bontangpost.id – Persatuan Pengrajin Tempe dan Tahu (PPTT) Bontang menggelar pertemuan bersama Diskop-UKMP dan DKPP Bontang. Dari hasil pertemuan itu, mereka sepakat meningkatkan harga jual tahu dan tempe di pasaran. Kisaran harga bakal diumumkan ke publik mulai Selasa (25/5/2021) esok. Pertemuan dihelat di ruang rapat UPT Pasar di Lantai 4 Pasar Taman Rawa Indah, Bontang Selatan, Senin (24/5/2021) siang.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Diskop-UKMP) Asdar Ibrahim mengaku paham dengan keluhan mereka. Utamanya soal harga kedelai, yang merupakan bahan baku utama tahu dan tempe yang meningkat. Sebelum pandemi, sekarung kedelai dengan berat 50 kilogram dihargai Rp 375 hingga Rp 385 ribu. Sekarang Rp 580 ribu.
“Sampai kemarin sore, kami sudah koordinasi Diskop Kaltim. Menyampaikan terkait masalah di Bontang. Termasuk berkoordinasi dengan teman ODP di daerah lain di Kaltim,” beber Asdar dalam rapat.
Dia bilang, kelangkaan kedelai praktis bakal membuat harga jualnya mahal. Yang juga bakal membawa harga eceran tempe di pasaran ikutan merangkak. Kelangkaan kedelai lantaran saat ini Indonesia masih bergantung impor. Yakni dari Cina dan Amerika. Sementara produksi kedelai lokal belum sanggup memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Lanjutnya, akibat ketergantungan tersebut, praktis harga jual kedelai sangat berpengaruh terhadap kondisi internal negara eksportir. Menurut data Dinas Perdagangan RI yang disebut Asdar, belakangan ini terjadi peningkatan permintaan kedelai Cina dari negara-negara Asia. Khususnya selama pandemi. Sehingga kebutuhan kedelai Indonesia jadi berkurang akibat tingginya permintaan negara lain.

Pemasok terbesar selanjutnya, Amerika Serikat. Untuk kedelai di Bontang sebagaian besar memang didatangkan dari Negeri Paman Sam itu. Pedagang tahu dan tempe membeli kedelai itu dari importir lokal.
“Masalahnya di Amerika saat ini belum panen. Ini akibat karena ketergantungan kita terhadap kedelai impor sangat tinggi,” ungkapnya.
Keinginan PPTT menaikkan harga jual tahu dan tempe dinilai tak jadi soal. Sebab pada realitasnya, tidak ada jalan lain bisa ditempuh pengrajin tahu dan tempe untuk menutup ongkos produksi dan pengeluaran lain bila ini tak dilakukan. Tapi dia berpesan, kenaikan tak boleh lebih dari 20 persen harga bahan baku yang ditetapkan pemerintah.
Wakil PPTT Bontang, Arifin menjelaskan, pertemuan ini dilakukan agar pemerintah dan masyarakat memahami persoalan mereka. “Kalau tidak begini ongkos produksi juga tidak akan nutup,” kata Arifin dalam rapat.
Selain itu, PPTT juga meminta solusi dari pemerintah agar kondisi ini tidak berlarut. Karena bila harga kedelai tak bisa dikontrol, bukan cuma pengrajin tahu tempe yang dirugikan, pun masyarakat. Harga produk makanan idola masyarakat Indonesia itu bakalan ikutan naik.
“Kamu akan tetap akan setop produksi selama dua hari, 27-28 Mei 2021. “Besok kami umumkan kenaikan harganya,” tutupnya. (*)
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini:
Komentar Anda