Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di kawasan Bontang Lestari pada Senin (17/9) lalu menjadi perhatian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bontang. Dalam hal ini, BPBD menyebut semua kawasan hutan dan lahan yang ada di Bontang memiliki potensi yang sama mengalami karhutla.
LUKMAN MAULANA, Bontang
“Ada pemetaan rawan karhutla yang kami lakukan. Yaitu seluruh hutan di Bontang itu memang rawan, ada faktor manusia dan faktor alam. Faktor alam itu kalau sudah kemarau, tumbuh-tumbuhan kering kan bisa memicu api,” kata Kepala BPBD Bontang, Ahmad Yani saat ditemui Bontang Post, Kamis (20/9) kemarin.
Karena itu, BPBD mengimbau masyarakat Bontang untuk melakukan upaya-upaya pencegahan. Di antaranya dengan tidak membakar lahan serta membuang puntung rokok sembarangan.
“Untuk masyarakat, baik yang berjalan kaki, mengendarai roda dua, atau roda empat, agar tidak membuat puntung rokok sembarangan. Karena bisa memicu kebakaran bila terkena rerumputan kering,” jelasnya.
Menurut Yani, di samping faktor cuaca ektsrim berupa kemarau panjang, faktor kelalaian manusia turut bisa menyebabkan terjadinya karhutla. Misalnya kebiasaan warga membakar sampah daun-daun kering di senja hari, yang bisa menyebabkan kebakaran apabila tidak diawasi dan ditinggalkan begitu saja. Pasalnya angin kencang bisa membuat api merembet ke mana saja.
“Boleh membakar (sampah), kami tidak melarang. Tapi dilihat dahulu agar apinya tidak menyebar. Ada teknik-teknik yang harus dipahami,” sebut Yani.
Selama 2018, hingga September ini, dia mengatakan telah terjadi tiga kasus karhutla yang ditangani BPBD. Termasuk dua kasus yang terjadi Senin lalu. Selain kasus karhutla tersebut, BPBD juga menangani kebakaran yang terjadi pada kaveling lahan milik warga yang tidak terurus. Meski begitu, Yani mengklaim tren karthutla di Bontang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
“Trennya agak turun. Yang paling parah 2015 lalu, ketika kami baru terbentuk. Saat itu kan memang karena faktor alam, karena cuaca kemarau yang ekstrem,” terangnya.
Diakui Yani, cuaca kemarau membuat potensi karhutla menjadi semakin tinggi. Lantaran di musim ini, umumnya masyarakat melakukan pembakaran untuk membuka lahan. Pasalnya ketika kemarau, kondisi rerumputan dan pepohonan yang kering membuatnya mudah dibakar dibandingkan ketika musim penghujan.
Dalam hal penanganan karhutla, BPDB melakukan koordinasi dengan dinas-dinas terkait meliputi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkartan), kepolisian, puskesmas, Satpol PP, hingga kelurahan. Diakui, dalam penanganannya terdapat serangkaian kendala yang dihadapi. Mulai dari pasokan air untuk memadamkan karhutla hingga kondisi medan yang sulit.
“Untuk masalah air, kami upayakan ambil dari sumber air terdekat. Termasuk keran-keran air milik perusahaan di kawasan hutan,” jelas Yani.
Sementara untuk kondisi medan yang sulit, BPBD terlebih dulu melakukan analisis wilayah yang mengalami karhutla. Dari analisis tersebut dapat diketahui potensi bahaya di lokasi karhutla. Juga dengan upaya-upaya pemadaman api yang bisa dilakukan apabila selang pemadam tak mampu menjangkau titik api.
“Kemampuan selang pemadam kami paling berapa ratus meter saja. Kalau sudah masuk ke dalam dengan jarak beratus meter itu, kemampuan luncuran airnya jadi tidak terlalu kuat,” sebutnya.
Pun demikian dengan kondisi medan yang curam dengan deretan jurang, membuat semua jenis kendaraan pemadam tak mampu masuk ke dalam. Termasuk bila terdapat batu besar yang berisiko membahayakan keselamatan petugas. Serta binatang buas yang bisa keluar ketika hutan terbakar. Dalam hal ini, BPBD memastikan keselamatan personelnya terlebih dahulu sebelum melakukan upaya penanganan lebih lanjut.
“Dari analisis ini, misalnya tidak bisa melakukan pemadaman dengan mobil pemadaman, maka bisa diputuskan pemadaman api dengan cara manual dengan ranting. Atau kami perhatikan wilayah yang terbakar, antisipasi arah angin untuk memastikan penyebaran apinya tidak meluas,” ungkap Yani. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post