oleh Dahlan Iskan
”This is incorrect.”
Tiga kata saja. Itulah isi twitter Elon Musk. Kamis lalu. Menanggapi berita di koran Inggris, Financial Times.
Isi berita itu: Elon Musk akan digantikan James Murdoch. Sebagai CEO Tesla. Setelah Elon Musk meletakkan jabatan. Akibat perselisihannya dengan otoritas pasar modal di New York.
James Murdoch memang kontroversial. Seperti juga bapaknya: Rupert Murdoch. Konglomerat media terbesar di dunia itu.
Bantahan lewat twitter itu bisa mewakili perasaan banyak penggemar Tesla. Atau pembeli saham Tesla di pasar modal.
”James Murdoch belum kelasnya Elon Musk,” begitu umumnya komentar di media sosial.
Tesla memang Elon Musk. Elon Musk adalah Tesla. Ia pulalah ideolog Tesla. Ia adalah wajah Tesla.
Elon Musk memang fenomenal. Perusahaan mobil listrik ini langsung bisa mengalahkan Ford. Dalam valuasi perusahaan. Ibarat manusia Tesla adalah bayi. Didirikan tahun 2003 lalu. Ford adalah orang tua. Didirikan tahun 1903. Sang bayi sudah mengalahkan orang tua.
Elon Musk dipuja.
Tapi semua genius ada anehnya. Demikian juga Elon Musk. Keanehan itu memuncak setelah Tesla model S3-nya tidak sesuai rencana. Telat. Tidak bisa memenuhi pemesanan sesuai jadwal. Padahal sudah banyak yang membayar uang muka.
Tapi minggu pertama Oktober ini problem itu tampak teratasi. Tanggal 1 sampai 7 Oktober lalu sudah bisa diproduksi 3.700 tesla Model-3. Hampir mencapai target 5.000 perminggu.
Bahkan kalau digabung dengan Tesla type lain produksi minggu pertama Oktober ini mencapai 11.500.
Persoalan teknis di pabriknya sudah teratasi. Sayang Elon Musk keburu emosi. Kurang tahan dibully.
Memang sejak ada persoalan teknis di pabrik Model 3 itu Elon Musk sering jadi sasaran tembak. Jadi obyek meme. Jadi bahan ejekan.
Kecanggihan manajemen Tesla mulai diragukan.
Puncaknya Agustus lalu. Saat tiba-tiba ia upload twitter: akan membawa Tesla keluar dari pasar modal. Mundur dari status perusahaan publik. Menjadi privat.
Elon Musk terlihat percaya diri akan masa depan mobil listrik. Kalau publik begitu rewelnya ia mau tarik diri dari perusahaan publik. Biar publik kecele kelak. Setelah Tesla sukses.
Caranya: Elon Musk akan membeli saham Tesla yang di tangan publik. Dengan harga 20 persen lebih tinggi dari harga pasar. Menjadi Usd 419/lembar. Ia bulatkan menjadi USD 420.
Angka 420 adalah angka emosional. Bagi Elon Musk. Angka bahagia. Memakai angka itu bisa mendapat karma yang baik. Katanya.
Angka itu ternyata juga simbul obat bius mariyuana.
Twitternya itu bermasalah. Mengumumkan hal sepenting itu tidak boleh sembarangan. Apalagi hanya lewat twitter. Apalagi kemudian diurungkan. Harga saham menjadi turun-naik. Secara tidak wajar.
Kamis lalu Elon Musk kembali memilih angka 420 itu. Setelah ada berita James Murdochlah calon penggantinya.
Angka 420 itu kali ini ia pakai untuk upload twitternya. Yang berbunyi ”This is incorrect” itu. Ia pilih jam uploadnya 4.20.
Elon Musk begitu yakin.masa depan Tesla. Dan, sejak awal Oktober ini mulai terlihat.
Tesla masih punya waktu sampai tanggal 13 Nopember nanti. Untuk mengisi jabatan CEO yang kosong.
Belum muncul nama selain James Murdoch. Yang selama ini sudah menjabat direktur non eksekutif Tesla.
James pernah berhasil menjadi CEO perusahaan bapaknya: 21th Century Fox dan News Corp. Lalu kesandung masalah di Inggris. Perusahaannya terkait kasus penyadapan telepon.
James berhenti. Lalu jadi direksi di anak perusahaan. Juga sukses. Kini sudah kembali ke perusahaan induk. Bahkan sudah hampir pensiun. Biar pun umurnya baru 45 tahun.
Sering orang membayangkan kengerian: Tesla tanpa Elon Musk. Padahal bisa juga ternyata biasa-biasa saja. Bahkan siapa tahu lebih berjaya.
Atau ternyata publik kecewa. Elon Musk diminta masuk lagi. Setelah masa ‘hukuman’ nya selesai.
Elon Musk tetap akan emas. (Dahlan Iskan)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post