Lurah Gunung Elai baru, Zainuddin punya cara beradaptasi dengan wilayahnya. Selama sebulan penuh Ia rutin safari ke masjid dan musala, melaksanakan salat berjamaah. Guna mengenalkan diri kepada warganya.
Veri Sakal, Bontang
Menjabat Lurah Gunung Elai bukan hal baru bagi Zainuddin. Pasalnya, posisi ini pernah diembannya tahun 2008-2010 silam. Kendati demikian, tentu permasalahan yang ada saat ini berbeda dibandingkan ketika ia dulu menjabat. Karena itu, di program 100 hari kerjanya, ia pun memiliki program dalam memajukan wilayahnya.
“Selaku PNS (Pegawai Negeri Sipil, Red) ) atau ASN (Aparartur Sipil Negara, Red) kami siap ditempatkan di mana saja,” tegasnya, Senin (16/1) lalu.
Zainuddin menjelaskan, meskipun dia pernah menjabat sebagai lurah, tentu tidak semua orang saat ini mengenalnya. Meskipun banyak yang mengenal dirinya, terlebih ketua RT ataupun warga yang lama. Maka dari itu, ia pun memiliki program sebulan penuh ini, di awal kepemimpinannya untuk pengenalan lingkungan dan beradaptasi pada warga dengan melakukan safari ke masjid dan musala di wilayah Gunung Elai.
“Saya usahakan sebulan penuh ini salat berjamaah dengan warga. Baik itu subuh, magrib, dan Isya, sekaligus memperkenalkan diri saya sebagai lurah yang baru,” tuturnya.
Dalam safari tersebut, tak jarang pula ia menjadi imam salat dan memberikan kuliah tujuh menit (Kultum) kepada jamaah masjid ataupun warganya. Menurutnya kegiatan seperti ini bukan hal baru baginya, sebab gaya blusukan ini juga yang diterapkan saat ia menjabat Lurah di Kelurahan Berbas Pantai.
“Lewat blusukan tersebut, saya sekarang sering diundang ibu-ibu maupun bapak-bapak pengajian dalam mengisi tausiyah,” ungkapnya.
Mengenai persoalan sampah di wilayahnya, ia pun sudah sigap dan tanggap mengenai hal tersebut, karena di awal kemimpinanya, ia sudah mengumpulkan 45 ketua RT yang ada di wilayahnya di Aula pertemuan Den Arhanud Rudal 002 dalam membahas hal tersebut. Dalam pertemuan itu, ia menyampaikan bahwa sampah warga sebaiknya dimasukkan di dalam kantong sampah tepat waktu, yakni sebelum petugas kebersihan datang untuk mengangkut, bukan saat petugas sudah mengangkut sampah-sampah tersebut.
“Kelurahan Gunung Elai ini juga dicanangkan Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni sebagai kelurahan bebas dari sampah. Maka dari itu, selain tiga armada pengangkut dioptimalkan, kesadaran warga dan peran ketua RT sangat dibutuhkan dalam usaha ini,” tutupnya. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: