bontangpost.id – Selain memanfaatkan televisi lokal, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang tetap menggodok pemberian kuota gratis. Ini dimaksudkan agar semua tantangan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebisa mungkin diminimalisasi.
“Televisi jalan. Kuota juga tetap digarap,” kata Kabid Pendidikan Dasar (Diadikbud) Bontang, Saparuddin kala disambangi di Gedung Autis Center, beberapa waktu lalu.
Saparuddin menjelaskan, wacana pemberian kuota internet gratis bagi seluruh siswa jenjang SD-SMP di Bontang diseriusi pemerintah. Alasannya, karena tak semua mata pelajaran bisa ditayangkan di televisi. Hanya mata pelajaran prioritas saja. Katakanlah Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA untuk jenjang SD. Sementara masih ada mata pelajaran lain. Tak boleh diabaikan. Harus diajarkan juga kendati pandemi melanda.
Selain itu, kata Sapar, Disdikbud menghindari kesan negatif dari publik. Seolah pemerintah hanya melayani mereka yang tidak memiliki ponsel dan ngeluh kuota. Sementara mereka yang punya perangkat (Ponsel dan laptop) tidak dilayani kepentingannya.
“Ini kami (Disdikbud) mencari solusi terbaik untuk semua tantangan selama PJJ,” tegas Saparudin.
Berdasar data yang dihimpun Disdikbud Bontang untuk pelaksanaan PJJ ini, diketahui ada 54 SD di Bontang. Baik negeri pun swasta. Total siswa 19.097. Siswa SD yang mampu daring 14.788 orang. Yang luring, 2.384 siswa. Sementara kombinasi (luring dan daring) sebesar 1.895 siswa.
Sementara untuk SMP. Total ada 27 sekolah terdata. Meliputi sekolah negeri dan swasta. Dengan total 8.327 siswa se-Bontang. Mereka yang mampu daring 7.975 dan luring hanya 245 siswa. Dari paparan data, cukup banyak siswa SD tak mampu daring.
Untuk realisasinya, sebisa mungkin secepatnya. Sapar tak bisa memastikan kapan tepatnya. Kendati data siswa sudah demikian detil, namun lagi-lagi Disdikbud terhalang dana. Untuk kuota nilainya memang tinggi. Ditaksir, nencapai Rp 1 miliar lebih. Itu cuma untuk satu bulan.
“Kami masih hitung-hitung ini. Karena nilainya memang tinggi,” bebernya.
SUSUN BUKU LKS
BILA dalam pelaksanaannya, masih ada siswa tak bisa belajar melalui televisi dan daring (ponsel dan laptop), Disdikbud sudah ambil ancang-ancang. Akan ada buku lembar kerja siswa (LKS) yang disusun. Menyesuaikan kurikulum 2013 dan kondisi dunia pendidikan di Bontang.
Tim penyusun ialah guru-guru di Bontang. Berdasarkan jenjang pendidikan dan kelas. Serta berdasarkan mata pelajaran. Yang menunjuk tim penyusun ialah guru, bukan Disdikbud. Dari hasil musyawarah mereka.
“Nanti teman-teman guru yang musyawarah. Mereka yang tunjuk tim penyusun,” beber Saparudin.
Kata Saparudin, LKS disusun tim guru, nama penyusun tertera di LKS. Namun hak cipta ada dipegang Disdikbud Bontang. Nantinya, seluruh kebutuhan, mulai mencari penerbit hingga pendanaan jadi tanggungan Disdikbud. Setelahnya, bila buku siap, akan dibagikan kepada seluruh siswa di Bontang. Mulai SD-SMP juga. Sesuai tupoksi Disdikbud kota.
Lebih jauh, sejatinya yang dilakukan Disdikbud ialah melakukan kombinasi pembelajaran. Semua tantangan coba “dipatahkan”. Agar PJJ selama pandemi ini berjalan lancar. Kata Sapar, tantangan pasti akan terus ada. Tapi setidaknya bisa diminilalisasi. Dan tingkat “kefatalannya” dikurangi.
“Buku akan dibagi ke semua siswa. Pokoknya tidak ada alasan tidak bisa belajar. Walaupun pandemi,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post