Kisah Inspiratif Basuki Isnawan Mengasuh Anak Autis
ANAK merupakan titipan yang diberikan oleh yang maha kuasa kepada manusia. Semuanya merupakan cobaan. Baik anak yang diberikan secara sempurna maupun tidak. Tinggal, bagaimana orang tua menjaga amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Hanya saja, tak sedikit orang tua menyalahkan tuhan lantaran diberikan anak tidak sesuai dengan harapannya. Seperti halnya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau Autis.
Tak sedikit orang menganggap, jika anak autis merupakan beban dan aib terbesar bagi dirinya. Sehingga, anak tersebut dikurung didalam rumah, dan bahkan banyak yang mengasingkannya dengan cara dipasung.
Namun, tindakan salah tersebut tidak berlaku bagi Basuki Isnawan. Warga Gang Mujur Jaya Sangatta Utara tersebut mengaku bangga dan senang meskipun dirinya memiliki anak autis. Bahkan, dirinya tidak ragu dan malu untuk membawa anaknya jalan-jalan di tempat keramaian. Baik halnya di swalayan, mall, dan di tempat rekreasi sekalipun.
Dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang, anaknya yang bernama Suagery Risnawan tersebut sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Gery terlihat sehat dan bugar.Saat ini, dirinya hampir menyerupai tinggi ayahnya. Hanya saja, Gery memiliki badan yang terbilang padat dan lebih berisi.
“Alhamdulillah anak saya sehat selalu. Hanya saja autis. Tetapi, tak sedikit yang bilang anak saya gila,” ujar Basuki yang juga merupakan Kepala UPT Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman itu.
Meskipun digunjingi, dirinya tidak membalas ghibahan tersebut. Malah, ejekan itu dianggap sebagai upaya diri dalam melatih kesabaran dan motifasi hidup. Karena dirinya yakin, di balik itu semua ada hikmah besar yang terpendam.
“Dan hikmah itu saya sudah rasakan. Ternyata di balik kekurangan anak saya, banyak tersimpan kelebihan. Dalam dunia pendidikan, anak saya bisa menguasai semuanya. Dia sangat cerdas, daya hafal tinggi. Karena semua nama hari, bulan dan tahun dia bisa menebaknya. Tau semua ibu kota Negara di dunia, tau tentang otomotif dan lainnya,” beber Basuki.
Tidak hanya kelebihan pengetahuan alam, sosial, dan agama saja, dirinya yakin ada kelebihan dan hikmah lainnya yang masih dirahasiakan untuk anak dan dirinya. Karenanya, dirinya meminta kepada orang tua yang senasib dengannya, untuk tidak menyiakan buah hatinya tersebut. “Ini amanat dari Allah. Jangan minder, jangan berkecil hati. Jangan jauhi dia, tetapi sayang dan cintai dia. Berikan dia semangat dan kasih sayang penuh,” pintanya.
Terlepas dari itu, dirinya berharap ada sekolahan khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Sehingga, anak yang demikian ini memiliki wadah dalam menempuh pendidikan. Tidak lagi mengandalkan pendidikan non formal yang tentunya banyak mengeluarkan biaya besar.
“Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK berbeda dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Kalau SLB memang sudah ada, tetapi ABK belum. Kita membutuhkan sekolah itu. Karena saya yakin, banyak orang yang senasip dengan saya. Tetapi saya diberi rejeki lebih, makanya bisa memberikan pendidikan formal dan less dirumah. Tetapi bagaimana yang tidak memiliki uang. Jadi sangat sulit mereka mendidik anaknya yang ABK,” katanya. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: