BONTANG – Upaya pemeliharaan kesehatan bagi salah satu kelompok resiko tinggi (resti), Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Diskes-KB) melakukan Mobile Voluntary Counseling and Testing (VCT) kepada warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Bontang, 4-8 September mendatang.
Kegiatan ini merupakan salah satu implementasi Rencana Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan, dalam rangka pengendalian penyakit menular yang harus dilakukan oleh kabupaten/kota, melalui bidang pengendalian penyakit OPD Dinas Kesehatan.
Plt Kadiskes-KB melalui Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penular (P2PM) Muhammad Ramsi, SKM mengatakan, di hari pertama telah dilakukan penyuluhan kesehatan terkait penyakit menular dan tidak menular. Selain itu, untuk mengetahui perkembangan virus mematikan HIV/AIDS di lingkungan lapas.
“Pengendalian penyakit tidak cukup hanya mendeteksi, namun perlu adanya Mobile VCT. Untuk menjangkau warga binaan di Lapas Kelas III Bontang,” terangnya.
Kelompok beresiko tinggi menjadi prioritas Diskes-KB pada program ini. Menarget minimal 90 persen agar diketahui status kesehatannya. Dengan cara memberi pemahaman terkait penularan penyakit tersebut, sehingga calon klien mau melakukan tes. Menyasar 829 warga binaan, diantaranya 53 orang perempuan dan 777 laki-laki dengan kisaran umur 13 sampai 60 tahun.
“Pun petugas Lapas Kelas III Bontang telah terlebih dulu melakukan periksaan kesehatan, maupun screeaning pada hari pertama, Senin (4/9) lalu,” paparnya.
Dalam pelaksanaannya, Diskes-KB membentuk tim yang terdiri dari Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM), RS, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Palang Merah Indonesia (PMI), Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) dan Dinas Kesehatan sebagai konselor. Proses screeaning diawali dengan melakukan pendaftaran, dilanjutkan dengan memperoleh lembar info konsel, untuk menggali informasi klien serta memperoleh persetujuan dilakukan tes.
“Pengendalian faktor resiko atau konseling, dilakukan dengan harapan klien mau mengikuti tahapan lanjutan. Namun, mereka harus setuju melalui pernyataan tertulis, untuk pengambilan dan pemeriksaan darah. Hasil akan keluar sekitar 15 menit,” urai Ramsi.
Kegiatan Mobile VCT yang menyasar seluruh warga binaan lapas ini, difasilitasi melalui pendanaan Global Fund dan dijamin kerahasiaannya. Hal tersebut berdasarkan kode etik yang harus dijunjung saat melakukan tes darah, bahkan petugas hanya dibekali kode atau sandi untuk menyamarkan identitas klien.
Jika klien terindikasi penularan penyakit HIV/AIDS, maka akan dilakukan pendampingan serta pengiriman sampel darah ke RS untuk dilakukan uji validasi lanjutan.
Selain itu, upaya pelayanan kesehatan juga dilakukan oleh Tim Puskesmas Bontang Lestari. Meliputi kegiatan penyuluhan, pemeriksaan, dan surveilans. Tidak menutup kemungkinan bila ditemukan laporan penyakit tertentu, jadwal dapat dikondisikan (kurang dari 24 jam).
“Ia berharap, dengan dilakukannya program ini dapat mengurangi penularan penyakit menular HIV/AIDS di Kota Bontang, khususnya bagi kelompok-kelompok resti,” tutupnya. (ra/adv)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post