BONTANG – Kasus gangguan kesehatan diduga keracunan yang dialami siswa-siswi SMA Yayasan Pupuk Kaltim (YPK) Bontang membuat banyak pihak terkejut. Pasalnya, sekolah binaan PT Pupuk Kaltim tersebut termasuk sekolah sehat dan mencatatkan prestasi di tingkat nasional. Hal ini membuat kaget Puskesmas Bontang Barat yang berwenang dalam pembinaan kesehatan di lingkungan tersebut.
“SMA YPK Bontang berada dalam wilayah pembinaan kami. Selama ini kebersihan lingkungan sekolah, termasuk makanan dan minuman di kantinnya terbilang aman. Bahkan para pedagang yang ada di sana semuanya sudah memiliki sertifikat penjamah makanan,” kata Dewi Sri Lestari, petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Bontang Barat.
Dia menjelaskan, semua sekolah yang berada di wilayah Bontang Barat menjadi wilayah kerja Puskesmas Bontang Barat. Termasuk SMA YPK Bontang yang secara rutin mendapatkan pembinaan dari Puskesmas Bontang Barat (bukan Puskesmas Bontang Utara seperti yang diberitakan sebelumnya). Bentuk pembinaan ini, kata Dewi, meliputi penyuluhan masalah kesehatan secara umum.
“Bukan hanya pemeriksaan kualitas makanan dan minuman di sekolah, tapi juga kesehatan secara umum. Untuk para pedagang di kantin, selalu kami berikan pemahaman tentang kebersihan dalam penyajian makanan. Misalnya kuku-kuku jari tidak boleh panjang, selalu pakai celemek, serta memastikan pengangkutan makanan dari rumah ke sekolah dalam kondisi yang higienis,” terang Dewi.
Pun begitu, dalam kunjungan terakhir Puskesmas Bontang Barat ke SMA YPK sebelum kasus ini terjadi, sekitar Agustus atau September tahun lalu, hasil pemeriksaan makanan di kantin terbilang aman. Dalam hal ini, hasil pengujian pada makanan dan minuman yang dijual di kantin sekolah menunjukkan negatif alias bebas dari bakteri dan bahan-bahan berbahaya.
Karenanya, ketika terjadi kasus dugaan keracunan yang dialami sebanyak 40 siswa SMA YPK, pihaknya mengaku kaget. Puskesmas pun langsung melakukan peninjauan ke sekolah dan menemui para siswa untuk mengetahui perihal selengkapnya. Namun karena waktu kejadian sudah lewat 1 x 24 jam, maka puskesmas tidak dapat mengambil sampel makanan untuk diuji di laboratorium.
“Prosedurnya memang seperti itu. Biasanya dampak keracunan itu langsung terjadi. Kalau kasus kemarin itu kan rentang waktunya lebih dari itu, sehingga para siswa sudah mengonsumsi makanan lain di luar yang dimakan di kantin,” tambahnya.
Apalagi, kata Dewi, dari hasil wawancara dengan para siswa diketahui bahwa jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi berbeda satu sama lain. Hal ini turut mempersulit tim dalam mengetahui penyebab keracunan. Berbeda bila makanan yang dikonsumsi memiliki kesamaan dan gejala yang dialami terjadi secara bersamaan, penyebabnya bisa diketahui dengan cepat.
“Misalnya sama-sama makan nasi kotak yang diberikan sekolah, indikasinya bisa diketahui dengan jelas. Sementara dalam kasus ini pengakuannya berbeda-beda. Ada yang minum es kelapa, ada juga yang minum es jus. Jadi penyebab kejadian ini belum tentu dikarenakan makanan dan minuman di kantin. Bisa saja karena faktor lainnya,” terang Dewi.
Untuk pemeriksaan sampel makanan di kantin usai terjadinya kasus ini, puskesmas siap melakukan kapanpun diminta oleh pihak sekolah. Karena puskesmas tidak bisa begitu saja melakukan pengujian sampel makanan ke sekolah. Dalam hal ini mesti berkoordinasi dengan pihak sekolah terlebih dahulu. Setelah ada permintaan dari sekolah, barulah puskesmas mengambil sampel makanan dan minuman untuk kemudian dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Bontang.
“Kalau pengujian sampel makanan itu dilakukan atas permintaan sekolah dan biayanya dibebankan pada sekolah yang bersangkutan. Karena di puskesmas tidak ada anggaran untuk itu. Di luar itu kami tetap melakukan pembinaan secara rutin setiap tiga bulan sekali ke sekolah-sekolah di wilayah kerja kami, termasuk SMA YPK,” tandasnya. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post