SAMARINDA – Pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIP) Maloy diklaim berjalan semakin cepat. Teranyar, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama pada tiga proyek strategis sekaligus. Yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Maloy berdaya 2 x 30 MW, pabrik Crude Palm Oil (CPO), dan pabrik Etanol pada Jumat (5/5) kemarin.
Faroek menjelaskan, pembangunan PLTU Maloy dan jaringan listriknya dilakukan oleh PT Maloy Energi Investama, PT Moa Maju Kreasi Utama, PT Maloy Niaga PLTU 1, dan PT Maloy Niaga PLTU 2. PLTU ini memanfaatkan potensi batu bara sebagai bahan bakar, yang disuplai PT Moa Maju Kreasi Utama.
“PLTU ini sepenuhnya menggunakan batu bara. Pemanfaatannya untuk rakyat Kaltim. Selama ini Kaltim kaya batu bara, semestinya tidak bermasalah dalam hal kelistrikan,” kata Faroek dalam konferensi pers di ruang VVIP Bandara Temindung.
Sementara untuk pabrik etanolnya, yaitu Pabrik Etanol ProConne GmbH Swiss di Kaltim, pembangunannya dilakukan PT IPS. Kapasitas produksinya mencapai 240 ribu ton per tahun. Pabrik ini merupakan pengolahan atau konversi batu bara menjadi produk turunan yaitu etanol. Sedangkan Pabrik CPO dibangun PT Kaltim Agro Mina Nusantara (KAMN).
“Pembangunan ini harus benar-benar bisa dirasakan manfaatnya. Karena selama ini batu bara dan CPO hanya bisa diekspor. Sekarang dengan adanya pabrik ini, harapannya tidak lagi seperti itu,” ungkapnya.
Dengan keberadaan pabrik ini nantinya, batu bara yang dimiliki Kaltim bakal diolah terlebih dahulu menjadi berbagai industri hilir. Baru kemudian produk-produk tersebut diekspor. Pun demikian untuk kelapa sawit yang diolah terlebih dulu melalui pabrik CPO menjadi berbagai produk turunan. Baru kemudian diekspor untuk kesejahteraan masyarakat Kaltim.
“Ada 1,3 juta hektare lahan sawit di Kaltim.
Termasuk sawit-sawit milik rakyat. Lewat pengolahan ini, rakyat bisa langsung disejahterakan kehidupannya. Karena Kaltim mengembangkan energi baru terbarukan seperti etanol, yang manfaatnya langsung untuk masyarakat,” beber Faroek.
Sedangkan untuk tenaga kerja pada pabrik-pabrik tersebut, Faroek juga telah menegaskan bakal mengutamakan tenaga-tenaga lokal Kaltim. Sudah ada kesepakatan dengan investor dari Tiongkok, bahwa tenaga kerja asing hanya untuk kebutuhan tenaga ahli. Sementara selebihnya menggunakan tenaga dalam negeri.
“Tidak boleh di antara mereka yang menggunakan visa turis. Harus visa sebagai pekerja,. Pemprov akan mengirim 30 orang putra Kaltim untuk belajar di Tiongkok.
Agar nanti siap menggantikan posisi-posisi di pabrik-pabrik yang tadi dilakukan groundbreaking,” sebutnya.
Menurutnya, perkembangan Maloy sebagai kawasan ekonomi khusus yang merupakan kawasan strategis nasional di Kaltim kini berjalan semakin cepat.
Semua infrastruktur pendukung kawasan ini sudah terbangun. Di antaranya jalan 17 kilometer yang menghubungkan jalan lintas Kalimantan menuju kawasan ekonomi khusus.
Begitu juga untuk infrastruktur dalam kawasan, juga sudah dibangun dengan dana APBD. Dengan dibantu APBN, dilakukan pembangunan pelabuhan multipurpose.
Bukan hanya untuk pengangkutan kelapa sawit, pelabuhan ini juga untuk pengolahan industri hilir dari batu bara.
“Saya berharap mudah-mudahan pemerintah pusat memberikan perhatian lebih dalam perkembangan kawasan ekonomi khusus ini.
Sehingga jadi andalan masyarakat Kaltim untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Mudah-mudahan kawasan ini betul-betul menjadi kawasan strategis nasional,” pungkasnya. (Iuk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post