KEBAKARAN yang menghaguskan lima rumah di Gang 16, Jalan Cendana, Kelurahan Karang Anyar, Sungai Kunjang, Samarinda, Sabtu (25/8) kemarin menyisakan duka mendalam bagi warga setempat. Tak terkecuali Muchtar beserta keluarga besarnya. Apalagi dalm waktu dekat pihaknya akan menggelar hajatan resepsi pernikahan putrinya, Kamis (30/8) mendatang.
Muchtar berkisah, sebelum kebakaran terjadi, selepas salat zuhur dia bersama istri dan putrinya tengah mengobrol santai di ruangan belakang rumah. Mereka membicarakan urusan keluarga dan persiapan pernikahan sang putri, Regita yang tinggal menghitung hari.
Awalnya, istri Muchtar, Eti mendengar ada ledakan kecil di ruangan tamu. Dia lantas berlari menuju pusat ledakan itu. Tak disangka api sudah menghanguskan sebagian dinding dan plafon. Spontan Eti berteriak kencang. Teriakan itu segera direspon Muchtar yang dengan cepat berusaha membantu sang istrinya.
“Tetapi semburan api sudah menyambar dinding. Api menghantam tempat tidur di dekat ruangan tamu,” ungkap Muchtar.
Menyadari rumahnya kebakaran, Muchtar berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya. Dia mengambil air dan menyemburkannya pada pusat api. Begitu juga Eti beserta Regita, ikut membantu sang ayah menjinakkan si jago merah.
“Tetapi semuanya sudah enggak bisa terselamatkan. Karena api sudah besar. Saya pasrah. Saya suruh istri dan anak-anak keluar lewat pintu depan,” bebernya.
Merasa api sudah tak dapat dipadamkan, Muchtar beserta keluarga berlari keluar menuju pintu depan yang tidak jauh dari sumber api. Mereka menerjang api yang sudah mulai memenuhi seisi ruangan tamu.
“Karena api sudah besar, istri saya terkena semburan api. Tangannya melepuh. Saya berusaha menyelamatkan motor yang ada di depan. Dari tiga motor, hanya dua yang terselamatkan. Satunya terbakar,” urai Muchtar.
Setelah anak-anak dan istrinya selamat dari kubangan api, Muchtar dibantu para warga yang sudah berkerumun berlari ketakutan menuju tempat aman. Kala itu, puluhan petugas pemadam kebakaran mulai berdatangan. Sirene mobil bersahutan di tengah kobaran api.
“Saya hanya pasrah. Tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Hanya bisa memastikan istri dan anak-anak selamat dari api. Istri saya yang terkena api, saya usahakan bisa segera diobati,” tuturnya.
Sang calon pengantin, Regita tak bisa menyembunyikan kesedihannya atas musibah tersebut. Sambil menitikkan air mata, dia melihat rumah masa kecilnya yang menjadi saksi persiapan pernikahannya. Setelah api benar-benar padam, Regita berdiri di tengah puing-puing rumah yang telah hangus. Tembok-tembok kecil yang masih tersisa laksana saksi bisu atas harapannya menuju pelaminan.
“Padahal undangan sudah kami persiapkan. Hari Senin nanti sudah mau kami bagikan. Tetapi semuanya hangus karena kebakaran ini,” ungkapnya.
Meski begitu, Regita mengaku tak ingin larut dalam kesedihan. Menurut dia, masih ada harapan di balik musibah kebakaran tersebut. Dalam waktu dekat dia bersama calon suaminya, Andik, akan membicarakan ulang rencana pernikahan mereka yang sudah dikabarkan pada keluarga dan sahabat terdekatnya.
“Semuanya sudah dipersiapkan. Tetapi semua barang ini sudah habis. Uang jujuran juga sudah habis terbakar. Gimana ya, semuanya sudah diurus, jadi enggak bisa ditunda,” ucapnya sambil mengusap air mata. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post