SAMARINDA – Menjelang akhir tahun, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda mulai ancang-ancang untuk mengendalikan harga yang dapat berdampak pada inflasi. Pasalnya, sebentar lagi akan memasuki hari besar nasional dan ada kekhawatiran akan menyebabkan melonjaknya harga beberapa komoditas.
Staf Ahli Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Sekretariat Kota (Setkot) Samarinda, Nina Endang Rahayu mengatakan, upaya antisipsai dilakukan lebih kepada kewaspadaan dalam menyambut hari besar nasional.
“Semua OPD (organisasi perangkat daerah) dan BUMD (badan usaha milik daerah) menyatakan sudah siap menyambut hari besar,” tutur dia, Kamis (22/11) lalu.
Hanya saja, ada hal-hal yang harus ditindak lanjuti. Misal, antisipasi over ekspektasi belanja masyarakat. Karena hari besar biasanya diiringi dengan tingginya konsumi dan gaya hidup.
“Contoh dalam bidang pertanian. Tingginya harga cabai kan suka menjadi masalah. Selama ini cabai selalu mengalami inflasi, ternyata dengan memaksimalkan kinerja petani, kita juga bisa menekan harga. Jadi tidak perlu mendatangkan cabai dari luar,” kata dia.
Begitupun dengan ayam. Pemerintah akan mengendalikan harga agar tidak ada selisih harga yang mencolok antara peternak dan penjual ayam di pasar.
“Pemkot akan memantau langsung. Lagi pula sudah ada peraturan HET (harga eceran tertinggi). Cuma kendalanya kadang-kadang aplikasinya di lapangan tidak seperti itu,” ucapnya.
Nina meyakinkan, pihaknya melalui unit pelaksana teknis dinas (UPTD) pasar yang berada di berbagai pasar tradisional di Kota Tepian akan memantau pergerakan harga. Terlebih, saat ini sudah ada info pasar di media yang memperlihatkan harga-harga komoditas setiap harinya.
“Harapannya dengan adanya pemberitahuan tersebut masyarakat akan tahu jika ada selisih harga terlalu tinggi antara harga dari pemerintah dan pedagang,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda, Harry Prabowo mengatakan, secara keseluruhan tidak ada kendala dalam pengiriman pasokan barang ke sejumlah kawasan di Kota Tepian.
Hanya saja, jalan rusak kerap menghambat perjalanan truk pengangkut barang. Seperti di Jalan IR Sutami. Jalan tergenang dan rusak kerap menjadi penghambat truk yang melintas di kawasan pergudangan itu.
Tak pelak, hal ini membuat pengiriman barang menjadi sedikit lambat. Ia berharap, segera ada solusi terkait masalah itu. “Tapi secara keseluruhan masih aman,” ucapnya. (*/dev)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: