Jarum jam menunjukan pukul enam sore. Sebentar lagi suara azan berkumandang. Seperti layaknya jurnalis lainnya, Jihad, masih disibukan dengan sejumlah ketikan berita. Sejak duduk di meja kerjanya pukul lima sore, Jihad ternyata baru menyelesaikan dua berita.
Memandang jam dinding, Jihad mendadak kalut. Kini deadline tersisa tiga puluh menit. Dengan penuh ketergesa-gesaan, Jihad memfokuskan pikiran ke layar monitor. Sejurus, jari jemarinya dengan cekatan menghentak papan keyboard. Dia menyusun kata perkata hasil wawancarannya siang tadi menjadi sebuah kalimat, paragraf dan berita.
Bila tidak menyetor tiga berita, maka, sumpah serapah, omelan hingga cibiran, bakal meluncur deras dari bibir sang Redaktur Pelaksana (Redpel). Apalagi pukul delapan malam nanti, seperti biasannya, akan ada rapat redaksi yang dilanjutkan dengan rapat perencanaan liputan. Tulisan yang dinilai semrawut, apalagi ada jurnalis yang tidak menyetor tiga berita, ya bakal jadi sasaran omelan selama rapat berlangsung.
Menurut redaktur, ataupun redpel, sikap yang mereka ambil demi menempa mental dan semangat kerja para jurnalis, supaya lebih tekun lagi menyajikan berita-berita menarik, apik, cetar membahana dan memiliki kualitas bagi para pembaca. Ada juga yang bilang, kalau redpel marah-marah pada para jurnalisnya, itu tandanya dia peduli…hehehehe,. Entahlah. Bagi Jihad, dicecar, atau apapun itu, sedikit tidak sejalan dengan visinya yang tidak banyak bicara.
Jarum jam serasa cepat, ketika Jihad berburu ketikan. Jihad sedikit beruntung, karena berita yang dia ketik hanya berita ringan, soal rencana pembangunan jalan pendekat pelabuhan Kota Madu.
“Jihad, sudah selesai kah ketikan mu,” teriak redpel dari balik meja kerjanya yang berjarak sekitar lima meter dari tempat Jihad duduk mengetik.
“Sebentar lagi, Kang. Saya cek dulu ketikannya, takut ada kata-kata yang salah. Setelah itu saya langsung masukan folder berita,” sahut Jihad dengan wajah sedikit mendoga ke atas, lantaran meja kerjanya dibuat sekat seperti bilik kecil.
“Oke, cepat….Ini sudah jam berapa, kalau ngak, berita mu aku tinggal nanti,” kembali redpel berteriak dari meja kerjannya.
***
Usai solat berjamaah bersama redpel, redaktur, dan jurnalis lainnya, kini waktunya Jihad untuk melaksanakan rapat redaksi dan rapat perencanaan. Dalam rapat perencanaan, masing-masing jurnalis mengajukan rencana liputan. Ada yang mengajukan melanjutkan berita yang akan terbit keesokan harinnya. Ada pula yang mengajukan isu-isu baru.
Nah, Jihad masih duduk termenung. Pikirannya kosong. Binggung. Limbung. “Jihad, tinggal kamu yang belum menggajukan perencanaan liputan,” kata Kang Mamat, redaktur yang menaungi Jihad.
“Sebentar, Kang. Saya belum punya ide yang bagus nih, mau liput apa besok,” sahut Jihad tersadar dari lamunannya.
Sejenak ruang rapat hening. Ada yang berbincang, namun suaranya hanya pelan. Sementara redaktur lainnya sibuk memberikan arahan kepada para jurnalis yang mereka naungi.
“Gimana, Jihad. Sudah ada ide liputan kah?,” kembali Kang Mamat melontarkan pertanyaan, kali ini suarannya sedikit lebih tegas.
“Atau aku yang memberikan penugasan,” sambung Kang Mamat, kembali memberikan tekanan pada nada suaranya.
Jidah mulai dirundung keresahan. Pikirannya kian berkecamuk. Mengawang tidak jelas arahnya kemana.
Setiap tugas yang diberikan redaktur, apalagi jika datangnya dari redpel, maka apapun carannya, jurnalis yang ditugaskan wajib mendapatkannya. Jika gagal, maka akan ada sanksi yang diberikan. Macam-macam sanksinya. Ada sanksi dari sekedar harus mentraktir makan anak-anak redaksi, hingga yang terberat yakni pemberian surat peringatan satu (SP1). Yang terakhir ini bisa sampai pemotongan gaji. Dengan catatan, alasan yang diberikan jurnalis dinilai tidak logis, tidak meyakinkan.
“Haaannuhh,..Saya…. liput berita penyusunan APBD Kota Madu yang sampai sekarang belum juga diparipurnakan, Kang. Pada hal ini sudah mau pergantian tahun,” kata Jidah dengan nada suara yang sedikit terbatah-batah.
“Oke, apa isu yang menarik dari itu?. Kalau hanya sebatas penyusunan APBD, ngak usah. Kamu cari angel yang menarik, terserah kamu apa itu!. Asal tidak seperti berita-berita yang sudah pernah terbit,” seru Kang Mamat.
“Itu isu utama yang harus kamu gali. Untuk berita yang lainnya, kamu tentukan sendiri,” tambahnya.
Setelah semua jurnalis memiliki perencanaan liputan, rapat pun kemudian diakhiri. Beberapa jurnalis memilih pulang. Namun ada juga yang bertahan di kantor, barang sekedar menikmati wifi atau internet gratis dari kantor, atau melihat-lihat anak-anak layout yang sedang berkreasi menyusun halaman pemberitaan.
Sementara Jihad, kembali ke meja kerjanya. Duduk termenung, memikirkan angel berita APBD yang akan digarapnya besok. Setelah terduduk beberapa di kursi kerjanya. Pikiran Jihad kemudian terarah ke layar monitor.
“Ahhh, kenapa ngak browsing di internet aja. Aku cari aja perbandingan berita-berita yang sudah pernah diterbitkan,” guman Jihad dalam hati.
Setelah mendapatkan beberapa berita terkait di media online, lalu membaca dan membandingkannya, pemikiran Jihad lantas menjurus pada satu gagasan. ‘Pokok pikiran anggota dewan’. Jihad sedikit berspekulasi, mungkinkah molornya APBD Kota Madu dikarenakan ini, atau ada intrik lain.
Nah, dengan penuh ketergesa-gesaan, Jihad merangsak berdiri dan berjalan sedikit berlarian menuju meja Kang Mamat. “Kang, untuk liputan tadi, saya punya usulan nih,” katanya.
“Apa itu?,” tanya Kang Mamat. Wajahnya masih serius menghadap ke layar monitor. Jari jemarinnya terus bergeliat di papan keyboard.
“Selama ini berita yang sudah diangkat hanya soal penyusunan APBD, atau target pendapatan dan belanja anggaran. Sementara untuk pokok pikiran dewan, kayaknya belum pernah diangkat secara spesifik. Misalnya, seperti apa itu pokok pikiran dewan, bagaimana dialokasikan, dan berapa misalnya anggaran untuk mengakomodir itu. Yang jadi poin penekanannya, apakah ada intrik di balik molornya penyusunan APBD tahun ini,” jelas Jihad dengan wajah penuh keyakinan.
“Oke, boleh, tapi kamu harus punya narasumber langsung dari para anggota DPRD Kota Madu lohhh. Upayakan ada wawancara ekslusifnya. Tapi tantangannya, sangat jarang ada wakil rakyat yang mau blak-blakan soal masalah itu,” sejenak tutur Kang Mamat terhenti, lantaran terbatuk.
“Maklum, masalah yang demikian itu, biasanya sedikit sensitif. Tapi ide mu itu cukup menarik. Aku beri kamu waktu sepekan ini untuk menggali informasinya. Wajib dapat ya!!,” sambugnya.
Untuk memberikan semangat kepada Jihad, Kang Mamat menjanjikan, bila Jihad berhasil menyelesaikan liputannya, maka akan diusulkan dijadikan berita open di halaman satu SaKa Post.
Mendengar itu, semangat Jihad kian berapi-api untuk menggali informasinya. Malam itu, semua sumber yang memungkinan untuk dimintai informasi di data satu persatu, berikut dengan daftar pertanyaan kunci yang akan disampaikan nantinya. ***
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post