SANGATTA – Untuk pertama kalinya, Kutai Timur (Kutim) mendapat bantuan pembangunan industri pengelolaan air limbah (IPAL) bio gas atau digester ternak dan tahu dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Pembangunan tersebut diharapkan dapat menjaga lingkungan dari pencemaran baik udara maupun air.
Desa Swarga Bara merupakan daerah pilihan yang notabenenya dipenuhi dengan industri kecil. Seperti warung makan, pabrik tahu maupun peternakan. Sehingga, pembangunan IPAL tersebut dirasa sangat perlu dilakukan di kawasan tersebut, lantaran selama ini para pelaku usaha tidak memiliki pengelolaan untuk limbah yang dihasilkannya.
Pembanguan IPAL tahu dan ternak tersebut merupakan usulan dari Ketua MPR RI, Mahyuddin. Dia meminta langsung usulan pembangunan IPAL atau digester ternak tahu tersebut kepada KLH. Selain itu, program pembangunan IPAL dibebankan pada APBN 2018. Karena program tersebut dibiayai oleh negara, maka dipandang perlu untuk dilakukan.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Aji Jaya menyambut baik pembangunan IPAL tersebut. Ia bersyukur bantuan tersebut diberikan di Kutai Timur. Karena menurutnya, pembangunan tersebut merupakan bantuan yang pertama di Kutim dengan skala kecil.
“Biasanya limbah langsung dialirkan ke sungai. Padahal itu dapat mencemari aliran air. Sehingga pembangunan IPAL Digester akan sangat membantu untuk mencegah pencemaran air terutama di Sungai Kabo Jaya,” terang Aji Jaya.
Diterangkan, industri tahu masih menjadi idola usaha masyrakat karena menjadi sumber pendapatan yang menguntungkan. Namun permasalahannya, biasanya lokasi industri berdekatan dengan rumah warga. Sedangkan pengelolaan limbah yang belum maksimal bisa mengganggu masyarakat sekitar. “Semoga hal ini bisa membantu mencegah pencemaran,” katanya.
Lebih lanjut Aji Jaya menjelaskan, IPAL tersebut merupakan sarana untuk mengelola air limbah. Sehingga air yang dihasilkan oleh usaha tahu aman untuk lingkungan dan mengurangi bau, sedangkan diegester merupakan sarana berupa bangunan kedap udara, tempat bakteri yang mempermentasi limbah dan kotoran ternak dalam beberapa hari tertentu, yang nantinya dapat menghasilkan gas.
“Gas tersebut nantinya dapat dialirkan dan digunakan kembali untuk bahan bakar,” tutupnya Aji Jaya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post