SANGATTA – Selalu ada yang menarik dari Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Termasuk di Kutim, sebanyak 36 peserta dikarantina jelang prosesi pengibaran bendera pada 17 Agustus 2018 mendatang. Baik putra maupun putri dididik di “Desa Bahagia” yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta, Sangatta Utara.
Sebelum memasuki asrama, seluruh calon anggota paskibra harus melalui proses tantingan. Yakni, setiap peserta harus menyatakan bahwa dirinya siap menjadi warga dan mengikuti aturan yang berlaku di “Desa Bahagia” tersebut.
Tidak kalah menarik, laiknya desa pada umumnya, mereka melakukan pemilu raya, dalam hal memilih lurah sebagai pemimpin. Menurut Koordinator Pelatih Paskibra Kutim, Zaini Musthofa, pemilu dilakukan seluruh peserta yang mempercayakan temannya untuk menjadi pimpinan.
“Mereka diajarkan menggunakan hak pilih, memilih orang yang mereka percaya untuk menjadi pemimpin dengan sebutan pak lurah, bu lurah pak RT dan bu RT,” ujarnya saat diwawancarai belum lama ini.
Dia mengatakan, masih ada sejumlah anak yang merasa tidak biasa dengan suasana seperti ini. Namun hal tersebut dianggap lumrah. “Kalau keluhan mau berhenti setiap tahunnya ada, itu hal yang wajar, tapi bagaimana cara kami meyakinkan mereka supaya mereka betah,” terang lelaki yang berprofesi sebagai polisi ini.
Adapun kegiatan yang inti di “Desa Bahagia” yakni pendidikan mental, rohani, disiplin, hingga materi kenakalan remaja, wawasan kebangsaan dan kenegaraan. Selain itu diajarkan pula materi perihal Paskibra, seperti sejarahnya maupun sejarah bendera.
“Dulu ada aturan baku, sekarang mereka diajarkan membuat aturan dan sanksi dari mereka untuk mereka sendiri,” paparnya.
Seiring berjalannya waktu, mereka mulai disiplin dan komitmen pada aturan yang berlaku. Seperti bangun tidur pukul 4.30 untuk salat subuh, dilanjut olahraga, kemudian bersih diri, setelah itu sarapan, lalu apel, dan latihan Paskibra. Proses selanjutnya, mereka akan memasuki tahapan lanjutan, yakni latihan gabungan bersama TNI dan Polri pada 9 Agustus mendatang.
“Saat ini belum ada penyusunan struktural. Hal itu baru disusun pada 14 Agustus nanti,” ungkapnya.
Saat diwawancara, Jodi Setiawan, siswa yang berasal dari SMAN 1 Sangatta Utara ini mengaku sangat bahagia. Pasalnya bisa dipercaya seluruh rekannya menjadi pak lurah sebagai pemimpin tempat karantina.
“Saya senang dan bahagia, karena dipilih oleh teman-teman yang disebut warga. Di sini saya belajar memimpin untuk mencapai kebersamaan,” katanya.
Ia akan terus bersemangat melatih diri agar menjadi pasukan tiga atau pengibar bendera.
Di tempat yang sama, siswa kelas 12 SMKN 2 Sangatta Utara, bernama Annisa Nadhira Jasmin, puteri kelahiran Sangatta, 27 Mei 2001, yang beralamat di Jalan Pertamina KM 1, merasa sangat bangga bisa bertemu dengan puluhan teman baru dari berbagai sekolah. Dirinya berharap bisa menduduki posisi penting dalam Paskibra ini, yaitu sebagai pemegang baki.
“Saya senang bisa terpilih jadi bu lurah, saat ini, saya akan semakin giat untuk berlatih agar menjadi pembawa bendera, walaupun banyak sekali pesaing, tapi saya optimistis pasti bisa,” tutupnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post