covid-19. Sehingga masih ada potensi yang belum mendapatkan vaksinasi penuh.
“Sampai siswa sekolah dasar yang ketinggalan karena dulu pernah tidak ikut vaksinasi bisa dilengkapi. Sambil dievaluasi, kejadian ini sudah selesai atau tidak,” terangnya.
Penyakit ini sebagian besar menyasar anak. Walaupun ada kasus juga mengarah ke orang dewasa. Hanya kondisi klinis bagi anak-anak lebih parah jika terkena. Ini merupakan kebalikan dari Covid-19.
“Kebetulan kasus yang ada ini di rentan usia 3-10 tahun,” urai dia.
Analisa Diskes selama kurun pandemi, banyak masyarakat yang tidak memvaksin anaknya. Alasannya ialah takut ke fakses serta langkah penyetopan operasional posyandu juga menjadi biang. Pada 2020 cakupan vaksinasi hanya 49 persen. Padahal idealnya di angka 90 persen ke atasnya.
“Jadi anak sampai usia 12 boleh. Nanti tetep diinput datanya. Pelaksanaan vaksinasi di sekolah, puskesmas, dan posyandu,” sebutnya.
Secara ketentuan dari bayi sampai usia sekolah dapat enam kali dosis vaksin difteri. Bahkan polio, DPT, maupun campak bisa dikejar jika ketinggalan. Semua vaksinasi ini bersifat gratis. Kegiatan vaksinasi terbatas diselenggarakan hingga 16 Februari.
“Namun jika ada kasus baru strateginya akan berubah lagi,” pungkasnya. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: