Pesaing terkuat yang berpeluang menjegal Isran Noor maju di Pilgub Kaltim ditengarai hanya Andi Harun atau Hadi Mulyadi. Namun, Hadi dengan tegas tak ingin bertarung melawan Isran. Menyisakan Andi Harun sebagai kompetitor terberat saa ini.
ROOBAYU
[email protected]
SEPUCUK surat pernyataan beredar luas di jejaring sosial pada Sabtu, 11 November 2023. Surat tertanggal sehari sebelumnya, Jumat, 10 November 2023, berisi informasi tentang pengunduran diri Isran Noor memimpin DPW NasDem Kaltim.
Mundurnya Isran ketika Pemilu 2024 tinggal 93 hari lagi, jelas berimplikasi pada konstelasi politik di Kaltim.
Menurut pengamat politik Universitas Mulawarman (Unmul) Budiman, sinyalemen ketidakharmonisan Isran dengan NasDem sudah terlihat beberapa waktu lalu. Ketika Anies Baswedan bertandang ke Kaltim medio Februari 2023.
Kala itu, Anies masih mencari figur mendampinginya sebagai calon wakil presiden. Isran secara terang-terangan tak hadir dan memilih fokus menjalankan tugas kedinasannya selaku gubernur Kaltim.
Kedatangan Anies pun tak banyak dihandel NasDem. Mesin yang bekerja mengampanyekan calon presiden dari NasDem itu, justru dikomandoi ormas kepemudaan Pemuda Pancasila.
“Ini mengindikasikan ada ketidakselarasan NasDem di bawah kepemimpinan Isran dan DPP,” tuturnya.
Dalam pemilu legislatif, ada beberapa calon legislatif di daerah yang memiliki kecenderungan karena ada patronasi. Nah Isran tak bisa dimungkiri merupakan salah satu patronasi yang ada di tubuh NasDem Kaltim.
Patronasi akan hadir dengan karakteristik yang jelas dalam setiap pemimpin sebuah partai di daerah. Baik tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Yakni pengalaman, modal sosial atau elektabilitas, hingga finansial.
Bukan tak mungkin, ada beberapa figur yang menggantungkan asanya berlaga di kontestasi politik tiga bulan lagi ke Isran ketika masih menjabat ketua DPW NasDem.
“Sudah jadi rahasia umum ada yang seperti itu. Mundurnya Isran jelas berpengaruh ke urusan “peluru”. Tiga hal dasar itu (pengalaman, modal sosial, hingga finansial),” sebutnya.
NasDem pun harus bergegas mencari nakhoda baru di waktu yang teramat mepet dan keberadaan Isran yang menanggalkan seragam NasDem bakal membawa arus politik baru di Kaltim. Partai lain justru memiliki peluang menggaet Isran dan memanfaatkan efek ekor jas dari figur gubernur Kaltim periode 2018–2023 itu.
“Tapi ini bergantung arah kebijakan partai di nasional, sejauh mana kepentingan mereka di Kaltim,” tuturnya.
Untuk merebut kekuasaan secara legal lewat pemilu, figur atau kader dan partai politik (parpol), menjadi dua hal yang tak bisa dipisahkan.
Parpol membutuhkan figur untuk mendulang suara. Atau sebaliknya, figur yang butuh partai untuk bisa terjun ke kancah politik. “Dalam kasus Isran, justru partai yang butuh figur seperti dia. Ini hal yang sangat jarang untuk dinamika politik di daerah,” sebutnya.
Budiman berani berpremis demikian lantaran Isran memenuhi semua kebutuhan politik yang ada. Dari pengalaman, modal sosial, serta finansial. Paket komplet di diri Isran justru kian melambungkan nilai tawarnya ke parpol yang ada.
Hal itu, lanjut dia, bahkan sudah ditunjukkan Isran ketika dirinya maju ke Pilgub Kaltim 2018 silam. Kala itu, Isran sempat menjadi ketua umum Partai Kesatuan dan Persatuan Indonesia (PKPI), sebelumnya memimpin Demokrat Kaltim.
Ketika maju di pilgub Isran sudah menanggalkan seragam PKPI, tapi dia tetap bisa mengantongi rekomendasi dari partai sekelas Gerindra untuk mengusungnya.
Menggeser Ketua DPD Gerindra Kaltim Yusran Aspar kala itu, yang gencar safari politik untuk maju di pilgub.
“Isran itu punya bargaining yang tinggi. Makanya saya meyakini ada kepentingan Isran yang tidak terakomodasi dan membuatnya memilih melepas tongkat komando NasDem Kaltim,” jelasnya.
IKN di Kaltim, dalam kacamatanya, jadi alasan paling logis yang mendasari Isran mundur. Dari tiga kandidat presiden, hanya Anies, capres yang diusung NasDem, yang tak pernah menyiratkan seperti apa nasib IKN ke depannya.
Sementara Isran di berbagai kesempatan selalu menunjukkan komitmennya agar IKN benar-benar terwujud di Kaltim lantaran diyakini punya implikasi positif. Dengan tak lagi adanya seragam partai yang dikenakan, Isran punya keleluasaan bermanuver politik untuk menyiapkan pijakannya kembali maju di Pilgub 2024 yang digelar November 2024 mendatang.
“Memang muncul beberapa asumsi. Dianggap blunder mundur di waktu genting seperti ini. Tanpa partai pun Isran bisa jadi gubernur pada 2018 lalu. Jangan lupa, Isran ini punya rekam jejak yang cukup intim dengan Prabowo Subianto, capres sekaligus pemimpin Gerindra,” paparnya.
Besar peluang, rekomendasi Gerindra untuk pilgub nanti kembali jatuh ke tangan Isran. Status Isran saat ini punya dua keuntungan. Pertama menjegal Andi Harun yang memiliki kans cukup baik maju berlaga di pilgub. Di sisi lain, hal ini bisa meniadakan konflik politik jika akhirnya dukungan Isran jatuh ke Prabowo.
“Mengunci semua lini. Atas-bawah. Pesaing terkuat yang berpeluang menjegal Isran maju di pilgub itu hanya Andi Harun atau Hadi Mulyadi. Hadi dengan tegas tak ingin bertarung melawan Isran. Hanya Andi Harun kompetitor terberatnya saat ini,” jelasnya mengakhiri.
Sebelumnya, dalam keterangannya kepada Prokal.co (Kaltim Post Group), Sekretaris DPW Partai NasDem Kaltim Fatimah Asyari membenarkan atas pengunduran diri Isran Noor. “Iya, betul,” katanya.
Terkait pelaksana tugas atau pengganti Isran Noor sebagai ketua NasDem Kaltim, Fatimah menegaskan, pihaknya masih menunggu arahan dari DPP NasDem. “Belum. Kami menunggu arahan DPP,” ujarnya. (riz/k8)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post