bontangpost.id – Raut kesedihan masih tergambar di wajah Najirah Adi Darma. Belum sepekan dia kehilangan sang suami untuk selamanya.
Senin (5/10/2020) sekira pukul 10.00 dia mendatangi RSUD Taman Husada. Mengenakan atasan putih. Senada dengan Basri Rase. Tampak juga Ferza Agustia, putra sulung Adi Darma dan Najirah.
Kedatangan mereka untuk memberikan alat medis; High Flow Nasal Cannula. Alat pernapasan itu umum dimiliki di rumah sakit besar di Jawa. Tapi langka di Kaltim. Belum ada yang memiliki. Ketika Adi Darma dirawat di RSUD Taman Husada, keluarganya membeli alat tersebut.
“Saat pandemi seperti sekarang, kami berharap alat ini bisa membantu pasien dan tenaga kesehatan. Insya Allah kami ikhlas,” kata Najirah.
Dikatakan, dengan jumlah pasien aktif Covid-19 sebanyak 192, tenaga kesehatan sebagai garda terdepan tentunya butuh dukungan semua pihak. “Semoga bermanfaat untuk semua pihak,” terangnya.
Disinggung soal rupiah yang harus dikeluarkan, baik Najirah maupun Ferza enggan buka suara. Mereka tidak ingin bantuan yang diberikan ditafsirkan ke hal lain. “Kami ikhlas,” kata Najirah.
Wakil Direktur RSUD Taman Husada Bontang dr Toetoek Pribadi mengungkapkan bantuan alat pernapasan itu sangat bermanfaat. “Semoga pahala terus mengalir kepada almarhum (Adi Darma),” terangnya.
Sementara, dijelaskan dr Helda, dokter anestesi RSUD Taman Husada, alat tersebut merupakan salah satu dari jenis produk anestesi terbaik kelas 2B, yaitu High Flow Humidifier Oxygen Device atau alat terapi oksigen beraliran tinggi.
Alat ini sangat berguna untuk pasien Covid-19 untuk tahap awal jika pasien masih dalam kondisi dapat bernapas sendiri, mencegah pasien tidak sampai gagal napas dan tidak harus diinkubasi menggunakan ventilator invasif.
“Terima kasih bantuannya, kami memang sangat butuh ini, alatnya bisa digunakan membantu pasien, jadi tidak langsung dipasangi ventilator,” kata dr anestesi RSUD dr Helda.
High Flow Nasal Cannula baru diproduksi ketika pandemi melanda. Dalam sebulan hanya 200 yang diproduksi.
Nantinya, penggunaan tidak sebatas untuk pasien Covid-19. Dapat digunakan untuk pasien yang mempunyai diagnosa penyakit paru obstruktif kronik, Restrictive Thoracic Diseases (RTD), Obesity Hypoventilation Syndrome 5, deformitas dinding dada, penyakit neuromuskular, dan Decompensated Obstructive Sleep Apnea.
“Nanti setelah pandemi berakhir, alat ini juga akan tetap kami gunakan di ruang ICU, kami berjanji akan menjaga alat ini dan menggunakan sebaik-baiknya, semoga amal jariyahnya almarhum (Adi Darma) terus mengalir,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post