Temukan Tujuh Ladang Baru
JAKARTA – Meski harga minyak mentah dunia saat ini rendah, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) tidak mengendurkan produksi minyak dan gas (migas). Buktinya, SKK Migas mencatat, lifting minyak bumi hingga November lalu mencapai 822 ribu barel per hari (BOPD) dan gas 6.643 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
Artinya, minyak yang diserahkan KKKS ke titik pembagian (custody transfer point) tersebut melampaui target yang ditetapkan dalam APBN Perubahan 2016 sebesar 820 ribu BOPD minyak dan 6.438 mmscfd gas.
Kepala Bagian Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengungkapkan, kenaikan kontribusi signifikan diberikan Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu yang dikerjakan Exxon. ”Train B pada proyek Banyu Urip mulai berproduksi pada kapasitas penuh 185 ribu BOPD sejak Januari 2016,’’ katanya kemarin (23/12).
Selain Cepu, kontributor terbesar lifting minyak lainnya adalah Blok Rokan (Chevron), Mahakam (Inpex), dan Offshore Northwest Java (ONWJ-Pertamina EP). Sementara itu, lima kontributor terbesar untuk produksi gas adalah Mahakam, Berau, Pertamina EP, Corridor, dan Senoro-Toili.
Produksi migas tersebut berasal dari 67 wilayah kerja migas yang berproduksi. Sebagian besar lapangan migas di wilayah-wilayah kerja itu dikategorikan sebagai lapangan tua (mature field) dengan produksi yang terus menurun secara alamiah.
KKKS yang mengerjakan wilayah kerja migas tersebut mengerjakan tiga program utama untuk menekan laju penurunan produksi melalui pengeboran sumur pengembangan, kerja ulang (work over), dan perawatan sumur (well service).
”Dari awal tahun sampai akhir November, KKKS mengerjakan 212 pengeboran sumur pengembangan, 1.055 kegiatan work over, dan 33,925 kegiatan perawatan sumur,’’ jelasnya.
Selain pengurangan laju penurunan produksi, KKKS melakukan eksplorasi atau pengembangan sumber cadangan baru. Pada Januari–November, KKKS kontraktor melakukan 10 survei seismik, 11 survei nonseismik, 36 pengeboran sumur eksplorasi, dan 3 re-entry sumur eksplorasi.
Di antara pengeboran sumur eksplorasi, 20 kegiatan selesai dilakukan. Hasilnya, 7 sumur ditemukan migas (discovery), 7 sumur tidak ditemukan (dry), 5 sumur memiliki indikasi adanya hidrokarbon, dan 1 sumur dalam proses evaluasi.
Sumur-sumur yang menghasilkan penemuan adalah Bambu Besar (BBS)-4 (Pertamina EP), Tiung-3 (PetroChina International Jabung Ltd), Meliwis-1 (Santos (Madura Offshore) Pty Ltd), Lumbian-2 (Seleraya Merangin 2), AAL-4X (Santos Northwest Natuna B.V), ABG-3 (Pertamina EP), dan Sidayu-4 (Saka Indonesia Pangkah Ltd).
Tahun ini SKK Migas juga menyetujui 28 rencana pengembangan lapangan. Baik dalam bentuk plan of development maupun plan of further development (POFD). Pengembangan lapangan baru itu diharapkan menambah cadangan minyak 142,45 juta barel dan cadangan gas 0.645 TSCF.
”Pengembangan lapangan tersebut akan membutuhkan investasi USD 2,94 miliar dan diharapkan dapat menghasilkan penerimaan negara USD 6,85 miliar,” tambahnya.
Untuk melakukan eksplorasi maupun produksi, investasi yang dikeluarkan mencapai USD 10,43 miliar. Pengeluaran terbesar untuk kegiatan produksi mencapai USD 7,81 miliar.
Hingga saat ini, industri hulu migas terpengaruh rendahnya harga minyak dunia. Rata-rata harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) sepanjang 2016 berkisar USD 39,15 per barel.
”Angka itu lebih rendah daripada harga ICP yang ditetapkan pada APBN-P, yakni USD 40 per barel. Dengan kondisi harga tersebut, perkiraan penerimaan negara dari hulu migas sampai akhir tahun adalah USD 9,294 miliar atau sekitar Rp 125 triliun,’’ tambahnya. (dee/c16/noe/JPG)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post