SANGATTA – Ternyata uang Program Indonesia Pintar (PIP) yang seharusnya untuk membantu pendidikan anak malah beralih ke beras.
Uang tersebut dibelikan beras oleh orang tua anak untuk memenuhi nafkah keluarga. Hal ini terpaksa dilakukan lantaran kebutuhan pangan lebih tinggi ketimbang pendidikan anak.
“PIP didapat setiap tahun. Tapi masih saja tidak mencukupi anak-anak sekolah. Karena uangnya dibelikan beras. Kenapa beli beras, karena ekonomi keluarga buruk,” ujar Wakil Ketua MPR RI, Mahyuddin.
PIP ini diberikan kepada anak kalangan bawah yang kurang mampu di Indonesia termasuk Kutim. Untuk tingkat SD mendapatkan Rp 225 ribu per enam bulan. SMP Rp 375 ribu dan SMA Rp 500 ribu.
Tak lain diantara tujuannya ialah menghilangkan hambatan anak (usia sekolah) secara ekonomi, untuk berpartisipasi di sekolah. Sehingga mereka memperoleh akses pelayanan pendidikan yang lebih baik di tingkat dasar dan menengah.
Mencegah anak atau siswa mengalami putus sekolah akibat kesulitan ekonomi serta nendorong anak yang putus sekolah agar kembali bersekolah.
Membantu anak kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan kegiatan pembelajaran, dan mendukung penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (9) dan Pendidikan Menengah Universal (Wajib Belajar 12 tahun).
“Faktanya PIP tak cukup membantu anak yang miskin. Karena uangnya lari ke beras. Karena itu, PIP perlu dievaluasi. Pemerintah harus lebih fokus kepada pendidikan. Kalau saat ini fokus pak Jokowi ke Infrastruktur,” katanya.
Tak kalah penting ialah kesejahtraan rakyat. Karena jika kesejahtraan buruk, maka akan berimbas kepada semua. Contohnya masalah PIP ini.
“Paling utama memang kesejahteraan rakyat. Jika rakyat sejahtera maka semua bisa teratasi. Termasuk masalah pendidikan,” katanya. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: