BONTANG – Usia yang tak lagi muda bukan penghalang bagi orang Islam dalam menghapalkan kitab suci Alquran. Hal ini diungkapkan Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Subulana Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq. Kata dia, banyak ulama besar dunia yang justru memulai belajar agama di usia 30 tahun ke atas. Mereka bukan hanya hapal dan paham Alquran, namun juga menjadi panutan banyak umat Islam.
“Contohnya Abu Walid Al-Baji yang baru belajar Alquran di usia 30 tahun. Saat itu dia bekerja sebagai penjaga keamanan dan juga sudah menikah. Tapi buktinya dia menjadi ulama besar Mazhab Maliki,” kata Thoriq.
Selain Abu Walid, contoh lainnya yaitu Sholeh bin Kaisan yang belajar agama di usia 40 tahun. Dia ini dikenal sebagai ulama yang mendidik Umar bin Abdul Aziz, khalifah kenamaan Bani Umayyah. Contoh lainnya juga Imam Tirmidzi yang dikenal sebagai salah seorang perawi hadis ternama di kalangan umat Islam.
“Jadi belajar tidak ada kata terlambat. Banyak kok bapak-bapak yang belajar Alquran. Yang penting ada kemauan,” jelasnya.
Di luar kemauan yang keras, dibutuhkan juga keikhlasan dalam belajar Alquran. Yaitu ikhlas tujuannya karena Allah. Selain itu, perlu juga membuat komunitas yang tujuannya saling menjaga semangat dan tetap istikamah. Juga agar lebih termotivasi dalam menghapal Alquran. Komunitas ini bisa dibentuk antara sesama teman atau suami/istri.
Agar lebih mudah, Thoriq menyarankan untuk menghapal dari surat-surat yang disukai terlebih dulu. Dari situ, nantinya akan lebih mudah dan bisa membiasakan budaya menghapal, bila berhasil menghapal surat-surat yang disukai tersebut. Misalnya surat-surat seperti Yasin dan Al-Waqiah.
Dalam menghapal Alquran, menurut Thoriq mutlak diperlukan bimbingan guru. Tujuannya membetulkan bacaan, memberikan motivasi, serta agar ada ketersambungan sanad dengan Rasulullah. Kata dia, bila sekadar menghapal, tidak mengapa belajar sendiri. Namun bila ingin menjadi hafiz Alquran, keberadaan guru mutlak dibutuhkan.
“Karena bukan cuma menghapal, tapi mesti melekatkannya. Supaya jangan sampai hapalan-hapalan tersebut tidak hilang. Itu ada metode-metodenya untuk melekatkan hapalan,” sebut Thoriq.
Diterangkan lebih lanjut, waktu subuh merupakan waktu terbaik untuk menghapal Alquran. Selain itu, ada waktu-waktu yang mesti dihindari dalam menghapal Alquran. Yaitu ketika dalam kondisi lelah. Karena dikhawatirkan akan sulit menghapal dan bisa memberikan kesan lelah. Ujung-ujungnya berhenti menghapal Alquran. Dalam menghapal, lebih bagus bila dalam suasana yang tenang.
“Sekarang banyak kok bapak-bapak yang sudah tua tapi bisa menghapal. Ada kemarin itu saya temukan kakek usia 70 tahun bisa tahfiz Alquran. Ada juga suami-istri yang baru bisa menghapal di usia 50 tahun, setelah mulai menghapal di umur 40 tahun,” terangnya.
Diakui Thoriq, kemampuannya menghapal jelas berbeda bila dibandingkan dengan yang muda. Untuk itu, diperlukan niat dan kemauan yang keras untuk bisa menghapal. “Dan tentunya tidak boleh malu dalam hal agama,” tandas Thoriq. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post