Menjadi guru besar artinya mengemban tanggung jawab yang besar pula. Bukan sekadar menularkan ilmu kepada mahasiswa, Aji Ratna Kusuma juga mengaplikasikan ilmunya untuk pengabdian di masyarakat.
LUKMAN MAULANA, Samarinda
Predikat guru besar bergelar profesor didapatkan Aji pada tahun 2006. Di tahun itu, kredit poinnya sebagai seorang dosen telah mencapai 850 poin. Artinya, memenuhi syarat menjadi guru besar. Pencapaian tersebut bukan hal yang mudah. Aji mesti melewati serangkaian proses penelitian, pengajaran, dan pengabdian di masyarakat yang telah dijalaninya sejak 1984.
“Guru besar itu jabatan fungsional tertinggi bagi seorang dosen. Tidak semua dosen dengan gelar doktor bisa mendapatkannya. Karena semua tuntutan poin yang dipersyaratkan harus terpenuhi,” terang Aji kepada Metro Samarinda (Kaltim Post Group).
Lebih lanjut Aji menjelaskan, jabatan fungsional merupakan tugas tambahan bagi seorang dosen. Sementara tugas utamanya tetaplah mengajar para mahasiswa. Hingga kini, tanpa terasa tiga dekade lebih Aji mengabdikan dirinya untuk turut mencerdaskan anak-anak bangsa yang menuntut ilmu di kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda.
“Seorang dosen itu tugas utamanya mengajar. Sekalipun sudah menjadi seorang rektor, juga tetap mengajar,” tambahnya.
Bukan hanya mengajar di strata 1 dan pascasarjana FISIP Unmul, Aji juga mengajar di beberapa kampus lainnya. Di antaranya di program pascasarjana STIA-LAN, serta program S3 Universitas Brawijaya dan Universitas Hasanuddin yang bekerja sama dengan Unmul. Dia tercatat sebagai co promotor S3 Kebijakan Publik di Universitas Brawijaya.
Selain mengajar di universitas, Aji juga sempat merasakan empat tahun mengajar di daerah perbatasan Indonesia dengan Malaysia. Tepatnya di daerah Long Ampung, Kecamatan Kayan Selatan, Kabupaten Malinau dalam rentang 2006 hingga 2010. Dia terlibat dalam program kerja sama antara Pemkab Malinau dengan Unmul.
“Pemkab Malinau meminta para dosen Unmul untuk mengajar para staf kecamatan di sana, dalam program kuliah S1 khusus atas izin menteri,” jelas Aji.
Kata Aji, kondisi wilayah perbatasan yang begitu minim akses menjadi latar belakang para dosen diminta datang mengajar ke sana. Karena tidak memungkinkan bagi para staf yang ada di empat kecamatan di Malinau untuk datang dan kuliah di Unmul. Maka selama empat tahun Aji kerap bolak-balik Samarinda-Malinau bergantian dengan dosen lainnya menggunakan pesawat carteran.
“Selama empat tahun itu saya merasakan bagaimana sulitnya kondisi yang ada di perbatasan dengan Malaysia. Aksesnya sulit, barang-barang kebutuhan mahal. Bensin satu liter seharga Rp 25 ribu,” kisahnya.
Bertempat di gedung sekolah, Aji dengan penuh pengabdian mengajar para staf kecamatan sebanyak 86 orang. Mereka tersebar pada empat kecamatan yang lokasinya berjauhan satu sama lain. Sulitnya akses membuat perkuliahan digelar sekali dalam dua pekan. Pasalnya, untuk mencapai lokasi gedung sekolah yang menjadi tempat perkuliahan saja, staf-staf kecamatan tersebut mesti berjalan kaki dua hari dua malam.
“Kondisi daerah perbatasan yang sebelumnya hanya saya baca dalam buku, benar-benar saya alami di sana. Komunikasi dengan keluarga terputus karena sama sekali tidak ada sinyal. Listrik sangat terbatas. Saya mengalami tidur di tempat yang begitu sunyi,” ungkap perempuan kelahiran Gunung Tabur, Berau, 58 tahun lalu ini.
Dari sudut pandangnya, Aji mengaku kagum dengan masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan tersebut. Pasalnya, meski harga berbagai kebutuhan di sana terbilang begitu mahal, namun warga di sana sanggup bertahan hidup. Mereka melakukan berbagai hal untuk mendapat penghasilan demi bisa membeli kebutuhan-kebutuhan tersebut.
“Mereka masuk ke hutan, mengumpulkan berbagai hasil hutan yang menghasilkan. Memang di sana banyak sekali potensi yang bisa diberdayakan,” jelasnya.
Menurut Aji, masa-masa mengajar di daerah perbatasan merupakan pengalaman paling berkesan selama kariernya sebagai seorang dosen. Karena dia bisa merasakan langsung betapa mirisnya kondisi di perbatasan. Aji juga mendapat berbagai pengalaman baru yang tidak didapatkannya pada desa-desa lain yang pernah dia kunjungi.
