Mungkin masih ada segelintir masyarakat yang beranggapan tak bisa melaksanakan salat di masjid milik Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), karena masjid yang dibangun LDII hanya khusus untuk warga LDII. Selain warga LDII tidak boleh salat di masjid tersebut. Sehingga jika ada orang selain LDII salat di masjid, maka akan langsung dipel, dianggap najis atau disucikan, tempat yang dipakai salat oleh orang selain warga LDII, benarkah?
—————-
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Bontang mengklarifikasi anggapan tersebut. Saat mengunjungi Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Bontang, mereka menepis persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa warga umum yang salat di masjidnya akan langsung dibersihkan.
Juwarno, Dewan Penasehat LDII Bontang mengatakan, secara logika tidak mungkin penjaga masjid selalu membersihkan atau mengepel lantai masjid jika ada orang salat di dalamnya. “Karena tak mungkin jika kami bersihkan terus, bisa habis tenaga,” jelasnya saat melakukan sowan ke Kantor Kejari Bontang, Kamis (2/8) kemarin.
Kata dia, kalaupun ada anggotanya yang masih seperti itu, kemungkinan anggotanya tersebut masih mengikuti aturan lama dan pasti sudah tua. “Atau jika memang kebetulan mereka mengepel lantai sehabis orang salat karena memang sedang jadwalnya membersihkan lantai. Masjid kami memang memiliki jadwal membersihkan lantai 2 kali sehari, yakni pagi dan sore hari, itu untuk menjaga kebersihan masjid,” ujarnya.
Lebih lanjut dia jelaskan, masjid yang mereka bangun sejatinya dapat digunakan untuk umum. Terkait isu yang berkembang di masyarakat, merupakan beban sejarah bagi pihaknya yang dahulu membina Islam Jamaah. Namun saat ini, LDII sudah lebih bermasyarakat. Bahkan, LDII bisa bergotong royong dengan masyarakat lainnya dan berbaur. “Kami ini lembaga dakwah yang membawa beban sejarah, karena pernah membina Islam Jamaah. Dulu, LDII belum terlalu legal dan masih dianggap sesuatu yang nyeleneh karena dianggap terlalu memegang prinsip sendiri,” tuturnya.
Juwarno sendiri dahulu merupakan siswa NU dan sebenarnya kata dia, setiap organisasi sama prinsipnya: untuk kemaslahatan umat. “Prinsip kami tidak mengganggu orang dan komunitas, Alhamdulillah mulai bisa diterima oleh masyarakat,” ungkapnya.
“Kami dakwah, mengajak orang beribadah. Tetapi kalau bernegara tetap berpedoman pada Pancasila, karena NKRI harga mati,” sambungnya.
Kajari Bontang, Agus Kurniawan yang menerima langsung rombongan dari LDII Bontang berpesan, yang sudah baik agar dijaga. “Yang positif tolong dipertahankan. Karena jangan sampai, hubungan sama Allah bertentangan dengan hubungan sama manusia. Apalagi, saat ini situasi menjelang Pilres, jangan sampai ada isu SARA,” kata dia.
Oleh karena itu, Kajari meminta agar pola dakwah yang menyejukkan hati tetap dijaga dan dipertahankan. Jangan sampai ada pemahaman radikal dan jangan sampai NKRI goyah. “Saya berharap kontribusi yang positif ini bisa dilihat oleh pemerintah daerah juga,” ujarnya. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post