asilitasi 20 Peserta, Tingkatkan Kapasitas Cluster Kesehatan Kota Bontang
BONTANG – Dukung program Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Diskes-KB) Kota Bontang menggelar Table Top Exercise (TTEx) atau uji penyusunan rencana kontinjensi (renkon). Kegiatan selama dua hari tersebut digelar di Hotel Bintang Sintuk, ruang meeting room Mangkaliat.
Bekerjasama dengan lintas sektor dari Epidemilog Kesehatan Pertama Dinkes Provinsi Kaltim, Rubiyo Wahyudi dan Letkol Corp Kesehatan Militer (CKM) Purdiyanto Ba/Ta Pusdikkes TNI Angkatan Darat (AD). Serta menghadirkan Kasubid Evaluasi Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Dr. Ina Aguatina Isturini, MKM juga Staf Fasilitasi Pemulihan Awal Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes.
Usung tema “Peningkatan Kapasitas Cluster Kesehatan Kota Bontang Dalam Penanggulangan Bencana”, hadirkan 20 peserta yang merupakan koordinator sub cluster di bidang kesehatan, diantarnya 10 perwakilan dari Diskes-KB, 8 orang dari puskesmas, dan 2 perwakilan dari rumah sakit.
Pada kesempatan itu, Dr. Ina Aguatina Isturini, MKM mengatakan, sesuai amanah Kemenkes melalui keputusan nomor 1105 tahun 2007 tentang Pedoman Penanganan Medis Korban Masal Akibat Bencana Kimia. Merupakan strategi Kemenkes dalam menanggulangi krisis kesehatan untuk 2015-2019. Menargetkan 170 kabupaten/kota agar mampu melakukan upaya pengurangan resiko di wilayahnya.
“Kota Bontang menjadi salah satu sasarannya. Melihat dari sisi probabilitas dan dampaknya. Ternyata, kecelakaan industri menempati peringkat pertama di kota ini, sehingga itu paling prioritas untuk disusun renkonnya,” ungkapnya.
Untuk mencapai program tersebut, akan dilakukan secara bertahap selama tiga tahun. Tahun pertama (saat ini, red.) Kemenkes bersama para koordinator sub cluster melakukan asesmen, menyusun peta respond (bagaimana rencana operasinya). Menyusun renkon atau sesuatu yang telah dirancang pada keadaan fluktuatif dengan jalan atau alur sesuai kesepakatan.
Sejak 2012 lalu, Kemenkes telah mengembangkan sistem cluster untuk masalah kesehatan, terdiri dari 6 sub cluster dan 2 tim. Diantaranya, sub cluster pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan, dan air bersih, pelayanan gizi, sub cluster kesehatan ibu dan anak (KIA) dan kesehatan reproduksi, kesehatan jiwa, hingga DVA. Juga tim data dan informasi serta tim logistik.
“Renkon perlu diuji melalui kegiatan TTEx. Terutama upaya manajerial harus teruji melalui sistem cluster. Pada proses ini untuk menganalisa resiko di wilayah masing-masing. Apa saja sih bahaya yang bisa terjadi di Kota Bontang? Sekaligus menguji renkon yang disusun,” jelas dia.
Sementara tahun kedua, dilakukan simulasi seperti memposisikan keadaan darurat sebenarnya. Nantinya, salah satu peserta bertindak sebagai Kadiskes dan bidang lainnya. Puncak kegiatan tersebut yakni menguji renkon yang telah disusun. Tugas sub cluster adalah memaparkan renkon yang dibuatnya.
Ia berharap melalui kegiatan ini, baik pemerintah pusat, provinsi serta masyarakat dapat ikut andil mengurasi resiko bencana. Bisa memaksimalkan kapasitas di daerahnya sehingga paham terhadap resiko yang terjadi untuk dapat mandiri. “Program ini harus mainstream,” tutupnya. (ra/adv)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post