Gereja katolik Santo Josef merupakan Gereja Katolik tertua di Bontang. Sebelum dibangunnya gereja ini, umat Katolik beribadah di aula terbuka dan rumah huni di kawasan PT Badak NGL. Seiring bertambahnya umat Katolik, barulah tahun 1990, gereja ini dibangun permanen di Kompleks Hop III PT Badak NGL dan sampai saat ini digunakan sebagai tempat ibadah.
Veri Sakal, Bontang
Sejak pembangunan kilang PT Badak NGL pada 1974 silam, tentu banyak warga pendatang berduyun-duyun ke Kota Taman untuk bekerja di perusahaan tersebut. Tidak terkecuali umat Katolik, yang waktu itu masih sekitar lima keluarga, termasuk para expatriat atau warga asing yang datang dan terlibat dalam pembangunan kilang. Sembari berjalannya waktu, mereka pun menjadi karyawan kontraktor.
Sebagai umat beragama, mereka ingin melaksanakan ibadah rutinnya, seperti melaksanakan Misa Ekaristi. Namun, karena merasa minimnya fasilitas ataupun sarana untuk bisa menjalankannya, akhirnya mereka pun sepakat mendatangkan pastor tamu dari Balikpapan secara bergantian dalam kegiatan keagamaan tersebut.
“Tempat ibadah waktu itu dilakukan di aula, di dekat perumahan PT Badak NGL, yang kondisinya masih bersifat terbuka. Ini menjadi tempat karyawan melepas lelah setelah seharian bekerja,” kata Joko Susilo, Koordinator Seksi Keadilan dan Perdamaian Gereja Katolik Paroki Santo Yosep, Senin (26/12) lalu.
Joko pun menjelaskan, sekitar tahun 1976, beberapa umat Katolik yang bekerja di Pertamina dan pekerja lainnya di PT Badak NGL yang ikut membangun kilang, seperti Johanes Sunarno, Patricius Bulan, Bernardus Rochibadi, Setio Wahono, Christ Sutarto, dan Yohanes Don Bosco memberanikan diri menghadap manajemen PT Badak NGL.
Mereka berharap, bisa mendapatkan sebuah tempat yang dapat digunakan untuk melakukan pembinaan rohani umat termasuk perayaan Ekaristi. Akhirnya permohonan para pioneer tersebut dikabulkan oleh pihak manajemen, dengan memberikan ruangan sementara di depan commissary.
“Lokasi tersebut berada di dekat Water Treatment Plant (WTP) yang sekarang telah berubah menjadi bangunan rumah tinggal permanen, yang saat itu dikenal dengan nama Construction House CH-12 A,” jelasnya.
Dia menuturkan pada tahun 1976-1978, secara hierarki keuskupan Samarinda mengusulkan langsung ke Vatikan, Roma, untuk memberikan nama tempat ibadah tersebut.
Akhirnya disetujui pada 1982, tempat ibadah yang masih menggunakan rumah huni PT Badak NGL ini dikukuhkan dengan nama Gereja Katolik Santo Josef untuk pertama kali.
“Di tahun 1982 juga SK (Surat Ketetapan, Red.) Uskup Samarinda No.02/KS/1982, bahwa Pastor Paroki pertama yang menjadi kepala paroki di Bontang adalah Pastor Yohanes Mangun,” tuturnya.
Kemudian seiring berjalannya waktu, di sisi utara Bontang, mulai dilakukan pembangunan pabrik PT Pupuk Kaltim. Dengan adanya dua perusahaan besar tersebut, maka bertambah pula jumlah pekerja yang datang dari luar Bontang. Tentunya ini juga berimbas bertambahnya jumlah umat Katolik yang mngikuti ibadah di CH-12 A kawasan PT Badak NGL.
Melihat hal tersebut, pada 1989 pimpinan PT Badak NGL membangunkan sebuah gereja di Kompleks Hop III sebagai pengganti fasilitas di CH-12 A. Kemudian di 1990, akhirnya umat Katolik telah berbahagia karena memiliki gedung yang permanen dalam melaksanakan ibadah kepada Tuhan.
“Mulai tahun inilah, seluruh kegiatan peribadatan dan pelayanan pastoral sepenuhya dilaksanakan di Gereja Katolik Hop III ini sesuai dengan kalender liturgi gereja yang secara hierarki langsung dari Vatican,” tutupnya. (**)