“Di sana tantangannya berat. Saya merasa senang bisa ikut mencerdaskan bangsa hingga ke daerah perbatasan. Sebanyak 86 staf kecamatan yang saya didik bisa menjadi sarjana semuanya,” terang Aji.
Di tahun 2015 dia kembali ke Malinau. Kali ini Aji dipercaya membuat kajian akademis pemekaran empat kecamatan di Malinau yang pernah disambanginya tersebut menjadi sebuah kabupaten baru bernama Apau Kayan.
“Saat saya kembali ke sana, kondisinya mulai membaik. Memang sangat perlu daerah tersebut dimekarkan menjadi kabupaten. Salah satunya menjaga kedaulatan negara, mengamankan daerah perbatasan agar tidak diklaim negara tetangga,” sebutnya.
Selain menjalankan fungsi sebagai pengajar, Aji juga dipercaya menduduki jabatan-jabatan struktural di kampus. Di antaranya sebagai Kepala Pusat Penelitian Gender dari 2000 sampai 2008. Setelah itu, Aji dipercaya menjadi pembantu Dekan I FISIP dari 2008 sampai 2014. Di tahun 2014, dia mendapat amanah menjadi Ketua Program Magister Ilmu Administrasi Negara FISIP Unmul yang dijalaninya hingga sekarang.
Dalam posisinya di struktural, Aji punya harapan agar setiap program studi di FISIP Unmul bisa mendapatkan akreditasi A. Karena saat itu Unmul Samarinda sebagai sebuah institusi pendidikan telah meraih akreditasi A. Menurutnya akreditasi yang diharapkan merupakan sebuah keniscayaan. Untuk mencapainya, ada banyak tugas yang harus dilakukan.
“Sebenarnya program-program studi di FISIP Unmul punya kelayakan untuk mendapat akreditasi A. Tinggal bagaimana menuangkannya ke dalam dokumen untuk proses pengajuannya,” beber pehobi baca dan traveling ini.
Sebagai seorang guru besar, di luar kampus Aji kerap mendapat kepercayaan untuk membantu pemerintahan. Baik di tingkat kota maupun di tingkat provinsi. Beberapa kali jebolan S3 Manajemen Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang ini dipercaya menjadi tim seleksi dalam menentukan pejabat di lembaga-lembaga pemerintahan.
Di tahun ini misalnya, dia dipercaya menjadi ketua tim tes kompetensi bidang TKK/tenaga honorer se-Mahakam Ulu. Kemudian menjadi anggota panitia seleksi JPT Pratama Sekretaris Kota Samarinda, hingga Ketua Tim Seleksi Badan Pengawas Pemilu Provinsi (Bawaslu) Kaltim 2017-2022. “Saya melakukan pekerjaan-pekerjaan itu di sela-sela tugas saya sebagai dosen,” sambungnya.
Menurut Aji, perencanaan pembangunan di Samarinda maupun di Kaltim sebenarnya sudah ideal. Bila melihat pada dokumen rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) yang disusun. Namun biasanya, proses eksekusinya berbeda dengan apa yang tercantum dalam dokumen RPJMD. Sehingga masih kerap terjadi pembangunan yang tampak tak beraturan.
“Biasanya persoalannya keterbatasan anggaran. Dan bisa saja karena sumber daya manusianya. Jadi perencanaan yang baik belum menjadi jaminan kalau pengerjaannya berjalan baik,” papar Aji.
Dalam hidupnya, penerima penghargaan Satyalancana Karya Satya ini punya prinsip untuk berjuang dan bekerja keras. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk keluarga, masyarakat banyak dan juga bangsa dan negara. Dia bersyukur apa yang diperjuangkannya selama ini telah membuahkan hasil. Di antaranya banyak mahasiswa yang kini telah menjadi pejabat negara.
“Kebanggaan saya bisa ikut mencerdaskan bangsa. Mudah-mudahan ke depan bisa lebih baik lagi. Khususnya sebagai dosen, saya berupaya menjadi seorang pengajar sekaligus orang tua yang baik bagi mahasiswa saya,” pungkas ibu dari Muhammad Awaluddin ini. (***)
TENTANG AJI RATNA
Nama: Prof Dr Hj Aji Ratna Kusuma MSi
TTL: Gunung Tabur, 8 Maret 1959
Suami: Dr H Amransyah SE MSi
Anak: Dr Muhammad Awaluddin SE MSi
Pendidikan:
- SDN 04 Gunung Tabur (1965-1970)
- SMPN Tanjung Redeb (1971-1973)
- SMAN Tanjung Redeb (1974-1976)
- S1 Administrasi Negara FISIP Unmul (1977-1982)
- S2 Ilmu Lingkungan Hidup Pasca Sarjana Unhas (1993-1995)
- S3 Manajemen Pasca Sarjana Unibraw (2003-2006)
Alamat: Jalan Nusantara II Nomor 17 RT 32 Samarinda
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post