bontangpost.id – Dalam deru mesin motor yang bergemuruh, perjalanan panjang dimulai dengan rasa penasaran dan ingin mengetahui situasi kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Di bawah langit pagi yang cerah, saya berangkat menuju Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara pada Jumat 16 Agustus 2024.
Perjalanan dimulai dari gerbang utama IKN, Kota Balikpapan. Jalan terjal dan banyak tantangan cukup menghabiskan waktu.
Lantaran, menempuh jarak 92 kilometer untuk bisa sampai ke tujuan, yaitu kawasan pembangunan IKN. Hanya modal kendaraan sepeda motor Yamaha Nmax, saya menghabiskan waktu sekitar 2 jam 45 menit.
Perjalanan kali pertama menuju IKN membuat saya penasaran guna menyaksikan secara langsung kemegahan Proyek Strategis Nasional yang penuh dengan benih-benih konflik agraria itu.
Puluhan kilometer jalan telah dilalui, setibanya di simpang tiga Sepaku-Samboja tepatnya, di Taman Bukit Soeharto kilometer 38. Saya dihadapkan dengan puluhan aparat yang berada di kawasan tersebut.
Saya kira mereka akan menghadang, tapi ternyata aparat itu sedang bertugas melakukan pengamanan. Dari arah Balikpapan saya belok kiri menuju tujuan awal.
Disuguhkan Hutan Rimba
Memasuki jalan awal Semoi Dua, udara segar masih terasa serta hutan rimba masih tampak. Itu membuat saya semakin penasaran dengan proyek megah yang selama ini dibanggakan.
Akibatnya, laju kendaraan pun harus saya kurangi sembari berpikir serta melihat kiri dan kanan pemandangan alam yang indah di mata. Di perjalanan itu, saya juga menemukan kerusakan alam, karena terlihat kerukan tanah kuning dan beberapa pohon dibabat habis.
Melihat pemandangan buruk itu, mau tidak mau, perjalanan menuju IKN tetap saya lanjutkan, menuju tujuan utama. Supaya bisa lebih cepat menyaksikan proyek IKN yang bakal menjadi perhelatan upacara HUT kemerdekaan RI.
Penuh Debu
Beberapa jam telah berlalu, jalan semulanya masih sedikit debu yang bertebaran di udara. Tiba-tiba mulai berubah, ini membuat saya khawatir. Karena tidak menggunakan kacamata untuk melindungi bola mata dari debu jalanan.
Jarak sekitar 18 kilometer menuju kawasan pembangunan IKN debu mulai tampak menumpuk. Belum lagi kendaraan roda empat sudah terlihat ramai melintasi jalur Sepaku.
Sehingga membuat wajah yang semulanya biasa saja, tiba-tiba berubah menjadi kusam, serta mata memerah. Bahkan udara tidak segar mulai terhirup. Beruntungnya, ada satu masker tersisa di jok motor.
Masker langsung segera saya gunakan agar tidak terhirup lebih banyak udara kotor akibat debu jalanan. Panas terik matahari serta angin kencang akhirnya tidak hanya kendaraan motor yang berdebu.
Mendekati kawasan pembangunan proyek IKN. Pemandangan kiri kanan yang semulanya hijau saat memasuki Semoi Dua, berubah secara drastis.
Karena debu pekat terlihat menempel di pekarangan rumah dan tempat berjualan warga di pinggir jalan. Tentunya dampaknya luar biasa.
Kondisi semacam itu, semakin tampak terjadi ketika perjalanan menuju proyek IKN semakin dekat. Setibanya di depan gedung menjulang tinggi yang terletak di kawasan IKN.
Di situ juga, terlihat banyak aparat Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia. Mereka berseragam lengkap sedang menjaga keamanan menjelang upacara HUT kemerdekaan RI ke-79, dihelat di IKN untuk yang pertama kali dalam sejarah bangsa Indonesia.
Saat pertama datang menginjak kawasan IKN, saya sempat bingung jalur masuk yang tepat lewat mana. Karena terdapat beberapa jalur untuk bisa menuju ke kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP) IKN.
Saya berdiam sejenak sembari memperhatikan kendaraan keluar masuk. Sebelum memutuskan untuk memilih jalur masuk KIPP. Saya kira jalur masuk IKN sudah bagus dan rapi.
Ternyata, saya harus melawati wahana debu yang kian parah. Kendaraan roda dua yang saya gunakan ku-paksa untuk menerobos debu yang berhamburan di udara.
Butiran debu itu kian parah, ketika mobil melaju kencang menyalip. Dia tidak menghiraukan kendaraan lain yang berada di dekatnya. Jalan yang dilintasi menjadi tidak terlihat.
Debu sempat masuk ke mata membuat penglihatan terganggu. Baju, celana, sepatu dan tas yang saya kenakan menjadi kotor dipenuhi debu yang menempel. (Syahrul Ramadhan)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post