Tradisi Turun Temurun, BPBD Pantau Pakai Drone
SANGATTA – Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah (BPBD) Kutim terlihat geram melihat ulah warga yang tak bertanggungjawab. Pasalnya, mereka nekat membuka lahan dengan cara membakar.
Seperti yang terjadi di kawasan Perkantoran Bukit Pelangi tepatnya di belakang gedung ekspo. Terlihat asap tebal mengepul memenuhi kawasan perkantoran. Parahnya, debu hitam mulai memenuhi ruangan kerja pegawai.
Tentu saja hal ini membuat para pegawai mengeluh. Mereka tak bisa bekerja maksimal. Sebab, asap dan debu mengganggu aktivitas mereka. Wajar saja, tak sedikit yang meninggalkan kantor.
“Sudah dari tadi (kemarin). Mungkin jam sebelasan. Susah kami kerja karena banyak asap dan debu. Ini sampai masuk kantor debunya,” ujar Ridwan salah seorang TK2D setempat.
Kebakaran ini tidak hanya terjadi di kawasan Bukit Pelangi, akan tetapi terjadi pula di hutan kawasan Munte. Nyaris sama. Apinya turut mengepul diatas langit dan mengganggu warga.
Hal ini dibenarkan Romi Ramadian, Kasi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim. Pihaknya mengaku sudah memantau sejak terjadinya kepulan asap kecil hingga membesar.
Hanya saja, belum dilakukan tindakan aktif ke titik lokasi. Pihaknya hanya melakukan pemantauan lewat drone. Hasilnya belum mengkhawatirkan. Hanya terdapat titik-titik kebakaran yang dilakukan warga.
“Kami mau ke lokasi tetapi tidak terjangkau. Karena tidak ada jalan. Makanya kami pantau lewat drone saja. Hasilnya sekira satu hektar yang terbakar. Hanya saja belum besar. Kami lihat pula sudah di petak lahan yang di bakar,” ujar Romi.
Meskipun begitu, Romi beserta beberapa anggota lainnya akan terus bertahan di dekat lokasi hingga api padam total. Jika dirasa membahayakan, maka langsung dilakukan tindakan praktis.
“Masih pantau. Kami lihat terus perkembangan. Kalau parah kami datangi. Mudahan saja tidak terjadi apa apa,” harapnya.
Sementara itu, Wakapolres Doni turut memantau lokasi. Sekira 10 orang angota kepolisian yang diterjunkan.
“Kami belum dapat ke sana. Belum tau juga apa penyebabnya. Mau masuk tapi jalan buntu. Jadi dipantau saja dulu. Mudahan saja tidak terjadi apa apa,” katanya.
Dirinya meminta kepada masyarakat untuk tidak bermain api pada saat membuka lahan. Meskipun saat ini masih musim penghujan. Karena hal itu sangat membahayakan.
“Ada konsekuensi yang harus ditanggung. Untuk itu kami minta tidak membakar lahan,” katanya.
TRADISI TURUN TEMURUN
Kondisi curah hujan yang mulai stabil di beberapa wilayah pedalaman Kutim memang menjadi salah satu pertanda masuknya musim tanam. Aktivitas pembukaan lahan tidur pun mulai banyak dilakukan warga.
Baik lahan yang sudah kerap dijadikan tempat beladang, atau lahan baru sekalipun. Namun sayang, pola yang dilakukan warga masih menganut budaya lama, yakni membuka lahan dengan cara membakarnya. Padahal, selain berakibat buruk terhadap kesehatan karena asap yang ditimbulkan, aktivitas ini juga dapat memicu kebakaran yang lebih luas.
Sutaryo (43) salah seorang warga Desa Seka Rahmat Kecamatan Teluk Pandan mengaku, sudah biasa membuka lahan perkebunannya dengan cara membakar. Sebab, cara ini dinilai lebih mudah dan hemat biaya, dari pada harus menggunakan pestisida.
“Kalau mau disemprot pakai racun, yah biaya lagi mas. Dari mana carikan modalnya. Paling praktis yah dengan cara dibakar. Sekalian, sisa pembakarannya bisa jadi pupuk,” ucap Sutarya yang sudah bertani sejak lima tahun lalu.
Dia pun mengaku akan menanam tanaman sayur di lahan yang sudah dibukanya tersebut. Karena, lebih cepat menghasilkan.
Senada, Zaenal (45) warga Desa Pengadan Kecamatan Karangan, juga melakukan pola yang sama untuk membuka lahan tidur miliknya. Karena, pola tersebut sudah dilakukan turun temurun oleh keluarganya.
“Yah dari dulu memang sudah seperti ini. Kalau dilarang, mau pakai cara apa buka lahannya. Apalagi sudah mau musim tanam. Nanti kalau sudah penghujan, tidak bisa lagi dibakar,” aku Zainal.
Menurut dia, kekhawatiran bahwa pembakaran lahan dapat menyebabkan kebakaran hutan dianggap berlebihan. Sebab, jika polanya dilakukan dengan baik dan diawasi, tentu tidak sampai merambat ke lahan lain.
“Selama saya bakar lahan, tidak pernah merembet ke tempat lain. Karena, setiap mau bakar dicek dulu betul-betul,” sebutnya.
Setelah lahan dibuka, Zainal mengaku rencananya akan ditanam dengan padi gunung. Karena, selain hasilnya untuk dikonsumsi sendiri, sebagian lagi akan dijual untukemenuhi kebutuhan ekonominya.
“Yah, kami hidupnya dari bertani, jadi tiap tahun kerjanya seperti ini,” ujarnya. (dy/aj)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: