Seorang Muwahid adalah orang yang memiliki hati yang akan selamat. Di dunia, lebih-lebih di akhirat. Hati yang bersih dari kesyirikanlah yang akan bermanfaat disaat tak lagi bermanfaat harta dan juga anak keturunan, yaitu kelak diakhirat. Seperti yang dijelaskan Ibnu Katsir ketika menerangkan firman Allah (artinya): ”Hari ketika harta dan keturunan tidak bermanfaat lagi, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang saliim (selamat)” QS.Asy-Syu’ara 26:88-89. Beliau mengatakan: Yaitu hati yang selamat dari dosa dan kesyirikan. Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR. Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.
Setiap muslim yang saliim (selamat) hatinya berarti seorang yang berhati tauhid. Ia akan menjadi sebab kebahagian di akhirat. Selamat dari pengadilan Allah dan akan dimasukkan ke jannah Allah Ta’ala. Oleh karena itulah setiap muslim harus memegang teguh tauhid dan menjadikannya ruh kehidupannya. Lihat Kitab Tauhid.
Berpegang kepada tauhid yang hanif (lurus) adalah sifat dasar manusia ketika Allah menciptakan manusia diatas fitrah tauhid dan mengetahui Rabb sebagai pencipta. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya): ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah di atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah”. QS.Ar-Rum 30:30. Dan juga Firman-Nya (artinya): “Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Dia mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ”Bukankah Aku ini Rabb-mu?” Mereka menjawab: Betul (Engkau-lah Rabb kami), kami menjadi saksi“. QS.Al-A’raf 7:172. Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR. Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.
Mengakui rububiyah Allah dan menghadapkan wajah kepada-Nya merupakan perkara yang bersifat fitrah, sedang kesyirikan merupakan perkara baru yang datangnya belakangan. Lihat Kitab Tauhid,Syaikh DR. Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.
Syirik adalah Kezhaliman Yang Besar.
Perbuatan syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya, misalnya berdo’a kepada Allah dengan menyertakan yang lainnya atau dengan memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah Subhanhu wa Ta’ala.
Barangsiapa menyembah kepada selain Allah berarti ia telah meletakkan ibadah bukan pada tempatnya serta memberikan kepada yang tidak berhak mendapatkannya dan itu adalah kezhaliman yang paling besar. Lihat Kitab Tauhid.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya): ”Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat ketenteraman dan mereka itu adalah orang-orang yang menepati jalan hidayah. QS.Al-An’am 6:82.
Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat tersebut berkata: ‘Maksudnya mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah saja. Mereka tidak menyekutukan-Nya sama sekali. Mereka itulah orang-orang yang tenteram pada hari kiamat dan mendapat petunjuk didunia dan akhirat’. Lihat Kitab Fathul Majid.
Bukhori menuturkan ini dengan sanadnya (dalam kisah Ibrohim ‘Alaihis Salam dari hadits-hadits tentang para Nabi), bahwa Umar bin Hafsh bin Ghiyats bercerita kepada kami, ayahku bercerita kepada kami, Al-A’masy bercerita kepada kami, Ibrohim bercerita kepadaku dari Alqamah dari Abdullah Rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ketika turun ayat, ”Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kezhaliman (syirik)”, kami berkata: Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang tidak pernah menzhalimi dirinya? Beliau bersabda: ”Bukan seperti apa yang kamu katakan, mereka tidak menodai iman mereka dengan kezhaliman maksudnya dengan kemusyrikan. Bukankah kamu telah memperhatikan perkataan Luqman kepada anaknya, ”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar. QS.Luqman 31:13. Lihat Kitab Fathul Majid.
Jenis Syirik.
Syirik ada dua jenis: Syirik Besar dan Syirik Kecil.
Pertama: Syirik Besar.
Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di neraka jika dia meninggal dalam keadaan belum bertaubat darinya. Syirik besar yaitu memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti: berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, mendekatkan diri kepada selain Allah dengan menyembelih qurban, bernadzar untuk dipersembahkan kepada kuburan, jin dan setan. Termasuk syirik besar pula, takut kepada orang yang sudah meninggal, jin dan setan kalau-kalau mereka memberikan mudharat atau membuatnya sakit.
Begitu pula berharap kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala atas sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa harapan untuk memenuhi kebutuhan ataupun menghilangkan kesusahan. Allah berfirman (artinya): ”Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: ’Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami disisi Allah”. QS.Yunus 10: 18, Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR.Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al- Fauzan.
Kedua: Syirik Kecil.
Syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, akan tetapi dapat mengurangi kesempurnaan tauhid dan ia bisa menjadi perantara menuju syirik besar. Syirik kecil ada dua macam :
- Syirik Zhahir (Nampak).
Yaitu, syirik yang Nampak dengan ucapan dan perbuatan. Dalam ucapan misalnya, bersumpah dengan nama selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia telah berbuat kufur atau syirik”. HR.At-Tirmidzi dan beliau menghukuminya Hasan dan dishohihkan oleh Al-Hakim. Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR. Sholih bin Fauzan.
Begitu pula termasuk didalamnya ucapan seseorang “Atas kehendak Allah dan kehendakmu”. Berdasarkan sabda Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam ketika ada seorang laki-laki yang berkata kepada beliau “Atas kehendak Allah dan kehendakmu”. Lantas beliau bersabda: “Apakah kamu hendak menjadikanku tandingan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala? Ucapkanlah :Atas kehendak Allah saja“. HR.Ahmad, Ibnu Abi Syaibah dan Bukhori dalam Al-Adabul Mufrad,An-Nasa’I dan Ibnu Majah. Lihat Kitab Fathul Majid.
- Syirik Khafi (Tersembunyi).
Yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti: riya’, dan sum’ah. Misalnya melakukan suatu amalan tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tetapi dia mengharapkan darinya pujian orang. Seperti: membagus-baguskan sholat, bersedekah supaya mendapat pujian dan sanjungan,selalu melafazkan dzikir dan memperindah bacaan Qur’annya supaya didengar orang sehingga mereka memuji dan menyanjungnya.
Riya’ itu jika mencampuri suatu amalan pasti akan menjadikannya batal dan rusak, maka ikhlas dalam beramal adalah sebuah keharusan, Allah Berfirman (artinya): ”Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, hendaknya dia mengerjakan amal yang sholih dan jangan mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabbnya. QS. Al-Kahfi 18:110.
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil“, para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, Apakah syirik kecil itu? Beliau menjawab: ”Yaitu Riya’ “.HR.Ahmad, Ath-Thabrani dan Al-Baghawi dalam Syarh As-Sunnah, Lihat Kitab Tauhid, Syaikh DR.Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.
Perbuatan Syirik Dapat Menghilangkan Amal Sholih .
Fakhrur Razi berkata: Ayat “Dan janganlah kamu membatalkan amal-amalmu” QS.Muhammad 47:33, yakni: Lestarikanlah apa yang biasa kamu amalkan dan janganlah kamu menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah itu dapat merusak amal-amalmu,sebagaimana firman Allah: Artinya ”Jika kamu menyekutukan Allah niscaya akan hapuslah amal-amalmu“. QS.Az-Zumar 39:65, Lihat Kitab Tafsir Ayat Ahkam.
Di dalam kitab Syarah Tsalatsatul ‘Ushul, dikatakan: Manusia wajib berhati-hati dari syirik akbar maupun syirik ashghar,Allah berfirman: Artinya “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik”. QS.An-Nisa 4: 48.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Artinya “Tiada seorang mati dalam keadaan tidak bersyirik kepada Allah, melainkan patut memperoleh maghfirah (ampunan). Allah menyiksanya jika berkehendak atau mengampuninya. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni selain itu bagi yang dikehendaki”. Lihat Kitab Ibnu Katsir.
Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Jabir, bahwa Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Arti “Pintu maghfirah Allah atas hamba-Nya selalu terbuka selama belum tertutup oleh dinding. Bertanya seorang, Apakah dinding itu, ya Rasulullah? Yaitu: “Syirik kepada Allah”, jawab beliau. Lihat Kitab Ibnu Katsir.
Jaminan Surga Bagi Orang Mu’min Yang Selamat Dari Kesyirikan.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Barangsiapa mati dalam keadaan menyembah sesembahan selain Allah,masuklah ia kedalam neraka”. HR.Bukhori, Lihat Kitab Fathul Majid.
Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram Al-Anshari Rodhiyallahu‘anhu, bahwa Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Barangsiapa menemui Allah (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun, pasti masuk surga. Akan tetapi barangsiapa menemui-Nya (mati) dalam berbuat syirik kepada-Nya, pasti akan masuk neraka”. Lihat Kitab Fathul Majid. Wallahu A’lam bi muroodi.
Sumber rujukan Kitab disetujui oleh: Ust.Rifqi Rosyidi Lc.M.Ag Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Samarinda Kaltim, dan Ust. Abdul Ghofir Lc.MA, Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Bontang.
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku, orang yang tetap melaksanakan sholat,ya Tuhan kami, perkenankanlah do’a kami. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari kiamat). QS.Ibrohim 14 : 40. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post