SAMARINDA – Pemerintah daerah terus melakukan operasi pasar untuk menekan harga jual beras yang terus naik di pasaran. Salah satunya yakni dengan mendistribusikan dan menjual beras murah yang berasal dari Badan Urusan Logistik (Bulog). Hanya saya, proses penyaluran beras tersebut berjalan lamban.
Suparti (55) salah seorang pedagang di Pasar Pagi Samarinda mengatakan, sepekan terakhir dirinya mendapatkan jatah beras dari Bulog. Beras tersebut sengaja didistribusikan kepada dirinya untuk dijual dengan harga murah. Tujuannya untuk menekan harga beras di pasaran.
“Saya disuruh jual beras Bulog 50 kilogram. Pegawai dari Bulog yang antar ke sini. Tapi setelah seminggu, saya minta lagi enggak diantar,” katanya, Jumat (2/2) kemarin.
Ia menjelaskan, dari beras yang dititipkan tersebut, Bulog mematok harga Rp 8.100 per kilogram. Dari harga itu, Suparmi menjualnya kepada masyarakat Rp 8.500. Walaupun keuntungannya kecil, ia mengaku akan tetap menjalankan kebijakan Bulog yang memintanya menjual beras murah.
“Tapi masalahnya sampai sekarang enggak ada datang ngantar beras lagi. Padahal saya kan sudah pesan. Bilang pegawai Bulog itu, mereka sedang sibuk jalankan tugas lain. Makanya belum bisa ngantar,” ujarnya.
Dia mengaku, baru kali pertama menjual beras dari Bulog. Tahun sebelumnya Suparmi tidak pernah menjual beras tersebut. Tapi dia menyayangkan kebijakan tersebut karena beras Bulog kualitasnya sangat rendah.
“Kualitasnya rendah, keuntungan yang saya dapat dari menjual beras Bulog ini sedikit. Hanya Rp 400 per kilogram. Itu belum termasuk ongkos pengangkut yang ngantar ke sini,” katanya.
Diketahui, Menteri Perdagangan (Mendag), Engartiasto Lukita, telah mematok Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium Rp 9.450 dan beras premium Rp 12.800. Harga tersebut ditambah ongkos transportasi Rp 500 bagi daerah-daerah selain Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, NTB dan Sulawesi.
Namun, kenyataan di Samarinda menunjukkan, walaupun pemerintah sudah menjual beras Bulog di pasar, harga beras tertinggi masih diangka Rp 14 ribu. Ada pula pula beras premium yang dijual Rp 13 ribu. Yang termurah yakni Rp 12 ribu. Dibanding harga beras tahun lalu, rata-rata beras tahun ini mengalami kenaikan Rp 1.000 per kilogram.
“Rata-rata keuntungan kami menurun dengan adanya kenaikan harga beras ini. Kami tetap menjual beras karena mau enggak mau harus jual, ini kan salah satu sumber pendapatan kami,” kata Wiwit (50), salah seorang pedagang beras lainnya di Pasar Pagi.
Menurutnya keuntungan tersebut ditengarai lantaran kebanyakan masyarakat mengurangi pembelian beras. Sehingga, masyarakat yang biasanya membeli beras 25 kilogram, beralih membeli beras 10 kilogram. “Kalau dibilang keuntungan turun, ya turun. Karena pembeli turun,” tandasnya. (*/um/drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: