SANGATTA – Banjir adalah masalah serius bagi sejumlah kecamatan di daerah pelosok Kutai Timur (Kutim). Seperti yang sering terjadi di daerah Muara Bengkal, Muara Ancalong, dan Long Mesangat. Bahkan akibat banjir musiman di kawasan itu, akses jalan di daerah tersebut menjadi terputus.
“Setiap tahunnya, kalau sudah musim hujan, pasti di daerah Muara Bengkal dan Muara Ancalong pasti banjir. Kalau sudah seperti itu, otomatis akses jalan yang berada di antara jembatan Muara Ancalong dengan Jembatan Ngayau pasti terendam banjir yang sangat tinggi,” kata anggota DPRD Kutim Anto Darmawan, Rabu (4/1) lalu.
Jika kondisinya sudah demikian, sambung wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) 4 ini, jalan satu-satunya yang jadi akses masyarakat sebagai transportasi alternatif yakni perahu ketinting. Biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk itu tidaklah setidiki.
“Sekali penyeberangan, masyarakat harus mengeluarkan biaya antara Rp 50 sampai Rp 100 ribu, itu hanya untuk satu kali penyebarangan saja. Bahkan, gara-gara terputusnya akses di kedua jalan itu, harga satu buah LPG ukuran 1 kilogram, pernah melambung tinggi hingga Rp 65 ribu,” bebernya.
Tak hanya itu saja, bahkan saking besarnya banjir di daerah itu, satu unit mobil bisa-bisa hanyut jika melintasinya. Maka tak heran, jika masyarakat terpaksa harus menggunakan perahu ketinting untuk menyeberang antara kedua kecamatan.
Meski begitu, dirinya cukup bersyukur karena Pemerintah Kutim pada tahun ini telah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan jalan di daerah tersebut. Pembangunan jalan Muara Bengkal kurang lebih memiliki panjang 10 kilometer.
“Informasinya, pemerintah berencana akan membangun jalan itu dengan skema proyek multiyears, dengan pagu anggaran sebesar Rp 70 miliar. Kita berharap rencana ini dapat benar-benar direalisasikan oleh pemerintah, karena sudah sangat ditunggu oleh masyarakat,” katanya.
Tak hanya itu saja, berdasarkan informasi yang diperoleh dirinya, tahun ini pemerintah juga berencana akan melanjutkan proyek semenisasi peningkatan jalur antara Jembatan Ngayau dan Jembatan Muara Ancalong sepanjang 200 meter.
“Kalau kedua rencana itu jadi dilaksanakan tahun tentu, tentu ini akan jadi kabar baik bagi masyarakat. Karena kalau kedua jalan dan jembatan sudah dibangun, masyarakat tidak harus hawatir jalan akan terputus apabila musim hujan,” ucapnya.
Secara pribadi, Anton memiliki harapan besar bahwa pengerjaan jalur Muara Bengkal dan termasuk penyelesaian pengecoran jalur antar kecamatan dapat benar-benar direalisaikan. Dengan begitu, pembangunan di daerah-daerah tersebut dapat terus didorong lagi.
“Jika jalur itu diselesaikan, tentu seluruh akses di delapan desa antara Kecamatan Muara Bengkal, Muara Ancalong dan Long Mesangat dapat ditembus akses darat. Seperti ke Desa Ngayau, Muara bengkal Ilir, Ulu, Muara Ancalong, Kelinjau Ulu, Kelinjau Ilir, Benua Baru menuju kawasan SDC di Desa Batu Balai,” terangnya. (drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post