SAMARINDA – Inflasi Indek Harga Konsumen (IHK) selama bulan Ramadan wajib diwaspadai Pemerintah Kaltim. Pasalnya, tingginya permintaan dan kebutuhan terhadap suatu komoditi yang tidak diimbangi dengan pasokan yang baik dapat memicu terjadinya lonjakan harga di pasar.
Manager Tim Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Kaltim, Christian menyebutkan, angka inflasi menjelelang bulan Ramadan kemungkinan ada tekanan. Selama dua bulan terakhir, BI bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltim maupun Kota Samarinda telah melakukan rapat terkait hal itu.
“Kami sudah memetakan sumber-sumber komoditas yang akan naik di awal Ramadan. Misalnya, daging ayam ras. Kami sudah meminta agar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di Kaltim, maupun di Kota Samarinda untuk memperbaiki tata niaga yang ada,” kata Christian belum lama ini.
Disebutkan, faktor yang dapat menyebabkan inflasi karena tingginya permintaan atau kebutuhan terhadap suatu komoditi. Misalnya tingginya permintaan terhadap daging ayam ras dan volatile food. Termasuk naiknya ongkos pesawat terbang.
“Sekarang mungkin sudah mulai bergerak. Kalau seperti cuaca, saat ini baik. Kalau cuaca kan biasanya efeknya ke ikan. Seperti (terbatasnya) ikan layang,” katanya.
Faktor lain yang juga dapat menyebabkan inflasi di bulan Ramadan yakni kebijakan pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebelumnya, pemerintah telah memutuskan menaikan harga Pertalite. “Kemungkinan efeknya masih ada,” ujarnya.
Menurut dia, kalau seperti halnya beras, gula dan minyak sudah memiliki harga eceren tertinggi (HET). Sehingga harganya cenderung terkendali. Begitupun dengan harga jual gas elpiji seperti tabung gas melon. “Meskipun sebelumnya sempat ada kelangkaan. Tapi masih terkendali,” katanya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Kaltim, Muhamad Nur menjelaskan, inflasi IHK pada April 2018 terbilang terkendali atau masih berada dalam kisaran sasaran di tengah meningkatnya volatile food dan ekspektasi yang terjaga.
“Inflasi IHK pada April 2018 mencapai 0,30 persen, meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 0,05 persen. Berdasarkan komponennya, peningkatan inflasi IHK tersebut didorong oleh kenaikan seluruh komponen inflasi,” ungkapnya.
Kata dia, dengan perkembangan tersebut, sampai dengan bulan April, inflasi IHK tercatat 0,90 persen. Secara tahunan sebesar 2,76 persen, meningkat dibandingkan bulan lalu yang tercatat 2,58 persen. Meksi begitu, peningkatakan tersebut tetap berada dalam kisaran sasaran inflasi 3,51 persen.
“Pencapaian inflasi secara tahunan Kaltim tercatat masih di bawah inflasi nasional sebesar 3,41 persen. Namun secara bulanan inflasi Kaltim masih lebih tinggi dibanding inflasi nasional 0,10 persen,” jelasnya.
Menurut dia, peningkatan inflasi kelompok volatile food bersumber dari bawang merah dan daging ayam ras. Inflasi volatile food pada bulan April 2018 mencapai 0,95 persen. Di mana bulan sebelumnya mengalami deflasi minus 0,11 persen. Namun, inflasi volatile food dapat ditahan dengan menurunnya harga komoditas ikan layang dan beras.
“Peningkatan inflasi kelompok administered prices bersumber dari bensin. Pada bulan April 2018 mencapai 0,27 persen. Lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,13 persen. Inflasi terutama bersumber dari dampak lanjutan penyesuaian harga bensin nonsubsidi pada akhir Maret 2018,” bebernya. (drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: