Kesuksesan perjalanan politik Wali Kota Samarinda, Syaharie Jaang tidak bisa dilepaskan dari sosok Puji Setyowati. Wanita kelahiran Kutoharjo, Jawa Tengah (Jateng), 28 April 1963 ini adalah pelita hati bagi Syaharie Jaang. Tidak hanya itu, Puji juga merupakan sosok penegak di balik ketegaran Jaang meniti karir politik hingga melangkahkan kaki sebagai Calon Gubernur (Cagub) Kaltim 2018.
UFQIL MUBIN, Samarinda
Pancaran sinar matahari, Selasa (23/1) sekira pukul 13.10 Wita kemarin, samar-samar menyinari ruangan gedungan GOR Segiri Samarinda. Satu persatu orang-orang yang sejak pagi berkumpul di gedung itu, tampak meninggalkan ruangan.
Di tengah-tengah keramaian yang mulai lenggang, nampak seorang wanita duduk bersimpul. Wanita berkerudung itu bertutur ceria dengan beberapa wanita berkurudung lain di sekitranya. Sesekali wanita berkacamata itu nampak tertawa lepas.
Memakai baju batik dengan corak merah hitam, wanita paruh baya itu seakan menjadi pelakon utama dalam kerumunan para wanita yang berteduh di gedung itu. Dialah Puji Setyowati, wanita pendamping tokoh politik dan orang nomor satu di pemerintah Samarinda, Syaharie Jaang.
Wanita yang karib dengan sapaan Puji ini baru saja mendampingi sang suami memimpin acara syukuran Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Samarinda ke-350 tahun dan HUT Pemkot Samarinda ke-58 tahun. Di sela-sela acara itu, media ini berkesempatan berbincang ringan dengan ibu dua anak tersebut.
Dari obrolan itu, satu yang menarik perhatian media ini adalah, keteguhan hati Puji menjadi penopang kesuksesan karir politik Syaharie Jaang. Wanita yang kini menjabat Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Samarinda ini berbagi cerita dengan langkah politik yang diambil sang suami di Pilgub Kaltim 2018.
Puji menuturkan, sebelum sang suami turun di gelanggang politik Pilgub Kaltim, dirinya dan anak-anaknya semula merasa berat. Namun dukungan yang kuat dari masyarakat memberikan keyakinan bagi Puji untuk merestui langkah politik sang suami.
Dukungan dari kedua buah hatinya, yakni An Nur Wanda Tisya Anugerah dan Muhammad Thezar Firrizqy menjadi pengokoh bagi Puji mendukung keputusan Jaang mencalonkan diri sebagai gubernur. Meski begitu, pada periode pertama menjadi Wali Kota Samarinda, Jaang pernah santer dikabarkan maju menjadi cagub. Namun ditolak keluarga.
Kini, di periode kedua memimpin Kota Tepian, lulusan Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda tersebut mendapat support keluarga. Saat ini, Jaang memutuskan maju di Pilgub Kaltim didampingi Awang Ferdian Hidayat. Diusung Partai Demokrat (PD), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
“Periode yang lalu pernah ingin maju, tetapi ditolak anak-anak. Karena dinilai belum meninggalkan sesuatu yang bernilai untuk orang banyak. Tapi tahun ini, saatnya dia harus berkompetisi, karena banyak orang yang mendukungnya,” kata Puji, Selasa (23/1) kemarin.
Ia pernah menjadi wakil wali kota selama dua periode (2000-2010) dan wali kota dua periode (2010-2020). Sebelum itu, menjabat anggota DPRD Kota Samarinda. Karir politiknya terbilang cemerlang, karena hampir setiap tangga politik dilewati dengan baik.
Inspirator politik dan pendidik Jaang dalam politik adalah Achmad Amins, Wali Kota Samarinda yang paling dicintai rakyatnya. Di tangan Amins, Jaang bermetamorfosis menjadi politisi handal. Tak heran, ia juga dicintai Amins karena kepiawaian dan profesionalitasnya menjalankan tugasnya melayani rakyat.
Kini, Amins sudah berpulang kehadirat Tuhan. Satu waktu, Jaang pernah berziarah ke makam politisi kelahiran Tangerang itu. Dia berdoa dengan khusyu’ sambil menengadahkan tangan ke langit. Tak jarang, ia menitikkan air mata, karena mengingat begitu besar jasa Amins kepadanya.
Jaang juga seorang penggila buku. Di rumah pribadinya, terdapat perpustakaan yang memuat ratusan buku. Buku-buku yang sering dibacanya adalah karangan Soekarno. Jadi tak heran, dalam gagasan politik dan program daerah tak bisa dipisahkan dengan pemikiran presiden pertama Republik Indonesia itu.
Buku Sang Fajar, karya Soekarno pernah dilahapnya. Karena itu pula, Jaang pertama kali bergabung di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sejak 1998, ketika pertama kali menginjakkan kaki di dunia politik, ia memulai karirnya. Dari partai ini pula, lulusan magister Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda itu memulai debut politiknya, hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di Kota Tepian.
Puji mengaku, suaminya sangat menjunjung tinggi politik etis. Juga menjunjung tinggi perbedaan pilihan politik. Karena itu dia tidak mengenal lawan politik. Bagi Jaang, semua tokoh politik dianggapnya kawan yang bisa diajak bekerja sama membangun daerah.
“Kami dididik dengan cara mengambil pelajaran dari orang lain. Boleh bersaing dengan siapa saja, asal jangan menjadikan itu sebagai permusuhan,” katanya.
Jaang juga sangat menjunjung tinggi persaudaraan. Karena dengan begitu, karirnya melesat. Sejak menjadi pegawai di sebuah pabrik kayu, ia adalah tipe laki-laki yang senang membangun persaudaraan dengan siapa saja. Sehingga, hampir sulit menyebut musuh politiknya.
Ketika ada seseorang yang mengritiknya, baik di media massa maupun media sosial, ia menanggapinya santai. Karena Jaang menganggap, dengan kritik akan muncul pandangan baru untuk perbaikan pembangunan daerah.
“Kalau ada kritikan dari siapa saja, akan ditanggapi santai. Kadang direspon dengan senyum. Dia jarang sekali marah, bahkan saya sendiri tidak pernah melihat dia marah,” ungkapnya.
Pernah 2016 lalu Jaang dikritik Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak soal penanganan banjir di Samarinda. Alih-alih balik menyerang, Jaang malah mendoakan kebaikan dan kesehatan gubernur.
“Bapak itu menganggap gubernur sebagai orang tua. Bapak pernah bilang, suatu saat dia juga akan mengalami masa tua seperti gubernur. Barangkali ketika tua, akan menasehati bawahan. Itu hal yang biasa, sebagai bentuk perhatian yang lebih tua kepada yang muda,” ucap Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Samarinda itu.
Jika ada seseorang yang melakukan kesalahan. Jaang hanya menanggapinya santai. Terkadang, ada salah seorang anggota keluarganya melakukan kesalahan, dia menegur dengan cara yang sangat halus.
“Jika ada keponakan yang salah, bapak menasehatinya dengan menyentuh hatinya. Menggugat kesadaran terdalamnya. Karena kalau salah terus, kapan mau berbuat baik di dunia ini,” ucapnya.
Sejak mencalonkan diri sebagai cagub, anak ke enam dari sembilan bersaudara itu semakin arif menanggapi kondisi sosial politik di Benua Etam. Tidak hanya soal hubungan sosial, penyelesaian masalah pemerintah juga semakin matang.
“Sekarang semakin arif dan bijaksana. Makin tua, semakin berpikir positif. Dia sadar tentang kondisi pribadinya. Rahasianya karena bapak tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu,” bebernya.
Soal penggunaan waktu, anak H Muhammad Djaang bin Arsyad Bahuang itu hampir melewati semua waktunya untuk melayani masyarakat. Bahkan, kadang dia bekerja sampai larut malam untuk menyelesaikan tugasnya.
Siang hari, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Kaltim itu menyelesaikan tugas pemerintah. Begitu juga di malam hari. Saban malam ia tidak pernah tidur di bawah jam dua belas. Selalu lewat dari itu. Karena di malam hari Jaang mengikuti beragam kegiatan partai, rapat daerah dan nasional, atau menghadiri kegiatan masyarakat.
Perihal modal finansial politik, Puji tidak pernah mengetahuinya. Namun soal gaji suaminya sebagai wali kota, sepenuhnya dipegang oleh dosen Politeknik Samarinda itu. Jika ada honor sebagai imbalan jerih payah suaminya, ia gunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak dan kebutuhan rumah tangganya.
“Hanya gaji dan honor bapak saja yang saya ambil untuk kebutuhan keluarga dan pendidikan anak. Tapi soal pendapatan usaha kecil-kecilan kami, itu digunakan bapak untuk kebutuhannya di politik. Karena saya sadar, bapak juga punya kebutuhan pribadi. Misalnya untuk traktir teman atau biaya pulang kampung, jadi dari hasil usaha itulah bapak membiayai semua itu,” terang Puji.
Ada satu rahasia kesuksesan biduk rumah tangga dua sejoli itu. Selama 28 tahun berumah tangga, tak pernah mempersoalkan hal-hal kecil seperti cuci pakaian, merapikan rumah, dan mengurus anak. Sehingga, rumah tangga mereka tetap harmonis dan terjalin dengan baik.
Menjadi public figure adalah perkara yang tak mudah. Tetapi bisa dimulai dengan belajar memecahkan hal-hal kecil dalam rumah tangga. Kuncinya, komunikasi dan saling memahami antar satu dengan yang lain, sehingga apapun masalah yang dihadapi dalam rumah tangga, bisa diselesaikan bersama.
Jaang bukan tipe suami yang romantis. Namun mengerti soal kebutuhan dan kewajibannya sebagai suami. Contohnya, ketika istrinya mengajar di pagi hari, sedangkan ia belum bangun tidur, tapi setelah Puji pulang, rumah sudah rapi.
“Dari hal-hal kecil itulah yang membuat bapak bisa memecahkan masalah besar. Kuncinya memahami dan sadar akan tanggung jawab, itulah yang dilakukan bapak,” ucapnya.
Karena itu, dalam rumah tangganya, Jaang terbilang sukses. Hingga kedua anaknya belajar di Jerman dan Australia. Kini, ia diuji untuk memenangkan hati rakyat Kaltim. Apakah akan sukses melenggang bebas meraih suara terbanyak di pertengahan 2018 ini? Puji berkata penuh optimis, “Biar rakyat yang memilih. Kami yakin bapak pasti jadi gubernur.” (*/um/drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: