Kisah Inspirasi Warga Bontang: Muhammad Sabir (201)
Kegagalan demi kegagalan tak melunturkan cita-cita Muhammad Sabir untuk mengukir prestasi di Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ). Justru menjadi pelecut semangat guna meraih apa yang diimpikan.
Yusva Alam, Bontang
Kesuksesan tidak mudah diraih. Jalan berliku nan terjal siap menjadi penghadang. Karenanya dibutuhkan kerja keras dan konsistensi untuk bisa melewatinya, agar mampu mencapai tangga kesuksesan. Begitupula yang dialami Sabir, sapaan pria kelahiran Sangkulirang-Kutim ini. Ia harus menghadapi berbagai rintangan, baik kecil maupun besar untuk bisa menggapai mimpinya menjadi penghapal Quran dan menjuarai Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ).
Kegagalan demi kegagalan mewarnai perjalanan awalnya meraih mimpi. Saat berusia 10 tahun atau kelas 5 SD kala itu, Sabir kecil mengikuti lomba tilawah MTQ. Namun sebatas cadangan. Tidak berlomba sama sekali. Posisinya sebagai cadangan ini melecut dirinya untuk belajar menjadi penghapal (hafiz) Quran. Iapun mondok di sebuah pesantren di daerahnya, Bengalon.
“Saat itu saya mampu menghapal 3 juz Al Quran. Lalu ikut lagi lomba tahfiz, dan kembali gagal menjadi juara,” ujarnya.
Tak larut dalam kesedihan, Sabir justru semakin bersemangat. Atas keinginan sendiri, usai lulus SD Ia melanjutkan nyantri di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Huffadh, Sulsel selama 2 tahun. Untuk meningkatkan kemampuannya. Namun takdir berkata lain, Sabir kembali mendapatkan cobaan. Sang ayah meninggal dunia. Iapun terpaksa berpikir keras untuk menghidupi diri sendiri. Ditambah lagi, Ia mengalami sakit parah, liver. Harus diopname di rumah sakit satu bulan lamanya.
“Selama dirawat saya menghabiskan 25 botol infus. Untung ponpes ikut membantu perawatan saya,” kenangnya.
Dari Ponpes itu, Ia beralih ke Ponpes Darul Abror untuk melanjutkan pendidikan selama 3 tahun. Masih di daerah Sulsel. Di Ponpes ketiganya ini, Sabir mengaku mendapatkan lebih banyak ilmu untuk perbaikan bacaan Quran.
“Di kedua Ponpes ini saya fokus pada bahasa, hapalan, dan ilmu syariat,” katanya.
Diakuinya, selain mendapatkan tambahan ilmu, dirinya pun diangkat sebagai qismul lughoh (bagian bahasa) selama 2 tahun lamanya. Di pondok inilah Sabir mulai kembali ikut lomba keislaman. Ia mengikuti kategori hapalan 10 juz di Musabaqoh Hifzul Quran (MHQ) di tahun 2009. Walaupun statusnya sebagai pengganti, namun Ia berhasil menjadi juara I.
“Usai diwisuda sebagai ustaz, saya memutuskan menjadi pengajar di Hidayatullah pada bidang hapalan dan Bahasa Inggris,” bebernya.
Sejak lulus di Ponpes Darul Abror dan mengikuti MHQ inilah, prestasinya melejit. Silih berganti diraihnya.
Tahun 2010 Ia dipanggil Pemkab Kutim untuk mengikuti MTQ. Berhasil juara I. lalu dikirim ke tingkat provinsi Kaltim dan berhasil juara II di kategori hapalan dan tafsir Bahasa Inggris. Begitu seterusnya, hampir di setiap penyelenggaraan MTQ, Sabir berhasil keluar sebagai juara. Hingga ke tingkat provinsi.
Keberhasilannya mencapai mimpinya ini tak lantas melenakan. Ia justru semakin semangat menuntut ilmu. Proposal yang diajukannya ke Pemkab Kutim untuk menimba ilmu di pulau Jawa pun disetujui. Selama 6 bulan Ia kembali nyantri di Ponpes-Ponpes Lumajang dan Kediri. Ia juga berhasil lolos tes di Yayasan Yusuf Kalla, diantara 30 santri yang dibutuhkan. Selama 7 bulan, Sabir menimba ilmu hapalan.
Di tahun 2013 Ia memutuskan menikah. Usai menikah Ia kembali memutuskan menimba ilmu. Kembali ke Pulau Jawa untuk belajar.
Kemampuannya tersebut tak hanya disimpan sendiri. Ia juga membagikannya kepada istri, adik, dan keluarga-keluarganya. Sang istri yang belajar hapalan Quran secara otodidak kepada dirinya pun berhasil meraih prestasi. Pernah menjadi juara III untuk kategori Tafsir Bahasa Inggris di Provinsi Kaltim. Serta adik-adiknya yang mengikuti jejaknya menjadi penghapal Quran.
Selain terus menimba ilmu dan mengikuti berbagai ajang lomba, saat ini Sabir dipercaya sebagai Imam Salat di Masjid Al Bahru Komplek Perumahan Temputu, Bontang. Ia juga pernah menjadi Imam Salat di Masjid Al Mubaroq selama 6 bulan. Serta menjadi pengajar tahfiz di SD Alam Baiturahman, Bontang.
“Saya bakal terus menjadi penghapal Quran. Karena saya termotivasi untuk bisa menyelamatkan orangtua di akhirat kelak. Serta ingin bisa memberi manfaat bagi orang lain dengan kemampuan yang saya miliki,” pungkasnya. (*)
TENTANG SABIR
Nama: Muhammad Sabir
TTL: Sangkulirang, 10 Oktober 1990
Istri: Sri Endang Budiastuti
Anak: Zilfa Syauqiya Sabdan
Alamat: Perumahan Green Land Temputu RT 57, Jalan Pandu III 12 A Kelurahan Loktuan.
Pendidikan:
- Pesantren Darul Ulum (Kutim) selama 2 tahun
- Pesantren Darul Huffadzh (Sulsel) selama 2 tahun
- Pesantren Darul Abror (Sulsel) selama 3 tahun
- Pesantren Yayasan Yusuf Kalla (Sulsel) selama 7 bulan.
Prestasi:
- Juara I MTQ di Kabupaten Kutim 2016
- Juara III MTQ di Provinsi Kaltim 2016
- Juara II Tafsir Bahasa Inggris Provinsi Kaltim 2015
- Juara I Tafsir Bahasa Inggris Kabupaten Kutim 2015.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: