SANGATTA – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutim membantah adanya isu yang beredar di masyarakat, perihal kenaikan ayam yang berhubungan dengan BBM. Namun kenaikan tersebut disinyalir karena pemenuhan kebutuhan hari raya Idulfitri lalu.
Kasi Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Kutim, Dony E mengatakan, kenaikan harga ayam dikarenakan minimnya stok di Kutim menjadi salah satu kendala. Tidak ada hubungannya antara kenaikan harga BBM yang digadang-gadang bersangkutan dengan persediaan ayam.
“Kenaikan harga ayam sama telur ini tidak hanya Kutim saja. Tapi ini isu nasional. Jadi jangan percaya gosip masyarakat yang bilang, hal ini karena naiknya harga BBM. Ini tidak ada sangkut pautnya,” ujarnya ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (23/7).
Dony menjelaskan, terjadinya persediaan ayam yang kian menipis lantaran beberapa perternak masih dalam tahap pembibitan. Semua itu karena pemerintah sebelumnya memprioritaskan kebutuhan utama saat ramadan dan lebaran lalu.
“Ini kali pertama Kutim mengalami penipisan persediaan ayam. Banyak sekali lapak pasar yang kosong. Ya karena lebih diutamakan saat puasa dan lebaran kemarin. Belum lagi pengusaha restoran dan warung makan yang banyak menggunakan ayam. Jadi beberapa pengusaha masih melakukan pembibitan lagi,” terangnya.
Dia menjelaskan, ayam dan telur merupakan komoditas yang dipasok dari luar Kutim. Menurutnya ada yang dari Samarinda, Balikpapan, bahkan Sulawesi. Jika di sana kosong, maka pasti tidak ada distribusi ke sini.
“Kami ada peternakan lokal, tapi produksinya saat ini tidak mencukupi. Padahal kami sudah stop untuk distribusi keluar daerah. Namun masih saja tidak bisa memenuhi kebutuhan daerah. Jadi yang ada harganya sangat mahal,” jelasnya.
Selain itu Dony berharap, agar Dinas Peternakan dapat membina dan mengembangkan usaha ayam di Kutim. Jadi tidak lagi berharap dari luar daerah. Dia menceritakan telur dari Sulawesi sudah masuk.
Tapi karena kekosongan kemarin, belum bisa menutupi kebutuhan Kutim. Walaupun yang datang satu kontainer pada Kamis lalu.
“Saya harap dinas terkait dapat membina masyarakat untuk lebih melebarkan sayapnya dalam berwirausaha. Karena peternak di Sangkima dan Teluk Pandan saja tidak cukup. Kelangkaan ini sama beratnya dengan minimnya telur di sini,” tuturnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post